10 | Janji Raja

769 74 0
                                    

Raja pun menatap ke arah Ziva dengan jantung berdebar tidak menentu. Ia benar-benar belum siap mendengar, jika Ziva memutuskan untuk benar-benar berpisah dengannya demi menghentikan kegilaan Faisal. Tapi bagaimana pun, dirinya harus siap untuk menghadapi. Apa pun keputusan yang Ziva buat, jelas bukan karena didasari oleh keegoisan wanita itu, melainkan karena tidak ingin ada korban yang jatuh.


"Aku akan tetap berdiri di sisi kamu dan mempertahankan rumah tangga kita. Meskipun pada akhirnya mungkin aku harus mati ketika menghadapi laki-laki itu, aku akan tetap memilih untuk berada di sisi kamu, sebagai Istrimu."

Dalam sekejap, Raja merasakan perasaan lega luar biasa setelah mendengar yang Ziva katakan. Ia pun segera memeluk erat Ziva dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Terima kasih, Adinda Zivaku. Terima kasih karena kamu memutuskan untuk tetap mempertahankan rumah tangga kita. Insya Allah, aku juga tidak akan menyerah meski laki-laki itu terus mengancam. Aku akan ikut bertahan bersama kamu. Aku akan berjuang sampai semuanya benar-benar berakhir," janji Raja.

Ziva pun melepaskan diri dari pelukan Raja. Ia menatap lama ke arah wajah Suaminya tersebut seraya tersenyum manis seperti biasanya.

"Iya, aku akan selalu ingat dengan janjimu, Kakanda Rajaku. Ayo, sebaiknya kita segera menyusul yang lainnya keluar, sebelum mendapat ceramah rohani akibat bermesraan di tengah-tengah kondisi yang mencekam seperti saat ini," ajak Ziva.

Raja pun tertawa pelan ketika mendengar apa yang diingatkan oleh Ziva tentang ceramah rohani. Entah itu Rasyid atau Mika, mereka jelas akan memberikan ceramah rohani jika tahu sedang ada yang bermesraan ketika bekerja.

"Ya, ayo kita keluar."

Ketika Ziva dan Raja akhirnya keluar dari gudang bawah tanah, mereka melihat bahwa yang tersisa di halaman rumah itu hanyalah Alwan seorang. Yang lainnya sudah berada di mobil dan siap untuk pergi ke tempat-tempat yang ada di dalam brosur tadi.

"Hai, Al," sapa Raja.

"Hai, Ja. Tidak usah sekaku itu. Aku enggak akan mengeluarkan ceramah rohani meski sejak tadi mendengarkan kemesraan kalian berdua dari luar sini. Aku bukan jenis pria yang hobi menceramahi orang lain," ujar Alwan, agar Raja ataupun Ziva tidak merasa canggung.

"Ya ... kami sudah tahu soal itu tentang kamu. Kamu bukan tipe orang yang suka berceramah, tapi tipe orang yang lebih suka melerai pertengkaran atau perdebatan. Maka dari itulah kamu sangat cocok berada di antara Mika, Hani, dan Rasyid," Ziva menyampaikan penilaiannya.

Mereka pun berjalan bersama menuju ke arah pagar rumah itu.

"Wah ... jadi selama ini kamu memang sering menilai aku, ya? Apakah itu karena aku adalah anggota baru di dalam tim kita?" tanya Alwan.

"Itu karena kamu berbeda dengan yang lainnya, Al," jawab Raja, mewakili Ziva. "Kamu selalu berpikir rasional meski sedang menghadapi hal yang tidak masuk akal. Kamu sering berpikir lebih cepat dan merujuk ke arah lain tentang suatu masalah. Dan kamu selalu berhasil melerai Rasyid, Hani, serta Mika jika mereka sedang berdebat atau bertengkar. Itulah alasannya mengapa Istriku membuat penilaian tentangmu."

"Hm ... apakah saat kamu menjadi anggota baru dia juga membuat penilaian tentangmu, Ja?" Alwan jelas ingin tahu.

"Cinta itu buta, Al. Jadi aku sama sekali tidak membuat penilaian apa pun terhadap Raja ketika dia menjadi anggota baru di dalam tim ini. Intinya waktu itu adalah ... aku jatuh cinta sama dia. Titik. Tidak ada penilaian lain yang menyertai," jawab Ziva, apa adanya.

