22 | Luapan Emosi

718 79 0
                                    

Alwan bisa melihat dengan jelas kedatangan Faisal dari tempatnya berdiri saat itu. Ia bahkan bisa melihat kalau Rusli sudah mulai mengarahkan para anak buahnya untuk bersiaga ketika akan melakukan penangkapan terhadap Faisal. Sebelumnya Alwan telah melihat dengan jelas bagaimana formasi yang dibentuk oleh anggota timnya ketika akan menghadapi Faisal. Formasi itu jelas sesuai dengan yang tadi sudah disepakati. Karena mereka semua berniat ingin melindungi Raja dan Ziva dari Faisal yang bisa saja kembali mencoba menyerang dengan cara lain, setelah ritual teluh boneka yang laki-laki itu lakukan tidak lagi bisa dilanjutkan. Namun belum beberapa menit Faisal tiba di sana, mendadak formasi yang tadi sudah dibentuk kembali berubah. Raja dan Ziva yang tadi terlindungi keberadaannya oleh Rasyid, Mika, Tari, dan Hani, kini menjadi berada di posisi depan setelah keempat orang itu mundur sampai hampir mendekati rumah yang Faisal sewa.


"Apakah Raja dan Ziva melihat sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, lalu meminta mereka untuk mundur secepat mungkin?" batin Alwan, menduga-duga.

Alwan terus mengamati tindak-tanduk Faisal setelah perubahan formasi anggota timnya terjadi. Faisal baru saja keluar dari mobilnya. Wajah laki-laki itu tampak dipenuhi dengan kemarahan yang luar biasa ketika Alwan bisa melihat ke arahnya dengan jelas. Keadaan mendadak terasa sangat sunyi dan dingin, padahal saat itu Alwan sedang berada di dekat wadah yang masih terbakar.

"Kurang ajar!!! Kenapa kalian selalu saja berada satu langkah di depanku??? Aku hanya menginginkan Ziva!!! Apakah kalian tidak bisa membiarkan aku satu kali saja untuk mencapai keinginanku???" bentak Faisal, sangat murka.

"Hm ... tampaknya pertanyaan barusan itu ditujukan kepada Rasyid, Mika, Tari, dan Hani. Keempat orang itu jelas selalu menghalangi langkah Faisal yang ingin mencoba mendekati Ziva, yang pastinya juga atas permintaan Ziva sendiri," batin Alwan.

Mika tampak marah saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Faisal. Pria itu sama sekali tidak ingin menyembunyikan apa pun yang terkait dengan kemarahannya tersebut.

"Tutup mulut kamu!!! Jangan pernah kamu berpikir kalau kami akan membiarkanmu memisahkan Ziva dari Raja!!! Sampai mati pun, kami tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!!! Ziva adalah Istri dari Raja Wiratama dan akan selamanya seperti itu!!!" balas Mika, tak kalah tegas murkanya Faisal.

Faisal tampak mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat dengan wajah memerah sempurna akibat emosi yang meluap-luap. Ziva dan Raja terus mengawasi pergerakan setan dongga yang ada di samping Faisal, sementara yang lainnya fokus mengawasi Faisal dan gerak-geriknya. Faisal pun kemudian tertawa mengejek ke arah mereka berenam. Alwan masih berdiri di tempatnya sambil membaca situasi untuk menentukan kapan dirinya harus beraksi dengan rencananya sendiri.

"Kamu pasti berani bicara begitu karena merasa sudah berada satu langkah di depan dari langkahku. Kalian pasti sudah memusnahkan boneka-boneka teluh yang aku buat dan aku letakkan nama kalian di baliknya. Oleh karena itu kalian merasa akan memenangkan semuanya dari aku malam ini. Benar begitu, 'kan?" tanya Faisal, dengan nada mengejek.

