26 | Kesempatan Yang Alwan Tunggu

779 89 0
                                    

Air di dalam wadah tanah liat itu semakin bergejolak hebat. Sumi jelas merasa ketakutan akan terjadi sesuatu pada suaminya, meskipun selama ini dirinya tidak pernah melihat suaminya gagal ketika membantu seseorang menjalankan ritual teluh boneka. Namun kali ini, entah kenapa Sumi merasa ada perbedaan dengan perlawanan yang sedang terjadi. Seakan saat itu suaminya sedang ditantang oleh orang yang mungkin ingin mematahkan ritual teluh boneka dari Faisal.


Ki Yatmo sendiri terus mengupayakan agar kekuatannya tersalurkan kepada Faisal melalui air yang bergejolak tersebut. Ia tidak ingin Faisal bisa dikalahkan dengan mudah oleh lawannya, karena saat ini ia bisa merasakan bahwa Faisal juga tengah berjuang mati-matian untuk menang dari orang yang hendak mematahkan ritual teluh boneka.

"Ambilkan dupa merah dan bakar. Setelah itu taburkan ke dalam air di dalam wadah itu. Aku harus mengirimkan ajian sekat raga agar Faisal tetap baik-baik saja selama sedang melakukan perlawanan," perintah Ki Yatmo kepada Sumi.

"I--iya. Tu--tunggu sebentar, Pak," sahut Sumi, sedikit terbata-bata akibat ketakutan.

Sumi segera membakar segenggam dupa merah sesuai perintah Ki Yatmo, lalu setelah dupa itu dibakar ia segera menaburkannya ke dalam air yang bergejolak tersebut. Ki Yatmo tampak membaca mantra, lalu mendorong kekuatan ilmu hitamnya ke arah air yang bergejolak di dalam wadah.

"Semoga saja ajian sekat raga yang aku kirimkan bisa membantu Faisal sampai dia bisa mengalahkan musuhnya," ujar Ki Yatmo, saat tengah menenangkan diri.

* * *

"Apakah pertarungan itu akan segera berakhir, Pak Rusli?" tanya Pak RT, tampak sedikit gelisah.

"Saya kurang tahu, Pak RT. Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa saat ini, namun saya yakin kalau semuanya akan segera berakhir," jawab Rusli, apa adanya.

"Mereka benar-benar tidak mau menyerah. Meskipun laki-laki bernama Faisal itu sangat sulit untuk diserang, tapi mereka tidak mau mundur sama sekali," ujar Pak RW.

"Mereka mungkin sudah terbiasa menghadapi pertarungan seperti itu, Pak RW. Mungkin ini bukan pertama kalinya, jadi mereka jelas tidak akan menyerah semudah itu terhadap Faisal," sahut Egi.

Mendengar ucapan yang Egi ucapkan membuat Rusli teringat dengan cerita Federick soal Mika yang memang sering berlatih bela diri. Ia bahkan pernah bertanya pada Federick tentang kenapa Mika begitu giat berlatih bela diri ketika memiliki waktu senggang dari pekerjaan. Jawaban Federick jelas begitu singkat, yaitu karena Mika membutuhkan keahlian bela diri di dalam pekerjaannya meski pekerjaan Mika jauh lebih sering berkaitan dengan hal-hal gaib. Sekarang Rusli jelas sadar, bahwa keahlian bela diri itu dibutuhkan oleh Mika untuk menghadapi pertarungan seperti yang sedang dihadapi oleh Ziva dan Raja saat ini.

"Hm ... ternyata pekerjaan yang Mika pilih tidak hanya membutuhkan keberanian untuk menghadapi perkara gaib, tapi juga mengharuskan dirinya untuk menjadi lebih tangguh agar bisa menghadapi orang-orang seperti Faisal," batin Rusli.

Faisal bersiaga saat melihat kalau Ziva dan Raja hendak kembali menyerangnya. Nafasnya masih naik-turun tidak beraturan, namun ia jelas tidak memiliki waktu untuk beristirahat karena harus menangkis serangan yang datang ke arahnya. Jika ia lengah sedikit saja, maka dirinya jelas akan terkena sabetan senjata yang digunakan oleh Raja dan Ziva. Saat ini ia hanya bisa menggunakan pisau lipatnya untuk menangkis serangan-serangan itu. Setan dongga yang diminta oleh Ki Yatmo untuk menjaganya jelas tidak bisa diandalkan sama sekali.

