6 | Putus Asa Sejenak

776 79 2
                                    

Federick dan Faris sudah tiba lebih dulu bersama seorang pria di Polsek Tanjung Duren, ketika akhirnya mobil milik Raja tiba di sana bersama dua mobil lainnya. Mereka semua segera turun dari mobil, kemudian mendekat pada Federick dan Faris.


"Ayah sudah tiba di sini sejak tadi?" tanya Ziva.

"Iya, Sayang. Ayah dan Om Fedi sudah sampai di sini sejak tadi. Oh ya, perkenalkan, ini adalah Pak Rusli. Dia adalah teman lama Ayah dan Om Fedi. Pak Rusli ini adalah salah satu orang penting di kepolisian. Beliau akan membantu kita mencari keberadaan Faisal, agar masalah yang kalian tangani bisa cepat selesai," jelas Faris.

"Mencari Faisal, Yah? Maksud Ayah, bagaimana? Kita sudah sampai di Polsek Tanjung Duren sekarang dan mungkin saja laki-laki itu ada di dalam kantornya," Raja tampak kebingungan.

Faris dan Federick pun saling menatap selama beberapa saat, usai mendengarkan Raja berbicara. Di wajah kedua pria paruh baya tersebut tampak sekali seperti akan menyampaikan hal yang mengecewakan.

"Faisal sudah tidak menjabat sebagai Kapolsek di Polsek Tanjung Duren ini, Nak. Dia sudah mengundurkan diri sekitar satu bulan lalu," ujar Faris, menyampaikan pelan-pelan agar Raja tidak tersulut emosi.

Adanya kabar itu jelas saja membuat beberapa orang menjadi kecewa. Yang sedang merasa kecewa sama sekali tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dari wajah mereka, sehingga kekecewaan itu bisa terlihat dengan jelas. Tari sampai harus menenangkan Rasyid dengan cara merangkul lengannya dan mengusap-usap bahunya seperti biasa. Sementara Ziva kini menggenggam tangan Raja sangat erat, untuk meyakinkan agar tetap fokus pada tujuan.

"Tapi kalian tenang saja, Pak Rusli sudah mendapatkan alamat tempat tinggal Faisal. Kita bisa langsung ke sana sekarang juga," ujar Federick.

"Itu benar. Sebaiknya kita segera pergi menuju ke alamat tempat tinggal laki-laki itu, agar tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia," tambah Faris.

"Masalahnya sekarang kami menjadi tidak yakin, Om, bahwa laki-laki sialan itu masih berada di rumahnya. Dia menyerang Tari beberapa saat yang lalu, Om. Tari hampir tidak bisa bertahan dari rasa sakit yang dikirimkan oleh laki-laki itu melalui teluh boneka," Rasyid mengutarakan rasa frustrasinya.

Mika, Alwan, dan Hani pun langsung menatap ke arah Rasyid usai mendengar ucapannya.

"Teluh boneka? Kamu tahu dari mana, Ras, kalau Faisal menyerang Tari dan Mika menggunakan teluh boneka?" tanya Hani.

"Ziva sudah mengatakan sesuatu padamu, Ras? Kenapa kami justru belum tahu apa-apa soal sumber serangan jarak jauh yang dilakukan oleh Faisal?" Mika kini menatap Rasyid dan Ziva secara bergantian.

"Ziva belum mengatakan apa pun pada kami, Mik. Kami berdua berasumsi seperti itu karena teringat dengan kasus yang kita tangani satu setengah tahun lalu. Semua ciri-cirinya sama, Mik, dan kami mendadak curiga ke arah sana," jelas Tari, agar tidak ada kesalahpahaman antara Mika dan yang lainnya.

"Aku sengaja tidak membicarakannya dulu, Mik. Aku harus membuktikan dugaanku dulu sebelum memberi tahu kalian," sambung Ziva. "Tapi kalau Tari dan Ras memang sudah tahu, maka aku akan mempertegas bahwa saat ini kita memang sedang menghadapi teluh boneka yang dilakukan oleh laki-laki itu."

"Itu adalah salah satu teluh yang bisa berbalik menyerang pada si pengirim teluh, 'kan? Benar, 'kan?" tanya Alwan "Aku pernah mendengar soal teluh boneka itu sekilas dari Ras, saat kita berada di Desa Cikijing."

