15 | Menggeledah

787 86 8
                                    

Rusli langsung menatap ke arah Egi setelah mendengar tebakan yang Ziva utarakan. Egi balas menatap ke arah Rusli dan tampak tidak bisa menyembunyikan ekspresi takutnya.


"Benar begitu, Pak Egi? Benar kalau penghuni rumah lainnya sering melapor pada Bapak soal munculnya makhluk-makhluk halus di sekitar atau di dekat rumah yang ditempati oleh Faisal?" tanya Rusli, benar-benar membutuhkan kepastian.

"Be--benar, Pak Rusli. Aduh ... mohon maaf ini sebelumnya, kalau saya terlihat sangat takut dengan rumah itu ataupun dengan penghuni rumahnya. Soalnya, saya sudah melihat sendiri setelah menerima laporan dari penghuni rumah lain. Saya masih belum bisa lupa dengan apa yang saya lihat waktu itu," jelas Egi, apa adanya.

"Bapak melihat sendiri? Bagaimana bisa?" heran Rusli.

"Karena memang makhluk-makhluk halus itu kadang ingin menampakkan wujudnya di hadapan manusia, Pak Rusli. Itu bukan hal yang aneh. Mereka hanya ingin rumah itu semakin ditakuti oleh orang-orang yang tinggal di sekitarnya, agar tidak ada yang berani mendekat ke rumah itu terutama saat penghuninya sedang ada di rumah dan melakukan ritual," jelas Raja, agar Rusli tidak semakin kebingungan.

"Ritual? Ritual apa maksudnya, Mas?" tanya Egi, yang kini mulai terlihat menyesal karena menyewakan rumah itu pada Faisal.

"Ritual teluh atau yang umum disebut santet, Pak Egi. Orang yang menyewa rumah Bapak itu berniat menghancurkan rumah tangga Adik dan Adik ipar saya," jelas Rasyid, seraya menunjuk ke arah Ziva dan Raja. "Dia mengancam akan menyakiti kami dari jauh menggunakan teluh yang dia lakukan di rumah itu, agar Adik dan Adik ipar saya memutuskan bercerai."

"Astaghfirullahal 'azhim! Ya Allah, saya benar-benar menyesal sekarang karena telah membiarkan dia menyewa rumah itu. Kalau begitu mari, biar saya antar kalian ke rumah itu dan membukakan pintunya. Tapi sebelumnya saya akan menelepon Pak RT dan Pak RW untuk datang ke sini, agar mereka juga menyaksikan apa isi dari rumah yang disewa oleh si Faisal itu," ujar Egi.

Setelah Egi menghubungi RT dan RW setempat, Egi pun segera membuka pagar rumah yang disewa oleh Faisal. Ziva dan Raja segera menyiram sekeliling jalan yang akan dilalui oleh semua orang, agar makhluk-makhluk yang mencoba menghalangi mereka segera pergi menjauh.

"Bismillahirrahmanirrahim. Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardhi. Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa biidznih, ya'lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaaa bimaaa syaaa'. Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh. Walaa ya'uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal 'aliyyul 'azhiim."

Suara Rasyid, Mika, dan Alwan yang terus membaca ayat kursi malam itu jelas ikut mempengaruhi keadaan. Hawa di sekitar rumah itu yang awalnya sangat dingin dan tidak wajar, mulai menunjukkan perubahan yang mampu membuat siapa pun tidak lagi merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Pak RT dan Pak RW tiba tidak lama kemudian, lalu berbincang bersama Rusli tentang hal yang terjadi. Mereka bertiga ikut masuk ke rumah yang disewa oleh Faisal, setelah Mika memberikan tanda pada mereka bahwa keadaan di dalam aman seratus persen. Setelah mereka tiba di dalam rumah itu, Rasyid dan Tari pun langsung menunjukkan semua hal yang terletak di ruang tengah. Mulai dari meja khusus ritual, syarat-syarat ritual, dan juga satu meja yang terbalik di lantai serta beberapa boneka yang berhamburan bersama dengan jarum-jarum kecil.

"Astaghfirullahal 'azhim! Ya Allah! Apa yang dipikirkan oleh penyewa rumah ini? Kenapa dia sampai benar-benar melakukan praktik teluh seperti ini?" tanya Pak RW, tampak benar-benar kaget.

