02

230 36 2
                                    

"Kak katanya berdua doang, kok lo bawa pasukan sih" Di atas motor selama perjalanan Kanaya mengoceh tentang banyak hal, salah satunya adalah protes kenapa antek-antek Maurel juga ikut serta ke Gramedia

"Kita semua lagi butuh buku buat Referensi elah.. bentar lagi kelas 12, harus ambis" Kanaya berdecak, tidak habis fikir dengan tingkah laku sepupunya ini.

Sesampainya di parkiran Gramedia, mereka semua turun dari motor, berjalan masuk beriringan.

Jika sebuah film, mungkin akan ada efek slow motion dan angin sepoi-sepoi untuk memperindah adegan sederhana ini, adegan membuka pintu yang di perankan oleh Maureliano Haidar.

"Lo mau nyari buku apa Nay?" Di antara rak buku besar dalam ruangan itu, Maurel masih sibuk memilih buku sejarah islam mana yang ingin ia beli. "Gue ke lantai atas, nyari Novel" pamit Naya langsung melesat pergi, memisahkan diri ke lantai atas.

Sebenarnya Naya tidak terlalu suka membaca buku, hanya saja dia ingin melengkapi koleksi buku Kakaknya, karena sebelum Laskar pergi dia selalu bilang "Kakak gak mau ketinggalan satupun buku ceritanya Tere Liye, keren semua sih." Hanya dengan begitu, Kanaya membuat list buku novel Tere Liye yang belum dimiliki kakaknya.

Mengelilingi satu rak besar yang berisi berbagai buku fantasi dan romansa, Diujung rak Naya melihat satu buku Tere Liye "JANJI" maka di ambilnya buku itu lalu membaliknya, membaca kalimat panjang di bagian belakang.

Satu kalimat tanya yang hadir disana membuat Kanaya juga ikutan berfikir "tapi sesungguhnya dimanakah kebahagiaan itu hinggap?" Pertanyaan yang Kanaya pun ingin tanyakan.

"Tapi sesungguhnya, dimanakah kebahagiaan itu hinggap?" Katanya, mengulang kalimat itu berusaha mencari jawaban.

"Di hati..." seseorang tiba-tiba datang dari balik rak buku, membuat Naya menatapnya dengan heran. Pria itu terkekeh, berjalan mendekat sampai jarak di antara mereka terhitung sedikit.

"Vansa, nama gue" katanya mengulurkan tangannya. "Kanaya" balas Naya menyambut tangan itu. "Suka karya Tere Liye juga?" Naya menggeleng, lalu meletakkan kembali buku ditangannya "buat kakak gue" jawabnya.

Yang laki-laki mengangguk paham, lalu keduanya sama-sama diam. Vansa kembali fokus pada buku bacaannya sedangkan Kanaya hanya menatap buku Janji itu tidak berniat mengambilnya lagi.

"Itu buku apa kak?" Tanya Kanaya mencoba mencairkan suasana dingin disekitar mereka.
"Shine, dari Jesicca Jung" Kata Vansa memperlihatkan Cover depan buku itu.

"Bahasa inggris?" Vansa mengangguk.
"Gue ada keturunan Canada, lumayan lama sih tinggal di sana baru pindah ke Indonesia" Jelasnya tanpa diminta.

"Lo.. mau baca?" Vansa mencoba menawarkan buku lainnya, buku novel karya Valerie Patkar dengan judul Serangkai. "cerita ini seru.. gue yang cowok aja sampe nangis bacanya" Ucap Vansa lagi.

Sebenarnya Kanaya malas menanggapi, namun rasa penasarannya membuat Kanaya kembali bertanya "tentang apa?" Belum ada jawaban dari Vansa, namun saat Kanaya ingin bertanya kembali Vansa berkata "duduk di sana?" Tunjuknya pada dua kursi kayu di dekat tangga ,

Kanaya mengikuti langkah laki-laki itu, Lalu ikut duduk di sampingnya. "This is the one of my favorite book" ujar Vansa.

Kanaya masih diam menanti barangkali ada kalimat lain yang akan terucap.
"Buku ini paket lengkap, bukan hanya tentang cinta, tapi juga mimpi, luka, masa lalu dan keluarga" jelasnya pada Kanaya.

"Ini buku gue, kalo lo mau pinjem boleh aja. Tapi gue saranin buat nyiapin tisu" laki-laki itu tersenyum.

Senyumnya indah, Kanaya akui itu.
Vansa terlihat seperti laki-laki baik, dia juga humble, mudah bergaul dan asik.

ALDYAKSA (SELESAI)Where stories live. Discover now