"Iya, Al. Kamu benar. Teluh boneka tidak jauh berbeda dengan teluh kain kafan dalam hal berbalik pada si pengirim teluh. Tapi cara kerja teluh boneka jauh berbeda dengan teluh kain kafan. Teluh boneka sering sekali tidak bisa ditemukan pusat energi negatifnya, kecuali pada saat ada jarum yang menusuk ke boneka teluh. Tapi hal itu jelas tidak bisa kita harapkan terjadi, karena siapa pun yang sedang menjadi korban dari teluh boneka akan menderita sangat lama jika tidak segera dihentikan. Korban bisa kehabisan energi ketika menahan rasa sakitnya, dan hal itu biasanya bisa mengakibatkan kematian mendadak," jelas Raja.

Semua orang mendadak diam setelah mendengar penjelasan dari Raja. Yang sudah tahu apa risikonya, jelas sedang memikirkan cara untuk menemukan keberadaan Faisal tanpa harus membuat laki-laki itu menusukkan jarum ke bobeka teluh. Sementara yang baru tahu tentang teluh boneka, jelas tidak tahu harus mengatakan apa ataupun menyarankan apa atas persoalan yang tengah dihadapi saat itu.

"Begini saja," Rusli pun ikut buka suara. "Saya tahu bahwa ada kemungkinan kalau Faisal kini sudah tidak berada di rumahnya. Tapi bukan ide yang buruk juga jika kita tetap ke sana. Di sana kita bisa mencari petunjuk soal keberadaan Faisal. Entah itu petunjuk dari apa pun yang ada di rumahnya, ataupun dari orang-orang yang tinggal di sekitar rumahnya."

"Ya, itu benar. Kalian jelas harus tetap mencobanya, meskipun mungkin akan sedikit merepotkan. Kita tidak pernah tahu soal bagaimana caranya Allah menunjukkan sebuah jalan, bukan?" bujuk Faris, terutama kepada Rasyid yang sedang merasa pikirannya sangat buntu.

"Ya, itu benar. Mari kita segera datangi saja alamat rumah yang selama ini ditempati oleh laki-laki itu. Aku akan usahakan banyak cara untuk menemukannya. Tidak peduli jika aku harus menyeberangi lautan sekalipun," ujar Ziva, kembali menyulut semangat di dalam diri semua anggota timnya.

"Dan kalau ternyata tetap saja gagal?" tanya Rasyid.

"Ayolah, Ras. Mana kita tahu akan gagal atau tidak, kalau kita tetap diam di sini. Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum waktu shalat maghrib tiba," saran Alwan.

"Al benar, Ras. Kita tidak punya jalan lain selain mengikuti hal yang kita punya saat ini. Ayo, sebaiknya kita berangkat," bujuk Tari.

Faris dan Frederick berpisah dengan mereka dari Polsek Tanjung Duren. Hanya Rusli yang akan ikut dengan mereka, karena sebaiknya hal itu tidak dicampuri oleh banyak pihak agar tidak ada konsentrasi anggota tim yang pecah akibat hal yang tidak penting. Rusli memimpin jalan bagi ketiga mobil di belakangnya. Keadaan menjadi jauh lebih sunyi daripada sebelumnya, karena semua orang memilih untuk diam dan berkutat dengan pikiran masing-masing.

"Tapi kalau pun Faisal memang sudah tidak ada di rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini, maka dia seharusnya tetap tidak berada jauh dari kota ini," pikir Alwan.

"Oh, ya? Kenapa bisa begitu menurutmu, Al?" tanya Hani, sedikit tertarik dengan apa yang Alwan katakan.

"Karena Faisal harus tetap memantau Ziva dan Raja, jadi dia tidak mungkin berada jauh dari kota ini. Dia pasti bersembunyi disatu tempat yang bisa membuatnya tidak ditemukan oleh kita tapi tetap bisa memantau kehidupan Ziva dan Raja yang menjadi objek obsesinya. Bahkan ... ada kemungkinan juga kalau dia tinggal di tempat yang disarankan oleh orang yang membantunya menjalankan ritual teluh boneka itu. Bagaimana? Apakah cukup masuk akal yang kukatakan barusan?" tanya Alwan.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now