Alwan jelas ingin segera melancarkan protes. Namun dorongan dari Raja dan Ziva agar dirinya segera masuk ke mobil milik Mika membuatnya tidak jadi melakukan hal tersebut. Mereka segera berangkat menuju ke tempat tujuan. Rusli masih berbicara dengan Federick dan Faris saat melajukan mobilnya mengikuti mobil-mobil lain di depannya.

"Jadi ada kemungkinan kalau Faisal itu sedang bersembunyi di kawasan yang dekat dengan rumah Keluarga Wiratama? Begitu maksudmu, Rus?" tanya Federick.

"Ya, begitulah maksudnya. Itu pun awalnya Alwan yang memikirkan tentang kemungkinan tersebut, sebelum akhirnya Ziva menemukan beberapa brosur tentang penyewaan rumah di dekat kediaman rumah Keluarga Wiratama," jawab Rusli. "Saat ini kami sedang menuju ke tempat-tempat itu untuk mencari keberadaan Faisal. Nanti akan kuusahakan memberi kabar lagi padamu dan Faris."

"Ya, akan kami tunggu kabarnya, Rus. Hati-hati di jalan. Assalamu'alaikum," pamit Faris, mewakili Federick.

"Wa'alaikumsalam."

Setelah telepon dari Rusli terputus, semua orang pun tampak sangat cemas. Mila terus merangkul Retno agar bisa menghadapi situasi dengan tenang. Clarissa dan Santi juga sudah berusaha menghibur mereka. Namun bagaimana pun, keadaan yang sedang tidak kondusif jelas lebih mempengaruhi perasaan kedua wanita itu.

"Sebaiknya malam ini Bu Retno jangan pulang dulu ke rumah. Kalau Faisal memang tinggal di dekat rumah Keluarga Wiratama, sudah pasti dia akan mengincar Bu Retno juga demi mendapatkan keinginannya. Sebelum keinginannya itu tercapai, maka dia jelas tidak akan pernah berhenti," ujar Clarissa, memberi saran.

"Itu benar. Sebaiknya Bu Retno tetap di sini saja bersama kami, sampai kita semua mendapat kabar baik dari anak-anak. Di sini Bu Retno akan aman dan Faisal tidak akan menjadikan Bu Retno sebagai jalan untuk menghancurkan rumah tangga Raja dan Ziva," tambah Federick, setuju dengan saran yang dicetuskan istrinya.

Retno mengusap airmatanya yang sejak tadi enggan mengering. Ia berusaha tersenyum, agar keresahan hatinya tidak terlalu kentara oleh semua orang. Namun ia jelas gagal untuk melakukan itu, karena semua orang tahu bahwa saat ini tidak ada yang bisa Retno lakukan untuk menutupi keresahan hatinya.

"Saya tidak mau kalau sampai Ziva dan Raja harus berpisah. Raja akan kehilangan semangat hidupnya jika sampai itu terjadi. Dia bahkan hanya bisa membuka diri terhadap wanita karena yang dia hadapi adalah Ziva, bukan wanita lain. Bagaimana caranya Raja bisa menjalani hidupnya jika sampai dia berpisah dengan Ziva? Saya tidak bisa membayangkan hal itu," ungkap Retno.

"Bu Retno, saat ini bukan hanya Bu Retno yang sedang memikirkan hal itu. Saya dan Istri saya pun juga memikirkan hal yang sama. Kondisi Ziva tidak akan jauh berbeda dengan Raja jika sampai perpisahan terjadi di antara mereka. Maka dari itulah saat ini mereka sedang berusaha untuk melawan Faisal dan mempertahankan rumah tangga mereka," jelas Faris.

"Itu benar, Bu Retno. Sebaiknya saat ini kita berhenti untuk khawatir dan terus mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua. Saya yakin dan saya harap Bu Retno juga yakin bahwa Ziva dan Raja tidak akan pernah berpisah, kecuali takdir Allah melalui maut yang akan memisahkan mereka," bujuk Mila, agar Retno mau menenangkan perasaannya.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now