Rusli tampak mulai sedikit khawatir setelah mendengar nada ejekan tersebut dari mulut Faisal. Ia takut akan terjadi sesuatu yang tidak terduga, meski anak-anak yang sedang ia awasi saat itu sudah mematahkan teluh boneka yang Faisal lakukan sejak tadi. Faisal sendiri kini mulai berjalan mundur ke arah mobilnya dan kembali membuka pintu untuk mengambil sesuatu. Semua orang berada dalam posisi waspada, termasuk Alwan yang berada di halaman rumah Faisal. Faisal tampak membawa sebuah kotak dan membiarkan pintu mobilnya tetap terbuka. Laki-laki itu membuka kotak tersebut, lalu mengeluarkan satu boneka teluh lainnya dan menunjukkannya secara terang-terangan. Seketika wajah keenam orang yang sedang menghadapi Faisal saat itu memucat di tempat masing-masing, termasuk Ziva dan Raja yang kini langsung mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Apakah di antara kalian tidak ada yang curiga saat menemukan boneka-boneka teluh buatanku di dalam sana dan hanya menemukan empat boneka dengan empat nama tertulis di belakangnya? Kalian pikir ... karena aku mengancam Ziva untuk menyakiti Rasyid, Hani, Tari, dan Mika, lalu aku tidak membuat boneka teluh dengan nama Raja di belakangnya? Ha-ha-ha-ha-ha! Kalian jelas memang sebodoh itu, sehingga tidak memikirkan bahwa aku juga membuat boneka teluh atas nama Raja. Dan ya ... benar sekali ... ritual teluh boneka yang aku lakukan sama sekali belum selesai, meski kalian sudah berusaha mematahkannya," ujar Faisal, dengan wajah bahagia yang luar biasa.

Faisal pun mundur kembali untuk menyimpan boneka teluh atas nama Raja bersama kotak tempatnya menyimpan boneka itu ke mobilnya. Ia kembali lagi ke tempatnya berdiri, namun sama sekali tidak menutup pintu mobilnya. Kini, ia berada di depan mobilnya dan duduk bersandar dengan santai sambil menatap ke arah Ziva. Kedua mata Ziva memancarkan amarah yang begitu luar biasa, setelah tahu kalau target yang selanjutnya akan disakiti oleh Faisal adalah Raja.

"Tapi tenang saja, Ziva Sayang. Aku tidak akan menyakiti Raja jika kamu bersedia menceraikan dia malam ini juga," tawar Faisal, menunjukkan belas kasih di hadapan Ziva.

"Tutup mulutmu dan jangan panggil Istriku dengan sebutan 'sayang'!!!" bentak Raja, tidak peduli dengan dirinya yang terancam.

Senyum di wajah Faisal mendadak meredup saat mendengar suara Raja. Kedua mata Ziva mulai berkaca-kaca akibat takut terjadi sesuatu pada Raja. Hal itu membuat Raja segera memeluknya dengan erat, untuk meyakinkan Ziva bahwa semuanya akan baik-baik saja meski Faisal masih memegang boneka teluh atas namanya.

"Tenang, Sayang. Tenang, Adinda Zivaku," bisik Raja, tepat di telinga Ziva.

Ziva tidak bisa membalas, karena dirinya sedang berupaya untuk menahan tangis agar tidak pecah meski airmatanya sudah membasahi seluruh wajah. Rasa takut benar-benar menyelimuti hatinya, sampai Ziva bahkan lupa cara untuk bernafas dengan benar-benar, sehingga jalan nafasnya terasa begitu sesak. Melihat Ziva yang begitu amat tersiksa akibat dari ancaman yang Faisal layangkan, Tari dan Hani pun tidak lagi peduli dengan setan dongga yang mungkin masih berada di sekitar Faisal. Mereka melangkah maju dan menghalangi tatapan Faisal ke arah Ziva dan Raja yang masih saling memeluk.

"Diam kamu!!! Jangan pernah bermimpi bahwa Ziva dan Raja akan terpisah malam ini!!! Kami akan berupaya sekuat tenaga untuk tetap menguatkan hati mereka agar tidak perlu goyah hanya karena tawaran dari manusia berhati Iblis macam kamu!!!" tegas Hani.

"Jadi sebaiknya kamu jangan merasa menang dulu!!! Bagi kami, ancamanmu itu hanya seperti ancaman anak kecil yang menginginkan mainan milik orang lain!!!" tambah Tari, benar-benar naik pitam akibat kelakuan Faisal.

* * *

TELUH BONEKANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