5

27K 2.8K 44
                                    

Typo bertebaran tandai aja ya,
Semoga bisa menghibur.





Nuo masuk kelas dengan tenang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Teman sekelasnya melihatnya dengan pandangan  khawatir tapi ragu untuk mendekat.

Dilan pun memandang Nuo dengan ekspresi tidak enak.

Tak lama guru masuk memulai pelajaran seperti biasanya.

Nuo memandang dengan tenang ke arah depan. Sesekali ia melihat ke luar jendela.

Jam pulang berbunyi para siswa berbondong-bondong keluar. Beberapa siswa menyempatkan untuk bertanya pada Nuo, ada juga yang menawarinya untuk mengantarkan pulang. Nuo menolak dengan halus tawaran itu. Setelahnya mereka pergi keluar satu persatu.

Dilan berjalan mendekat ke arah bangku Nuo.

"Emm Nuo, Dilan minta maaf ya atas sikap Agra yang kasar"

"Iya" Nuo memasukan alat tulis terakhirnya ke dalam tas lalu berdiri.

Nuo berjalan keluar kelas, mengabaikan Dilan yang masih berdiri di samping tempat duduknya.

Dilan yang di tinggalkan begitu saja jelas merasa kesal. Ia menghentakkan kakinya dan ikut keluar kelas menuju parkiran.

Tak jauh dari gerbang Nuo berjalan ke arah mobil yang sudah terparkir. Sang sopir membukakan pintu untuknya. Setelahnya mobil melaju meninggalkan sekolah.

Nuo bersandar dan menutup matanya.

Ia merasa lelah tapi juga senang akhirnya bisa bersekolah umum. Teman-temannya juga ramah, meski jika memikirkan ia sekelas dengan Dilan, ia merasa sedikit tidak senang. Hari pertama saja sudah ada keributan. Jika bisa ia ingin pindah kelas.

"Hahhh"

"Tuan muda, apakah anda merasa tidak enak ?" Sang sopir bertanya dengan cemas setelah mendengar tuan mudanya menghela nafas berat.

"Tidak apa-apa. Nuo hanya sedikit lelah"

Sang sopir tidak mengajukan pertanyaan lagi setelah mendengar tuan mudanya lelah.

Nuo menutup matanya dan tidak terasa ia jatuh tertidur.

Mobil memasuki pekarangan mansion hampir bersamaan dengan mobil hitam masuk dan parkir di sebelahnya.

Louis keluar dan memandang bodyguard yang ia tugasnya sebagai supir pribadi bungsunya.

"Tuan, tuan muda tertidur di dalam mobil. Apakah perlu saya gendong masuk ?"

"Tidak usah, biarkan saya saja"

Louis membuka pintu belakang dengan perlahan. Melihat bungsunya yang tidur bersandar.

Ia mengambil tubuh Nuo perlahan supaya tidak membangunkannya. Tapi Nuo tetap merasakan lalu membuka matanya yang masih terasa berat  perlahan.

"Papah"

"Hmm, tidur saja lagi. Papah akan membawa baby ke kamar"

Nuo menutup matanya lagi karna memang ia merasa lelah dan mengantuk.

Louis masuk ke dalam lift yang di ikuti Jayden orang kepercayaannya.

Jay menekan tombol untuk tuannya dan membukakan pintu untuk memudahkan tuannya. Setelahnya ia berdiri di luar pintu menunggu perintah selanjutnya.

Louis membaringkan anaknya lalu mengganti seragam anaknya dengan pakaian bersih yang lebih santai. Setelahnya menyelimuti tubuh anaknya. Ia mengusap pelan kepala Nuo dan memandang wajah pucat anaknya.

Setelah tinggal bersama dengan bungsunya ini. Ia menyadari jika wajah anaknya selalu terlihat pucat. Mungkin karena kesehatannya yang sudah memburuk sejak kecil.

Louis berjalan ke luar kamar lalu turun ke lantai bawah. Disana ada putranya Aland yang sedang duduk di sofa yang sedang memain handphone.

Melihat ayahnya keluar dari lift Aland menyimpan handphonenya.

"Papah, aku ingin bicara"

Louis mendekat dan duduk di sofa seberang anaknya.

