21 | Menghindari Yang Tak Terlihat

783 84 11
                                    

Alwan tidak beranjak terlalu jauh dari wadah tempat membakar boneka-boneka teluh. Bahkan pria itu juga tetap berada di bawah naungan atap yang cukup gelap, sehingga membuat dirinya hampir tidak terlihat oleh orang lain, jika tidak betul-betul diperhatikan. Alwan sengaja menjauh karena dirinya merasa membutuhkan ruang gerak yang cukup besar agar bisa menjalankan rencananya sendiri. Meski anggota timnya saat itu sedang bersiap untuk menantikan kedatangan Faisal sambil memberi tahu Rusli, dirinya tetap saja tidak ikut bergabung dengan yang lainnya.


"Kenapa Al malah diam di situ terus? Kok dia enggak ikut sama kita, sih?" tanya Tari, agak sedikit heran dengan dengan tingkah laku Alwan.

"Biar saja, Tar. Al mungkin berpikir bahwa wadah yang sedang terbakar itu harus dijaga olehnya, seperti saat dia menjaga rambut-rambut kuntilanak yang dibakar waktu itu di teras rumah Pak Asep," sahut Hani.

"Lagi pula hal yang Al lakukan jelas benar, Sayang. Wadah tempat membakar boneka-boneka teluh itu jelas harus dijaga agar tidak ada yang mencoba untuk memadamkannya sebelum semua boneka teluh di dalamnya menjadi abu. Kamu tahu sendiri 'kan, kalau membakar boneka teluh tidak semudah membakar boneka biasa," Rasyid mengingatkan Tari.

Tari pun langsung menepuk keningnya, setelah ingat bahwa memang membakar boneka teluh tidak semudah membakar boneka biasa.

"Duh ... untung saja Al itu orangnya selalu berinisiatif dalam mengambil tindakan. Kalau tidak, maka kita semua mungkin akan kecolongan saat ada yang berusaha memadamkan api pada wadah itu. Aku terlalu fokus ingin segera mengakhiri permainan Faisal sejak tadi, sampai lupa bahwa menjaga wadah yang tengah berkobar itu adalah hal yang penting," ujar Tari, jujur.

Hani pun segera merangkul Tari dengan lembut dan bahkan memeluknya dari samping seperti biasanya, ketika ia hendak membuat Tari menjadi tenang.

"Sabar, Tar. Jangankan kamu, aku pun ingin segera mengakhiri permainan gilanya Faisal sekarang juga. Tapi kita harus selalu ingat, bahwa melawan sesuatu yang berkaitan dengan sihir, pelet, dan teluh bukanlah hal mudah. Selalu ada risiko yang harus kita hadapi dan kita harus menghadapinya dengan sabar. Sekarang sebaiknya kita bersiap-siap seperti yang lainnya. Biarkan Al menjaga wadah itu agar boneka-boneka teluh tadi benar-benar menjadi abu," bujuk Hani, agar Tari bisa kembali menjadi dirinya yang biasa.

Tari pun segera menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan demi membuat ketenangan di dalam dirinya kembali seperti biasa. Ziva dan Raja jelas sudah berada lebih dulu di tengah-tengah perumahan tunggal tersebut. Mika dan Rasyid menyusul mereka tak lama kemudian dan berdiri di depan mereka, agar Faisal tidak bisa menatap secara langsung ke arah Ziva ataupun Raja.

"Seperti kesepakatan kita tadi, kalian berdua harus berada di belakang kali ini. Agar kami berempat bisa menghalangi tatapan Faisal ke arah kalian," ujar Mika, saat Hani dan Tari baru saja tiba di sisinya.

"Apakah tidak ada yang mau menemani Al untuk menjaga wadah tempat boneka-boneka teluh itu dibakar?" tanya Raja.

"Al mampu menjaga wadah itu sendirian, Ja. Kamu tenang saja dan fokuslah bersama Ziva untuk melihat apa pun yang mungkin ada di sekitar Faisal ketika laki-laki itu tiba di sini," jawab Rasyid.

Tari dan Hani memeluk Ziva sebelum berdiri di tempat mereka seharusnya berada. Ziva membalas pelukan dari kedua sahabat wanitanya itu dengan erat. Seakan ia benar-benar membutuhkan banyak energi agar bisa melewati malam itu.