"Bisa-bisanya Faisal bertahan sampai selama ini. Padahal dia cuma memegang pisau saja di tangannya. Tapi entah bagaimana dia justru bisa menangkis semua serangan pedang jenawi yang Ziva dan Raja lancarkan," heran Tari.

"Mungkin karena dia masih terlindungi saat ini," pikir Mika.

"Terlindungi? Siapa yang melindungi dia? 'Kan kamu lihat sendiri kalau setan dongga yang disuruh untuk menjaga Faisal saat ini sama sekali tidak bisa melakukan apa pun, sebelum perintah pertama dari Faisal terlaksana. Kamu lihat kalau setan dongga itu masih keliling-keliling di luar lingkaran ini, 'kan?" tanya Hani, mengingatkan Mika soal setan dongga yang masih bisa mereka lihat wujudnya.

"Bukan setan dongga itu yang aku maksud melindungi Faisal, Han. Maksudku adalah dukun yang membantu Faisal. Mungkin saja Faisal sampai tidak bisa diserang oleh Ziva dan Raja itu karena ada campur tangannya si dukun tersebut," jelas Mika, agar Hani paham.

Faisal memutuskan mundur beberapa langkah agar bisa menjauh sejenak dari Ziva dan Raja. Ia mencoba mengatur nafasnya agar tidak semakin memburu akibat terus mencoba menghindari serangan.

"Kenapa kalian tidak menyerah juga???Kenapa kalian terus saja menyerangku, padahal sudah tahu kalau aku bisa menangkis semua serangan yang kalian berikan???" tanya Faisal, dengan nada yang dipenuhi amarah.

Semua orang bisa mendengar pertanyaan yang Faisal ajukan, termasuk keempat orang yang berada di dalam lingkaran maupun Alwan yang masih berada di halaman rumah Faisal.

"Jangan mimpi kamu!!! Sampai kapan pun kami tidak akan pernah menyerah!!! Sebelum kamu benar-benar berhasil kami hentikan, maka sampai saat itu juga kami tidak akan berhenti menyerangmu!!!" balas Raja, tak ragu-ragu.

"Kalian tidak akan pernah bisa mengalahkan aku, jika itu adalah tujuan kalian!!!" bentak Faisal dengan garang.

"Kami juga tidak akan membiarkan kamu menang!!!" balas Ziva, tak kalah garang.

Ziva kembali menyerang Faisal secepat biasanya. Meski saat itu dirinya sudah banyak menghabiskan tenaga, tetap saja ia tidak mau menyerah meski hanya sebentar. Nyawa Raja akan menjadi taruhannya, jika sampai ia gagal menjatuhkan boneka teluh ataupun pisau yang ada pada tangan Faisal. Raja sendiri masih juga tidak mau menyerah. Sama seperti Ziva, ia jelas tidak mau kalau Ziva sampai hidup menderita jika Faisal berhasil membunuhnya melalui teluh boneka yang belum sepenuhnya terpatahkan. Maka dari itulah Raja juga berusaha sekuat tenaga dan memusatkan serangannya pada kedua tangan Faisal.

Faisal tampak terengah-engah akibat dari menerima serangan yang membabi buta dari dua arah sekaligus. Alwan pun akhirnya bisa melihat kesempatan yang telah ia tunggu sejak tadi. Kesempatan itu benar-benar datang dan tersaji di depan mata semua orang. Ia pun segera menarik alas wadah tempat membakar boneka teluh yang memiliki roda, sehingga wadah besar itu bisa ia pindahkan dengan mudah dari halaman rumah yang Faisal sewa, ke tempat yang lebih terbuka di tengah-tengah perumahan tunggal tersebut. Tatapan Rasyid, Mika, Hani, dan Tari jelas langsung tertuju ke arah pria itu. Mereka jelas terkejut, karena Alwan mendadak memindahkan wadah tempat membakar boneka teluh itu secara tiba-tiba. Padahal sejak tadi Alwan terus saja berdiam diri di halaman rumah yang Faisal sewa, dan seakan tengah bersembunyi di dalam kegelapan.

"Al? Kenapa wadah tempat membakar boneka teluh itu kamu bawa ke sini? Kamu mau apa?" tanya Hani, sedikit panik dengan apa yang dilakukan oleh Alwan.

"Kalian tenang saja. Perhatikan saja semuanya baik-baik," jawab Alwan, terdengar begitu tenang.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now