19 | Firasat Buruk

844 88 7
                                    

Ki Yatmo kembali bersiap melakukan pertapaan yang tadi sempat tertunda, akibat gangguan yang terjadi saat Faisal datang menemuinya. Ia sudah jauh lebih tenang sekarang setelah Faisal pergi dari rumahnya, dan akan segera melanjutkan ritual teluh boneka yang sudah ia ajarkan.


"Siapa yang datang tadi, Pak?" tanya Sumi--istri Ki Yatmo.

"Faisal yang datang," jawab Ki Yatmo, sambil menabur dupa merah ke dalam wadah tanah liat yang akan ia gunakan.

"Mau apa dia datang malam-malam begini? Bukankah dia sudah dibekali dengan kemampuan untuk melakukan teluh? Apakah teluh yang dia lakukan tidak berhasil?" heran Sumi.

"Hm ... katanya memang begitu. Teluh boneka yang dia lakukan katanya tidak berhasil dan dia marah-marah padaku. Tapi setelah aku menyuruhnya mengingat, apakah dia sudah melengkapi syarat untuk melakukan teluh boneka yang sudah aku beri tahu, emosinya langsung mereda. Dia mungkin tidak ingat soal syarat yang harus dipenuhi, lalu merasa malu karena langsung menyalahkan aku soal kegagalannya," jelas Ki Yatmo.

"Lalu, apa yang Bapak lakukan untuk menyuruh dia pulang?"

"Bapak hanya menasehati dia sedikit, lalu setelah itu memberikannya penjaga yang akan membuatnya tidak pernah gagal ketika melakukan teluh. Jadi kalau dia akan kembali melakukan ritual teluh boneka, maka makhluk yang aku perintahkan untuk ikut dengan Faisal itu akan melengkapi syarat-syaratnya, jika Faisal kembali melupakan salah satu syarat."

Sumi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala usai mendengar soal Faisal yang baginya sangatlah ceroboh dan pelupa.

"Aku tidak habis pikir, kenapa ada manusia yang sifatnya seperti Faisal. Terlalu ambisius, ceroboh, dan bahkan pelupa," ujar Sumi, sambil menyiapkan kembang tujuh rupa yang dibutuhkan oleh Suaminya.

Ki Yatmo menerima uluran wadah berisi bunga tujuh rupa dari tangan istrinya, lalu mulai menyusunnya di atas sebuah wadah yang cukup lebar.

"Aku juga heran padanya," sahut Ki Yatmo. "Faisal sebenarnya bisa saja langsung mengirimkan pelet pada perempuan yang dia inginkan. Tapi entah kenapa dia malah meminta diajari olehku agar bisa melakukan teluh. Mungkin dia tidak akan merasa puas jika bisa menjerat perempuan yang dia inginkan melalui pelet. Dia mungkin ingin perempuan itu bertekuk lutut dengan sendirinya, setelah perempuan itu meninggalkan Suaminya. Dengan begitu, dia akan melihat Suami dari perempuan itu menderita dan patah hati, lalu setelahnya barulah dia akan merasa puas."

"Mungkinkah itu karena Faisal merasa sakit hati pada Suami perempuan yang diinginkannya? Waktu itu Faisal sempat bercerita bahwa perempuan itu menolaknya dan memilih menikah dengan laki-laki lain, 'kan?"

"Iya, itu benar. Makanya aku bilang mungkin Faisal ingin membalas pada laki-laki itu dan membuatnya patah hati seperti yang dia rasakan."

Ki Yatmo akhirnya selesai menyiapkan semua persiapan untuk pertapaan yang akan dilakukannya. Sumi akan keluar dari ruangan khusus itu ketika Ki Yatmo sudah memejamkan kedua mata sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Namun belum juga beberapa langkah ia berjalan menuju pintu, salah satu wadah berisi air dan bunga tujuh rupa yang sudah dijampi-jampi oleh Ki Yatmo mendadak bergejolak hebat hingga membuat wadahnya bergetar dan bergeser. Ki Yatmo pun kembali membuka kedua matanya dan membatalkan niat bertapanya, lalu segera mendekat ke arah wadah yang sedang bergejolak hebat tersebut. Sumi pun ikut mendekat dan berdiri dengan wajah khawatir di sisi Suaminya.

