17 | Mempersiapkan

801 88 12
                                    

Rasyid segera mengarahkan Raja dan Alwan agar menyiapkan sebuah wadah yang cukup besar untuk melakukan pematahan teluh boneka. Di antara mereka bertiga, hanya Rasyid yang sudah tahu bagaimana cara mematahkan teluh boneka tersebut. Raja--meski sudah tidak terhitung orang baru di dalam tim--belum pernah menghadapi teluh boneka dan belum pernah melihat Ziva mematahkannya. Jadi perkara teluh boneka yang mereka hadapi kali itu, adalah yang pertama kalinya bagi Raja dan Alwan.


"Apakah wadah sebesar ini sudah cukup untuk digunakan sebagai tempat pematahan teluh boneka itu?" tanya Raja.

"Ya, Insya Allah cukup, Ja," jawab Rasyid.

"Wadah ini akan dipakai untuk apa, Ras?" Alwan ingin tahu.

"Wadah itu akan dipakai untuk membakar semua boneka teluh yang tadi sudah dikumpulkan, Al. Pematahan teluh boneka hanya akan berlangsung melalui cara dibakar," jelas Rasyid.

"Sama dengan cara mematahkan teluh tanah kubur, ya?" Raja teringat kasus yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Iya, sama dengan cara mematahkan teluh tanah kubur. Tapi teluh tanah kubur tidak akan berimbas pada si pengirim teluh, apabila teluhnya dipatahkan. Beda halnya dengan teluh boneka. Si pengirim teluh akan langsung mendapatkan imbasnya dalam sekejap, jika semua boneka teluh yang menjadi perantara ritualnya dimusnahkan."

"Berarti kalau Faisal masih sehat wal 'afiat, artinya masih ada boneka teluh yang belum dimusnahkan? Benar begitu, Ras?" duga Alwan.

Rasyid pun memganggukkan kepalanya.

"Kamu benar sekali, Al. Hebat loh, kamu bisa langsung tanggap dengan maksudku meskipun aku tidak menjabarkan secara detail," puji Rasyid.

Yang dipuji saat itu tidak menggubris pujian yang didapatnya, namun justru terlihat sedang memikirkan sesuatu hingga keningnya berkerut. Rasyid dan Raja jelas dapat melihat perbedaan ekspresi Alwan yang selalu saja berubah-ubah.

"Al, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Raja.

"M-hm ... aku sedang memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain, Ja. Ada banyak sekali kemungkinan yang sedang aku pikirkan, dan mungkin akan aku jadikan kemungkinan itu sebagai pertanda untuk mewaspadai keadaan yang tidak terduga ke depannya. Sekarang sebaiknya kita segera kembali ke dalam dan memberi tahu Ziva soal wadah yang sudah kita siapkan ini," ajak Alwan, setelah menjawab pertanyaan Raja.

Alwan berjalan masuk ke rumah itu lebih dulu, sementara Raja kini berjalan bersama Rasyid di belakangnya.

"Pikiran Al itu sangat rumit, ya. Tapi hampir semua jalan pikirannya benar-benar bisa kita andalkan dalam situasi apa pun," bisik Raja, agar Alwan tidak mendengarnya.

"Ya, maka dari itulah aku tertarik untuk menjadikannya bagian di dalam tim ini," tanggap Rasyid, ikut berbisik.

Mereka bertiga tiba di dalam rumah dan Mika langsung menunjukkan apa yang baru saja ia temukan dari dalam laci dalam lemari milik Faisal.

"Lihat itu. Tampaknya Faisal memang sudah memata-matai Raja dan Ziva sejak mereka baru menikah," ujar Mika, sambil menunjuk ke arah tumpukan foto.

Raja dan Rasyid segera mendekat untuk melihat tumpukan foto yang ditemukan oleh Mika. Ziva tampak sedang menatap beberapa foto yang tadi ditemukan terpisah oleh Mika. Alwan mendekat pada Ziva dan melihat foto-foto apa yang sedang dilihat oleh wanita itu.