"Ada apa boy ?"

"Papah pasti sudah tau tentang yang terjadi di sekolah"

"Lalu ?"

"Aku ingin Nuo di pindahkan ke kelasku"

"Boy apa kau sadar dengan apa yang kamu ucapkan ?"

"Aku sudah mengurusnya, aku bicara dengan Papah hanya formalitas"

Louis mendengus mendengar ucapan anaknya. Memang anaknya sama keras kepalanya dengannya.

"Aku ingin mengawasinya supaya kejadian tadi siang tidak terjadi lagi"

"Jadi kamu sudah menerima Nuo ?"

"Hmm"

"Nuo tidak ingin Papah tahu tentang yang terjadi di sekolah. Tapi tanpa aku bicara pun pasti papah sudah tau"

"Papah tau, ini pertama kalinya ia sekolah seperti lainnya. Dan ia terlihat senang. Jadi Papah hanya bisa bilang jaga adikmu"

"Tentu"

"Tapi boy kamu kelas tiga dan adikmu kelas dua, bagaimana adikmu bisa mengikuti pelajaran"

"Lalu apa gunanya ia memiliki kakak pintar sepertiku"

Louis menatap datar anaknya setelah mendengar ucapan anaknya yang kelewat percaya diri.

"Oke terserahmu saja. Tapi tanyakan saja dulu pada adikmu. Jika ia mau Papah tidak masalah tapi jika ia menolak jangan paksa. Mengerti ?"

"Hm"

Di malam hari setelah makan malam Nuo kembali ke kamarnya. Ia sedang membaca buku dengan duduk bersandar di ranjang.

Tak lama terdengar suara pintu di buka.

Aland masuk perlahan dan duduk di samping adiknya.

Nuo memandang bingung kakaknya yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
Aland melirik buku pelajaran yang di pegang Nuo.

"Apakah adik kakak suka belajar ?"

"Iya Nuo suka"

"Besok Nuo akan pindah ke kelas kakak" ucap Aland dengan entengnya.

Nuo sesaat tercengang.

Permisi ? Pindah kelas ke kelas kakaknya ?

Kalau pindah kelas lainnya masih okelah, ini loncat kelas baru sehari.

"Kakak tidak terima penolakan"

Nuo merasa tidak ayah tidak anak suka membuat keputusan sendiri.

"Em tapi kak, apa boleh ? Nanti kalau Nuo tidak bisa mengimbangi pelajaran bagaimana?"

"Lalu, untuk apa kakakmu ini ?"

Nuo speechless, ia merasa kakak ketiganya ini sangat narsis dengan membanggakan dirinya sendiri. Nuo berfikir ada baiknya juga ia pindah. Ia tidak mau terlalu dekat dengan Dilan. Ia tidak memikirkan tentang tugas yang diberikan sistem. Ia hanya ingin tenang. Kalaupun takdirnya untuk kembali mati ia tidak mempersalahkannya, ia ingin menikmati hidupnya sekarang.

"Oke"

Aland merasa puas mendengar jawaban Nuo. Augustin selalu merasa posesif dengan miliknya. Menurutnya sejak Nuo menginjakkan kakinya di keluarga Augustin ia sudah menjadi milik Augustin. Sekali masuk tidak ada jalan keluar.

Lagipula Aland mulai menyukai adiknya ini. Awalnya ia merasa jika memiliki adik itu akan merepotkan, ia akan mendengar rengekan atau di tempeli kemanapun. Tapi adiknya ini sangat tenang dan patuh.

Aland melihat ke arah Nuo yang sedang memandangnya dengan  matanya yang bulat sayu. Ekspresi adiknya selalu tenang dan terkesan malas. Ia tidak bisa menahan tangannya untuk mencubit pipi adiknya. Yang dibalas dengan tatapan bingung oleh Nuo.

Aland sangat gemas melihatnya. Ia sudah memutuskan ia akan menjaga adiknya ini.




Selamat malam semuanya.
Makasih buat semuanya yang udah support dan tetep ngikutin Nuo. Jaga kesehatan selalu ya sayang-sayangkuh.

25 April 2023

sick cannon fodder Where stories live. Discover now