"Ada apa itu, Pak? Kenapa tumben sekali ada air yang sudah dijampi-jampi bergejolak seperti itu?" tanya Sumi.

"Ada yang berusaha mematahkan teluh boneka, yang dilakukan oleh Faisal. Entah saat ini Faisal sudah tahu atau belum, namun sepertinya tidak ada perlawanan sama sekali dari Faisal atas tindakan pematahan teluh itu," jawab Ki Yatmo.

"Bagaimana caranya Faisal mau tahu, Pak? 'Kan Faisal baru saja pergi dari sini. Dia jelas belum sampai di rumahnya saat ini. Rumahnya 'kan ada di Jakarta," ujar Sumi, terdengar semakin gelisah. "Sekarang bagaimana? Apakah Bapak tidak bisa melakukan sesuatu untuk melawan balik pada orang yang berusaha mematahkan teluh itu?"

Ki Yatmo hanya bisa diam di tempatnya. Ia tahu persis bahwa tidak akan ada yang bisa dilakukan olehnya, jika Faisal sendiri belum berada di tempat ritual teluh boneka itu dilaksanakan.

Perjalanan Faisal menuju rumah yang ia sewa cukup lancar. Hanya saja beberapa kali ia harus terjebak dengan macet akibat banyaknya kendaraan yang saat itu memenuhi jalanan menuju Jakarta. Keadaan di dalam mobil laki-laki itu masih seperti tadi. Dingin dan cukup senyap. Seakan hal tidak wajar yang berada di dalam mobil itu sedang menunjukkan keberadaannya pada Faisal. Faisal sendiri sejauh ini tetap tenang-tenang saja, karena dirinya sama sekali tidak bisa melihat keberadaan makhluk yang diperintahkan oleh Ki Yatmo untuk menjaganya tersebut. Ia tidak keberatan sama sekali untuk berada di dekat makhluk itu, karena menurutnya ia harus terbiasa dengan keberadaan makhluk-makhluk itu jika ingin hidup bersama Ziva.

"Ziva saja selalu santai jika sudah melihat makhluk-makhluk tak kasat mata itu. Masa aku harus takut dengan makhluk-makhluk itu, sementara impianku adalah ingin menjalani hidup selamanya bersama Ziva."

Itulah yang Faisal pikirkan tadi, saat ditawari oleh Ki Yatmo yang akan memberinya penjaga. Dengan pikiran itu pula, Faisal akhirnya memutuskan untuk tidak takut sama sekali terhadap makhluk halus yang diutus untuk menjaganya, meskipun dirinya saat ini terus saja merasakan hawa dingin yang membuatnya merinding tiada henti. Ia berusaha tetap tenang meski tahu bahwa makhluk itu ada di sekitarnya.

Faisal sudah melalui setengah perjalanan menuju Jakarta malam itu. Ia terus melajukan mobilnya dan sama sekali tidak mampir ke mana pun, meski hanya untuk sekedar mengisi bahan bakar. Ia ingin sekali cepat tiba di rumah, agar ritual teluh boneka yang tadi sempat terhenti bisa kembali ia lanjutkan. Mobil itu terus melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Faisal merasa keadaan jalanan malam itu sudah cukup sepi, sehingga tidak lagi berjalan lambat-lambat seperti tadi. Namun tanpa ia duga, sebuah pohon berukuran sedang mendadak tumbang di depan jalan yang Faisal lalui. Hal itu jelas membuat Faisal langsung menginjak rem sedalam-dalamnya, agar mobilnya tidak sampai menabrak pohon yang tumbang tersebut.

Ketika mobil itu akhirnya berhenti, Faisal pun segera bernafas lega selama beberapa saat. Namun dalam pikirannya langsung berkecamuk satu hal yang amat sangat buruk.

"Ada apa ini? Kenapa aku bisa hampir mengalami kecelakaan? Bukankah, jika aku celaka itu artinya ritual teluh boneka yang aku jalani tengah dipatahkan dan akan segera berbalik kepada diriku sendiri?" batin Faisal, mulai dipenuhi ketakutan.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now