16 | Mengumpulkan Boneka Teluh

743 79 2
                                    

Semua orang kini menatap ke arah boneka teluh yang tengah dipegang oleh Hani. Pada boneka teluh itu tertulis nama serta tanggal lahir Hani yang benar-benar lengkap.


"Wah, bahkan dia menuliskan hari lahirmu beserta hari lahir dalam kalender Jawa," ujar Alwan.

"Hebat, ya. Dari mana kira-kira dia tahu soal hari lahir dalam kalender Jawa? Bukankah, sejak zaman dulu tidak semua kalender mencantumkan keterangan soal hari-hari dalam kalender Jawa?" tanya Mika.

Alwan pun membuka ponselnya dan memperlihatkan satu aplikasi kalender yang komplit mencantumkan hari dalam kalender Jawa. Mika pun mulai memperhatikan hal tersebut, saat Alwan memberinya contoh.

"Jadi kalau kamu mencari dalam aplikasi kalender ini tanggal lahir Hani, maka kalendernya akan menunjukkan hari biasa dan hari dalam kalender Jawa. Jadi sudah jelas Faisal tahu soal hari lahir dan hari lahir dalam kalender Jawa itu dari aplikasi-aplikasi seperti ini. Banyak loh tersedia di PlayStore jika kamu memakai ponsel android atau di iOS jika kamu memakai iPhone. Kamu tinggal instal saja dan kamu akan mendapatkan informasi seperti itu dengan mudah," jelas Alwan.

"Hm ... terkadang teknologi juga bisa disalahgunakan oleh manusia untuk hal-hal yang tidak baik. Contohnya kalender digital itu," ujar Tari, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya, kamu jelas benar. Terkadang manusia memang bisa menyalahgunakan hal apa pun untuk melakukan tindak kejahatan, bahkan termasuk menggunakan kalender digital seperti yang Faisal lakukan," tanggap Rasyid, membenarkan yang Tari pikirkan.

Semua orang pun terdiam selama beberapa saat demi menjaga emosi masing-masing, atas kelakuan Faisal yang sulit untuk mereka terima. Apa yang Faisal perbuat jelas tidak bisa mereka terima, karena mereka tidak pernah sama sekali melakukan sesuatu yang jahat kepada laki-laki itu selain menjauhkan Ziva dari jangkauannya. Hal itu pun mereka lakukan karena Ziva sendiri tidak merasa nyaman dengan tindak-tanduk Faisal selama ini, terutama karena Faisal selalu menunjukkan sikap yang terlalu agresif.

"Oke, mari kita kembali ke topik pembicaraan soal teluh boneka yang Faisal lakukan. Maaf jika kesannya aku terdengar sangat buru-buru saat ini. Aku hanya tidak ingin ada lagi di antara kalian yang harus terkena serangan teluh dari Faisal, apabila kita tidak segera mengambil tindakan sekarang juga," jelas Alwan. "Sekarang kita harus bagaimana? Faisal tidak ada di rumah ini dan kebetulan dia meninggalkan boneka-boneka teluh itu di sini. Apakah kita bisa mematahkan teluhnya sekarang juga, sebelum Faisal datang?" tanyanya.

"Ya, tentu saja bisa, Al. Kita jelas bisa mematahkan teluhnya sekarang juga, sebelum laki-laki itu kembali ke sini," jawab Ziva, memberi kepastian.

"Kalau begitu aku dan Hani akan mengumpulkan boneka-boneka teluh itu," sahut Tari.

"Mik, ayo kita angkat meja yang terbalik itu. Siapa tahu di bagian bawahnya masih ada boneka teluh yang belum terlihat," ajak Rasyid.

Alwan memakai sarung tangan lateks yang biasa tersedia di dalam saku celananya, lalu mendekat ke arah sebuah meja yang tampaknya adalah meja kerja Faisal. Pria itu memeriksa berkas-berkas yang ada di atas meja tersebut, sementara yang lain mengerjakan tugas mereka terkait dengan teluh boneka yang akan segera dipatahkan oleh Ziva. Kedua mata Alwan pun tertuju pada sebuah fotokopi KTP milik Faisal, lalu ia segera meraihnya dan membaca data diri Faisal di dalam berkas fotokopi tersebut,

"Ras ... kamu pernah bilang padaku bahwa teluh yang bisa berbalik kepada si pengirim teluh adalah teluh kain kafan dan teluh boneka, 'kan?" tanya Alwan, yang kini sedang duduk di kursi meja kerja milik Faisal dan tengah menulis sesuatu.

"Iya, kamu benar. Teluh yang bisa berbalik kepada si pengirim teluh adalah teluh kain kafan dan teluh boneka. Hanya saja ... berbaliknya teluh boneka kepada si pengirim teluh jauh lebih rumit prosesnya daripada teluh kain kafan," jawab Rasyid.

Alwan pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda ia mendengarkan jawaban Rasyid dengan sangat baik. Tari dan Hani tampaknya sudah selesai mengumpulkan semua boneka teluh yang berserakan di lantai. Boneka-boneka teluh itu kini diletakkan di atas meja ruang tengah dan terlihat berjajar dengan rapi.

"Ada yang aneh," ujar Tari.

"Apa yang aneh, Tar?" tanya Ziva.

Rasyid, Mika, Hani, dan Raja kini ikut menatap ke arah Tari yang masih memandangi boneka-boneka teluh di atas meja.

"Pada boneka teluh itu tidak tercantum namaku?" tebak Alwan.

Tari pun langsung berbalik dan menatap ke arah Alwan.

"Iya. Itu benar. Tidak ada nama kamu di sini dan juga nama Raja. Kok kamu bisa tahu, Al? Padahal aku barusan belum menjawab pertanyaannya Ziva, loh," heran Tari.

Alwan pun melambai-lambaikan beberapa lembar kertas yang didapatnya dari meja kerja Faisal.

"Sesuai dengan yang ada di dalam berkas ini, Tar. Hanya berkas tentang aku yang tidak ada. Mungkin Faisal belum tahu kalau kalian baru saja merekrut anggota baru," jelas Alwan.

"Itu artinya, kamu satu-satunya yang aman dari ancaman teluh boneka," ujar Ziva.

"Betul sekali, Ziv. Dan kalau aku aman dari ancaman teluh boneka, apa kelebihannya kira-kira?" tanya Alwan.

"Kamu tidak akan terkontaminasi sama sekali dengan praktik ritual teluh boneka yang dilakukan oleh laki-laki itu," jawab Raja.

Alwan pun berjalan mendekat pada meja ruang tengah sambil membuka sarung tangan lateks yang tadi dipakainya. Ia kemudian mengambil satu boneka teluh yang terletak di atas meja tersebut, dengan tangan kosong.

"Seperti ini? Aku tidak akan terkena apa pun meski memegang boneka teluh yang sudah dia jadikan bahan ritual?"

Mika dan Rasyid kompak menahan nafas, saat melihat bagaimana Alwan memegang salah satu boneka teluh itu dengan sangat santai.

"Al ... cobalah untuk membuat jantung kami tetap sehat. Apa yang kamu lakukan barusan bisa memicu serangan jantung ringan untuk kami," pinta Mika.

Alwan pun tersenyum.

"Tenang saja, Mik. Tidak akan terjadi apa-apa padamu, kecuali aku menusuk boneka ini dengan salah satu jarum yang sedang dikumpulkan oleh Hani. Kebetulan yang aku pegang ini adalah boneka atas namamu," ujar Alwan, mencoba menahan tawanya.

"Heh! Simpan cepat kembali bonekanya ke atas meja, Al! Aku bahkan belum melewati malam pengantin bersama Istriku, jadi jangan macam-macam kamu!"

"Astaghfirullahal 'azhim! Jadi dari tadi kamu sedang memikirkan soal malam pengantin? Ya Allah, Mik! Bisa-bisanya kamu memikirkan hal itu disaat sedang bertugas," omel Hani, sambil memukuli lengan Mika dengan penuh keikhlasan.

Mika benar-benar jadi bulan-bulanan bagi Hani, Tari, dan Ziva. Alwan kembali menyimpan boneka teluh itu ke atas meja dan meletakkannya seperti tadi. Ia menyimpan sarung tangan lateksnya ke dalam saku, lalu menatap ke arah yang lainnya.

"Kenapa tidak ada namanya Raja tercantum di salah satu boneka teluh itu? Ada yang tahu?" tanya Tari, masih penasaran.

"Karena Faisal tidak berniat menyakiti Raja. Dalam imajinasinya, Raja harus tetap sehat wal 'afiat untuk menyaksikan saat dirinya berhasil merebut Ziva dari Raja," jawab Alwan, yang jelas sudah memikirkan banyak kesimpulan.

Alwan pun segera menatap ke arah Raja dan Rasyid setelah memberikan jawaban.

"Ayo, sebaiknya kita menyiapkan yang diperlukan untuk mematahkan teluh boneka itu," ajak Raja.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now