"Tetap kuat, Ziv. Jangan goyah dengan ancaman dari Faisal, apa pun yang terjadi," bisik Hani.

"Yakinlah bahwa kamu dan Raja enggak akan pernah melalui yang namanya perpisahan. Hubungan kamu dan Raja akan selalu sekokoh biasanya, Ziv. Insya Allah. Kami akan terus mendoakan kalian berdua agar bisa menjalani hidup yang jauh lebih tenang setelah malam ini berakhir," tambah Tari, ikut berbisik seperti yang Hani lakukan.

Ziva pun mengangguk pelan seraya mencoba untuk tersenyum ketika akhirnya melepaskan pelukan Tari dan Hani. Kedua matanya tak bisa berbohong, bahwa saat itu dirinya sedang merasa sangat tertekan akibat ulah yang Faisal perbuat.

"Iya. Insya Allah aku akan bertahan sampai akhir. Entah itu bertahan untuk menyelesaikan perkara teluh boneka yang laki-laki itu lakukan, ataupun bertahan untuk tetap berada di samping Raja sebagai Istrinya. Aku akan mencoba menjalani malam ini seperti biasanya. Aku akan berjuang sampai akhir," janji Ziva.

Setelah Tari dan Hani pergi ke posisinya masing-masing, Raja pun kembali menggenggam tangan Ziva dengan erat seperti tadi. Ia menatap dalam-dalam pada kedua mata Ziva yang selalu berhasil membuatnya tenang setiap kali memandang lama. Ia tidak pernah merasa tidak bahagia setiap kali berada di sisi Ziva. Hatinya sudah dipenuhi dengan cinta yang ia terima dari Ziva, serta dipenuhi oleh cintanya yang hanya akan ia bagi kepada wanita itu.

"Insya Allah, Allah akan melindungi kita dan apa yang sedang berusaha kita jaga. Allah tidak tidur, Adinda Zivaku. Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang membutuhkan pertolongan. Yakinlah akan hal itu, Sayangku," bisik Raja.

"Insya Allah aku akan selalu meyakini hal itu, Kakanda Rajaku. Saat ini Mika pasti bisa mendengar panggilan sayang yang kita lakukan. Tapi dia memilih bungkam dan tidak protes, karena tahu bahwa kita sama-sama sedang resah akibat perbuatan laki-laki itu. Jadi ... mari kita fokus saja pada apa yang akan segera terjadi. Jangan memancing bibir pedas Mika untuk mengeluarkan ceramah rohani," saran Ziva, mencoba mencairkan suasana bersama Raja.

Mika--yang benar-benar sedang menahan gerutuannya atas keromantisan antara Raja dan Ziva--hanya bisa memasrahkan diri sambil menggigit bibirnya sendiri. Jelas sekali kalau Mika ingin mencaci maki Raja dan Ziva atas panggilan ala zaman Majapahit yang mereka lakukan, namun hatinya melarang keinginannya demi membuat Raja dan Ziva tidak goyah dalam kondisi apa pun.

Beberapa saat kemudian, tampaklah sebuah mobil yang begitu dikenali oleh mereka semua sebagai mobil milik Faisal. Laki-laki itu akhirnya tiba di sana dan tampak sangat marah meski belum turun dari mobil tersebut. Kedua mata Ziva dan Raja mendadak membola saat melihat makhluk apa yang ada di samping Faisal dan tampak sedang menjaganya.

"Semua mundur! Dia dijaga oleh setan dongga*!" perintah Ziva dengan cepat.

Seketika Rasyid, Mika, Tari, dan Hani pun segera mundur dari posisinya semula. Yang awalnya mereka ingin menjaga Raja dan Ziva, akhirnya mereka terpaksa harus mundur karena tidak bisa menghadapi makhluk yang tak terlihat di sisi Faisal.

* * *

*Setan Dongga : Memiliki wujud seperti bayang hitam yang tinggi-ada yang biasanya sampai setinggi pohon kelapa. Setan dongga biasanya diperintahkan oleh beberapa dukun untuk melindungi orang-orang tertentu yang dianggap berpotensi menjadi pengikut/pemuja Iblis.

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now