09

100 23 0
                                    

Malam ini Jakarta kembali diguyur hujan. Sejak sore tadi hujan sudah menapakan diri di bumi, membasahi tanah dan memberi bau khasnya menyebar.

Kanaya tidak suka hujan, aromanya dan suara berisiknya mengganggu telinga. Kadang Kanaya bertanya kenapa banyak orang menyukai hujan?  Padahal jelas, hujan berisik. Suaranya kadang tidak selaras membuat sakit telinga. Terlebih saat hujannya makin lebat, Kanaya jadi sakit kepala dibuatnya.

Di kamar tidurnya, Kanaya menilik keatas. Melihat langit-langit kamarnya yang polos. Dulu sekali, sebelum Laskar pergi laki-laki itu berjanji akan membelikan lampu tumblr warna-warni untuk ia gantungkan di sana. Tetapi, janji tinggal janji. Tak ada lampu atau apapun di sana, bahkan sampai saat ini.

Kanaya menghela nafas, bingung harus apa. Malam ini ia sendiri lagi di rumah. Mama dan Papa pergi entah kemana, yang jelas dari sepulang sekolah tadi Kanaya mendapati rumahnya sudah kosong. Untung saja Kanaya punya kunci cadangan, jadi tidak perlu menunggu kedua orangtuanya pulang untuk bisa masuk. Walaupun kadang Kanaya memilih berjalan kaki sampai ke rumah Maurel karena ia tidak suka sunyi. Kali ini Kanaya memilih sendiri. Sejak dua tahun terkahir Kanaya tahu bahwa sepi tidak seburuk itu.

Sejak saat itu, Kanaya suka kesendirian.

"Mau makan apa ya? Gojekin aja kali?" Kanaya berdiri, mengambil handphonenya di atas nakas lalu memencet beberapa aplikasi di sana. Belum sempat Kanaya memesan makanan, satu panggilan masuk dari Arsa. Kenapa lagi tuhannnnnn,  Kanaya mendumel dalam hati.

"Halo?" sapanya.
"buka pintu, gue di depan rumah lo. Lo sendirian, kan?  Gue tau dari Maurel. Gue udah ijin juga ama nyokap lo, tadi gue nelpon"

Mendengar ucapan panjang lebar itu,  Kanaya buru-buru turun hanya untuk mengintip dari jendela.

Benar saja, Arsa sudah berdiri di depam pintu rumahnya. Memakai jaket yang terlihat agak basah. Mungkin karena anak itu menggunakan motor bukannya mobil.

Kanaya menghela nafas, terlebih ketika satu pesan panjang masuk dari mama yang berisi :

Nak, tadi ada temenmu namanya Arsa nelepon mama, dia mau kerumah katanya. Dia juga bawa makanan. Makan yah, bilangin Arsa jangan pulang sebelum kami datang. Oh ya, pintu rumah nggak usah ditutup biar tetangga nggak pada salah paham. Duduk di ruang tamu aja, Arsanya disuguhkan minum yah. Setengah jam lagi papa mama balik. Makan yang banyak, Alsava.

Setelahnya Kanaya membuka pintu walau sebenarnya ogah.

"Masuk," kata Naya.

Arsa masuk dengan segera, mengambil posisi duduk paling nyaman di sofa.
"Mau minum apa?" tanya Kanaya yang di jawab gelengan oleh Arsa.

"Kita makan bareng, nih gue bawa gado-gado, katanya lo suka," ujar Arsa.

"Kata siapa?"
"Maurel." Sesuai dugaan Naya, Maureliano Haidar adalah si Sumber info untuk Arsa.

Tolong ingatkan Naya untuk menghabisi anak itu. Naya tidak tahu seberapa jauh informasi tentangnya yang sudah kakak sepupunya itu berikan pada laki-laki di hadapannya ini.

"Gue ambil piring dulu, tunggu!"

Selama Kanaya bergelut di dapur. Arsa berkeliling di ruang tamu, melihat bagaimana begitu banyak foto keluarga terpampang di sana. Sangat berbeda dengan rumah Arsa, yang sangat besar tetapi isinya kosong. Jangankan foto keluarga, figura semasa ia kecil saja sudah pecah menjadi korban amukan ayah dan bundanya.

Dalam sebuah figura berukuran kecil ada sosok Kanaya yang menggunakan seragam SMP, bersama sang kakak yang memakai hoodie hitam kebesaran. Disana, keduanya tersenyum sambil memegang ice cream rasa coklat yang hampir habis.

ALDYAKSA (SELESAI)Where stories live. Discover now