19

52 13 0
                                    

Suhu kamar Kanaya menghangat ketika ia membuka mata pertama kali pagi ini. 1 Januari 2022, Kanaya seharusnya masih berada di Malang, seperti bagaimana rencana mereka—akan liburan tahun baru bersama di rumah nenek Reygan. Rencana hanya rencana, sejak Kanaya menemukan satu demi satu pecahan puzzle yang ia cari, Kanaya memilih tetap berada di Jakarta.

Awal tahun yang biasa saja, Kanaya bangun, mandi, sarapan bersama papa dan mama, lalu jalan-jalan keluar rumah. Kemana saja, asal lebih lama diluar karena hubungan Kanaya dan mama tidak pernah benar-benar sebaik dulu.

Bulan Januari, selalu jadi bulan yang ditunggu oleh Kanaya, dulu setiap tanggal 8 Januari, mereka sekeluarga akan merayakan ulang tahun mama lalu 17 februari ulang tahun papa dan selanjutnya, 5 maret adalah ulang tahun Kanaya. Namun, kebiasaan-kebiasaan itu tidak akan di lakukan. Satu-satunya perayaan yang mereka lakukan setiap tahun—semenjak kepergian Laskar–adalah peringatan kematian kakaknya, tepat di hari ulang tahunnya. 5 maret 2022 akan jadi peringatan tiga tahun kepergian Laskar Bramasta.

•••

Di jalanan yang masih cukup sunyi, Kanaya berlari kecil. Tadi, Kanaya meminta izin pada papa dan mama, ingin ke rumah Ardi katanya. Namun, nyatanya Kanaya hanya berkeliling saja di jalanan seperti orang yang tak tahu arah.

Akhirnya, setelah lama menimang ke mana tujuannya akan berlabu pada pukul 9 pagi, Kanaya melangkah ke arah Alfamart, membeli beberapa camilan dan minuman lalu, langkah selanjutnya adalah pemakaman. Kanaya ingin mengunjungi rumah kakaknya, Laskar.

Mengantri, menunggu giliran membayar belanjaannya, Kanaya mengetik beberapa pesan untuk orang yang sudah sangat lama tidak ia kirimkan pesan.

Arumi : Ok.

Arumi membalas bahkan belum semenit pesan itu terkirim.

"Cuma ini saja kak? Ada yang mau ditambahkan?" tanya mbak-mbak Alfamart dengan senyum ramah khas mereka.

"Iya, mbak."

"Oreonya beli dua gratis satu loh kak, nggak mau nambah satu lagi?"

"Nggak mbak, makasih," jawab Kanaya, mulai malas meladeni pertanyaan yang itu-itu saja.

"Kartu membernya ada, kak?" Ucap Naya dalam hati, lalu mbak-mbak Alfamart kembali bertanya setelah memasukan semua belanjaan Kanaya ke dalam kresek bermerek Alfamart.

"Kartu membernya ada, kak?" Sesuai dugaan, Kanaya jadi merasa bangga sendiri bahwa tebakannya benar.

"Nggak ada, mbak."

"Kembaliannya lima ribu dua ratus rupiah, ya, kak.."

"Dua ratus rupiahnya mau didonasikan saja, kak?" Sekali lagi, Kanya berucap dalam hati.

"Dua ratus rupiahnya mau didonasikan saja, kak?" Sukses membuat Kanaya tersenyum lebar kepada mbak-mbak Alfamart, Kanaya jengah.

"Iya, mbak," ucap Naya menarik kresek belanjaannya lalu berjalan keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada mbak-mbak Alfamart cantik itu.

"Belanja doang udah kayak mau interview kerja!" Kanaya medumel sepanjang perjalanan menuju mas-mas gojek yang rupanya sudah menunggu di depan Alfamart.

"Ke pemakaman umum ya, pak."

Motor si ojol melaju dengan kecepatan sedang, bergabung bersama kendaraan lain dan saling sahut-sahutan di jalanan.

ALDYAKSA (SELESAI)Where stories live. Discover now