"Sebaiknya Pak Egi, Pak RT, dan Pak RW jangan terlalu lama berada di dalam sini. Energi negatif dari ritual teluh boneka itu terasa sangat kuat bagi saya yang bisa merasakannya. Akan terjadi hal yang buruk jika sampai kalian berada di sini terlalu lama," ujar Ziva, menyarankan.

"Kami bertujuh akan mengurus yang ada di dalam sini. Sementara Pak Rusli akan menunggu di luar bersama dengan Bapak-bapak sekalian," tambah Mika, yang jelas tahu bahwa Ziva memang sedang merasakan hal yang paling buruk di dalam rumah itu.

Rusli pun segera mengajak ketiga pria paruh baya itu keluar dari sana. Setelah mereka keluar, barulah Alwan berhenti berdiam diri dan mendekat ke arah meja yang terbalik di ruang tengah rumah itu.

"Ini adalah hasil dari tipuan yang Raja katakan pada Faisal. Faisal jelas termakan dengan apa yang Raja katakan tadi, bahwa Tari baik-baik saja dan sedang mengobrol santai bersama Ziva serta Hani," ujar Alwan.

Tatapan Ziva pun terarah kepada Alwan setelah mendengar hal itu.

"Dan tipuan tadi juga membuat laki-laki itu segera pergi dari rumah ini, sehingga ritual teluh boneka yang dia lakukan terhenti untuk sementara waktu," tambah Ziva. "Kamu jelas menyarankan hal yang berisiko kepada Suamiku, Al, karena laki-laki itu bisa saja tidak mempercayai tipuan yang Suamiku ucapkan kepadanya dan kemudian dia kembali menyerang Tari agar menjadi lebih menderita. Tapi entah bagaimana, kamu lebih merasa yakin bahwa dia akan percaya dengan tipuan itu, sehingga kamu berani memberikan saran itu kepada Suamiku."

Alwan pun tersenyum.

"Karena dia adalah seorang amatiran di dalam dunia teluh ataupun perdukunan, Nyonya Ziva Wiratama. Terlebih karena Faisal adalah tipe laki-laki yang tidak suka jika harga dirinya tercoreng. Maka dari itu aku yakin kalau dia akan terhasut dengan tipuan yang Raja katakan, lalu segera pergi untuk kembali mengamuk pada dukun yang mengajarinya melakukan teluh boneka," jelas Alwan. "Sejujurnya, sangat mudah jika ingin melawan laki-laki semacam Faisal, andai saja dia tidak bermain-main dengan teluh. Dia mudah dijatuhkan melalui sisi mentalnya. Tapi karena dia bermain-main menggunkan teluh, maka dari itulah aku mencoba mencarikan kita semua jalan agar terhindar dari ritual teluh yang sedang dia jalani. Ya ... setidaknya tidak perlu ada yang panik lagi seperti saat Mika dan Tari terkena serangan dari Faisal."

Raja dan Rasyid pun langsung bertepuk tangan usai mendengar semua yang Alwan utarakan.

"Wah ... jalan pikiranmu itu sungguh sangat rumit, Al. Aku jelas tidak akan mencoba untuk mengajakmu berdiskusi atau bertukar pikiran tentang suatu problem. Karena aku sadar kalau pemikiranku akan kalah, karena aku tidak pernah mencoba memutar otak seperti yang kamu lakukan," ungkap Rasyid, sangat jujur.

"Kalau begitu kamu bisa kok berdiskusi atau bertukar pikiran denganku, Ras. Aku bisa kok berhadapan dengan kamu untuk bertukar pikiran," tawar Mika.

"Dan acara tukar pikiran itu akan berakhir dengan pertengkaran? Wah ... sebaiknya Suamiku tidak perlu bertukar pikiran denganmu, Mik. Aku enggak mau dia terkena penyakit darah tinggi diusianya yang masih sangat muda," ujar Tari, apa adanya.

"Hei ... coba lihat ini. Lihat baik-baik," pinta Hani, sambil memperlihatkan salah satu boneka teluh yang baru saja diambil olehnya dari lantai.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now