"Jangan terlalu diambil hati," saran Alwan. "Jangan juga terlalu kamu pikirkan. Dia sudah jelas memata-matai kamu dan Raja untuk bisa mendapatkan potret dirimu yang tampak berbahagia jika sedang bersama Suamimu. Dia tidak bisa mendapatkan itu selama ini, karena kamu mungkin tidak pernah tersenyum di hadapannya ataupun bersikap santai seperti yang sering kami semua lihat. Jadi ... kalau dia sampai mengambil foto-fotomu secara close up seperti itu, berarti dia sedang berimajinasi bisa menempati posisi Raja di sisi kamu, dan berkhayal kalau wajah bahagiamu di dalam foto-foto itu tertuju hanya untuk dirinya, bukan untuk Raja."

Ziva pun segera berhenti menatap foto-foto itu, lalu menoleh ke arah Alwan.

"Menurutmu ... sampai sejauh itu kelakuannya? Sampai dia berimajinasi tentang aku yang tersenyum atau menunjukkan wajah bahagia seperti di dalam foto ini?" tanya Ziva.

Alwan pun langsung mengangguk dengan mantap.

"Seseorang yang sudah terobsesi terhadap suatu hal jelas sudah tidak memiliki pikiran yang rasional, Ziv. Jadi bisa dibilang, pikirannya Faisal saat ini hanya ada kamu, kamu, dan kamu saja. Tidak ada yang lain. Maka dari itulah aku mengatakan untuk tidak mengambil hati atas apa yang kamu lihat sekarang. Anggap saja bahwa dia adalah orang yang tidak waras, yang sedang mengganggu hidupmu."

Seketika Ziva pun merasa kesal usai mendengar apa yang Alwan katakan. Diam-diam, tangan Ziva sudah mengepal dengan erat tanpa diketahui oleh siapa pun. Ia merasa masalahnya saat itu sangat diremehkan oleh Alwan.

"Aku mengatakan hal seperti ini agar emosimu tidak mempengaruhi kinerja kerjamu, Ziv. Kamu harus seratus persen siap ketika akan mematahkan teluh boneka yang Faisal lakukan. Untuk itulah, kamu harus menjaga kestabilan emosimu. Kalau emosimu sampai menjadi tidak stabil akibat dari memikirkan atau menanggapi apa yang diperbuat oleh Faisal, maka kamu pasti tidak akan berada pada titik terbaikmu ketika akan mematahkan ritual teluh boneka itu. Aku harap kamu mengerti dan tidak menjadikan penjelasanku ini sebagai bahan amarah yang lain. Aku hanya ingin kita semua menjalani yang terbaik untuk menyelesaikan masalah," jelas Alwan, agar Ziva tidak merasa bahwa Alwan terlalu menganggap enteng masalah yang terjadi saat itu.

Ziva pun kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Ia yang awalnya ingin meledakkan emosi kepada Alwan, seketika langsung menahan diri setelah mendengar Alwan mengutarakan penjelasannya. Alwan jelas bertujuan benar ketika memberinya saran dan nasehat. Pria itu memang punya cara tersendiri untuk menjelaskan sesuatu kepada seseorang, dan Ziva baru memahami hal itu.

"Kita sebaiknya tidak menunda-nunda lagi. Ayo, kita keluar dan segera lakukan pematahan ritual teluh boneka itu," ajak Rasyid, usai menyimpan semua foto yang Mika temukan ke dalam ransel miliknya.

"Kamu mau bawa semua foto itu, Ras?" tanya Hani.

"Iya, akan aku bawa semua foto ini. Agar tidak ada yang menyalahgunakan foto ini setelah urusan dengan Faisal selesai," jawab Rasyid.

Mereka semua kini mengikuti langkah Rasyid keluar dari rumah itu. Alwan menjadi yang paling terakhir keluar, karena ada sesuatu yang harus diambilnya diam-diam dari laci meja kerja milik Faisal. Setelah mereka berada di luar, Tari dan Hani pun langsung meletakkan semua boneka teluh yang mereka temukan di dalam rumah tadi ke dalam wadah yang sudah disiapkan oleh Alwan, Rasyid, dan Raja. Mika segera menuju ke arah mobil miliknya untuk mengambil bahan bakar yang tersedia. Rusli yang sejak tadi berbicara bersama Egi, Pak RT, dan Pak RW pun segera mendekat untuk mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Ziva tampak sedang berkonsentrasi bersama Raja untuk memulai proses pematahan teluh boneka yang akan segera berlangsung. Alwan berdiri agak jauh dari yang lain, tepat di balik bagian paling gelap di sekitar rumah itu.

* * *

TELUH BONEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang