18 | Kabar Dari Rusli

735 79 0
                                    

Beberapa saat lalu, penyewa rumah lainnya di perumahan tunggal itu baru saja pulang ke rumah masing-masing yang mereka sewa. Egi pun mendekat pada mereka bersama Pak RT dan Pak RW, agar tidak terjadi keributan selama sedang proses pematahan teluh boneka di rumah yang Faisal sewa, serta selama mereka menunggu kemunculan Faisal. Para kepala keluarga pada lima rumah tunggal lainnya segera mendekat ke arah Egi yang mendatangi kediaman mereka. Mereka akhirnya berkumpul di rumah nomor dua, sebagai perwakilan tempat perkumpulan.


"Ada apa ini, Pak Egi? Apakah ada masalah dengan rumah di ujung itu?" tanya Bram--penyewa rumah nomor satu.

"Begini Bapak-bapak sekalian, di rumah itu kami menemukan bukti-bukti kegiatan perdukunan yang terkait dengan ilmu hitam. Lebih tepatnya, penyewa rumah itu ternyata sedang melakukan praktik teluh boneka untuk menyerang beberapa orang yang dia tuju. Saat ini ada beberapa orang di dalam sana yang sedang mencoba mengurus kegiatan teluh boneka itu dan berusaha untuk mematahkannya, agar kegiatan teluh itu tidak lagi berlanjut," jelas Pak RW, mencoba menjelaskan secara singkat.

"Astaghfirullahal 'azhim!!!" tanggap semua Bapak-bapak yang baru mendengar kabar itu dengan kompak.

"Berarti penampakan-penampakan yang beberapa kali dilihat oleh istri-istri kami atau oleh kami sendiri itu adalah akibat dari kegiatan teluh boneka yang dilakukan oleh penghuni baru di rumah itu, Pak RW?" duga Krisna--penyewa rumah nomor empat.

"Iya, Pak Krisna. Betul sekali. Penampakan-penampakan yang dilihat oleh Istri Bapak dan Istri Bapak-bapak lainnya itu diakibatkan oleh kegiatan teluh boneka yang dilakukan oleh Pak Faisal. Jadi saat ini saya harap Bapak-bapak sekalian sebaiknya tetap berada di dalam rumah bersama Istri masing-masing dan tidak perlu keluar. Pak Faisal saat ini sedang tidak ada di rumahnya ketika kami masuk ke sana tadi. Jadi saat ini, kami sebenarnya sedang menantikan kedatangan Pak Faisal, sebelum para Polisi itu menangkapnya," jelas Egi, sambil menunjuk ke arah Rusli yang sudah memanggil beberapa orang anak buahnya untuk membantu penangkapan Faisal malam itu.

Semua orang pun menatap ke arah Rusli selama beberapa saat, lalu kembali fokus pada Egi, Pak RW, dan Pak RT.

"Lalu ... apakah setelah Pak Faisal itu ditangkap, maka tidak akan ada lagi teror dari makhluk-makhluk halus yang memperlihatkan wujudnya kepada warga di perumahan ini, Pak?" tanya Asril--penyewa rumah nomor dua.

"Insya Allah tidak akan ada lagi teror-teror penampakan seperti itu, Pak Asril. Orang-orang yang saat ini akan mematahkan teluh boneka di dalam rumah itu akan membantu membersihkan keadaan sekitar rumah setelah tidak lagi ditempati oleh Pak Faisal," jawab Egi, mencoba meyakinkan para penyewa rumah lainnya.

"Kalau begitu sebaiknya kami masuk sekarang, ya, Pak. Jangan sampai mendadak Pak Faisal datang dan kami masih ada di luar. Nanti urusannya malah jadi runyam kalau dia mencoba melawan ketika akan ditangkap," ujar Rendi--penyewa rumah nomor tiga.

"Iya, Pak Rendi. Silakan. Sebaiknya memang begitu," jawab Pak RT, agar semua orang segera membubarkan diri dari halaman rumah nomor dua tersebut.

Setelah semua orang masuk ke rumah masing-masing usai diberi pengertian tentang soal kegiatan teluh boneka yang dilakukan oleh Faisal, Pak RW pun menyampaikan hal itu kepada Rusli agar tidak lagi khawatir mengenai persoalan penangkapan terhadap Faisal. Rusli pun langsung mengarahkan para anak buahnya untuk berjaga disetiap halaman rumah lainnya, agar Faisal tidak bisa melarikan diri ke mana-mana ketika akan ditangkap. Setelah memberikan perintah, Rusli pun mencoba menjauh sebentar dari Pak RT dan Pak RW yang masih berbincang dengan Egi, sebagai pemilik rumah yang disewa oleh Faisal. Ia harus mengabari kepada Federick atau Faris, mengenai apa yang saat ini sedang terjadi di lapangan.

Suara nada sambung terdengar jelas di telinga Rusli ketika mencoba menelepon ponsel milik Federick. Federick sendiri mengangkat telepon itu tak lama kemudian dari seberang sana.

"Halo, assalamu'alaikum Rus. Bagaimana? Apakah ada kabar yang bisa kamu sampaikan padaku saat ini?" tanya Federick setelah menyapa.

"Wa'alaikumsalam, Fedi. Saat ini kami sudah menemukan rumah yang menjadi tempat di mana Faisal tinggal. Ternyata rumah yang dia sewa cukup dekat dengan kediaman Keluarga Wiratama, sehingga itulah alasan mengapa dia menjadi sangat mudah mengetahui seluk-beluk kehidupan Ziva dan Raja. Di dalam rumah itu kami temukan syarat-syarat ritual yang lengkap dan juga beberapa boneka teluh yang berhamburan di lantai. Faisal sendiri sedang tidak berada di rumah itu. Dia tampaknya sedang pergi menemui dukun kepercayaannya, setelah Raja sukses membuatnya marah usai diberi ide oleh Alwan. Sekarang, Ziva akan mematahkan teluh boneka itu, sementara aku dan anak buahku akan menunggu kedatangan Faisal untuk menangkapnya jika dia muncul," jelas Rusli.

Federick mendengarkan penjelasan itu tanpa menyela sama sekali. Ia tetap diam dan tampak sedang memikirkan semuanya.

"Lalu bagaimana keadaan anak-anak? Apakah mereka semua baik-baik saja saat ini, Rus?" Federick ingin tahu.

"Alhamdulillah mereka semua baik-baik saja. Meskipun tadi Tari sempat terkena serangan seperti yang terjadi pada Mika, tapi mereka benar-benar bisa mengatasinya dan terus beradaptasi dengan tingkat waspada yang tinggi. Rasyid, Mika, dan Alwan tidak pernah berhenti menyemangati Raja dan Ziva agar tidak terpengaruh dengan ancaman dari Faisal. Hubungan mereka berdua kini benar-benar terlihat sangat kokoh, karena tidak ada yang membuat mereka sempat merasakan ragu meski hanya sebentar. Bahkan Tari dan Hani pun juga memberi dukungan kepada Ziva untuk terus bertahan. Mereka sangat kompak, Fedi. Mereka tidak pernah berhenti saling bahu-membahu."

"Ya, mereka jelas akan selalu seperti itu. Sejak dulu memang tidak ada yang berubah di antara mereka. Bahkan saat Raja dan Alwan hadir sebagai orang baru di dalam tim itu sekalipun, kekompakan mereka benar-benar tidak bisa diragukan dan tidak bisa digoyahkan. Mereka semakin kokoh karena yakin bahwa Allah selalu menyertai langkah yang mereka ambil," tanggap Federick, atas jawaban yang Rusli berikan.

"Baiklah kalau begitu, Fedi, aku akan tutup teleponnya. Sepertinya anak-anak akan melakukan sesuatu soal pematahan teluh boneka itu. Aku akan mencoba mencari tahu tentang apa yang akan mereka lakukan. Nanti akan aku hubungi lagi kamu. Assalamu'alaikum," pamit Rusli.

"Ya, baiklah. Wa'alaikumsalam," balas Federick.

Federick yang baru saja memutus sambungan telepon dengan Rusli kini langsung menoleh ke arah semua orang yang tengah menantikan kabar dari anak-anak di luar sana. Mau tak mau, suka tak suka, dirinya harus menjelaskan mengenai apa saja yang disampaikan oleh Rusli. Maka dari itulah, ia segera menyiapkan diri untuk membeberkan semuanya secara perlahan agar tidak ada yang perlu merasa kaget.

"Jadi begini," Frederick memulai.

* * *

TELUH BONEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang