11

76 19 0
                                    

Arsa dan Kanaya kini kembali ke rumah. Di depan rumah Naya, Arsa masih setia berdiri menunggu gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Sementara Kanaya berdiri di depan pintu menunggu Arsa masuk ke dalam mobil dan kembali pulang.

"Balik aja kak!" seru Naya. Arsa tersenyum, ia menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Masuk dulu, baru gue pergi!" Nada suaranya sedikit meninggi.

Kanaya lalu masuk ke dalam rumah, tak lama ia mendengar suara mobil Arsa makin menjauh dari rumahnya.
Kanaya tersenyum, rupanya Arsa cukup berpengaruh padanya.

"Naya sudah pulang? Arsanya mana?" Mama datang dari arah dapur, membawa setoples keripik singkong, meletakkannya di atas meja ruang tamu. Kanaya kemudian berjalan mendekati mama, ikut duduk bersama wanita tua itu.

"Arsa nge chat mama, ya?" tanya Naya. Mama mengangguk, "Dia bilang mau ngajak kamu liburan, tapi kok baliknya cepet banget?"

Kanaya menyandarkan tubuhnya di sofa, ditariknya nafas dalam lalu ia hembuskan perlahan. "Soalnya hujan, ma. Tadi juga adiknya kak Arsa nelepon. Dia sendirian di rumah, katanya," ucap Naya.

Dua wanita itu akhirnya diam menyaksikan berita di tv yang terputar. Tak lama, terdengar suara ketukan pintu.
"Biar Naya yang buka, Ma."

•••

Selama perjalanan kembali ke rumah, senyum Arsa merekah. Ia sangat senang hari ini. Jujur saja, walau tujuan utamanya mengajak Naya berpacaran itu tak berdasarkan perasaan, tetapi pengakuan Arsa tadi tidak sepunuhnya kebohongan.
Walau ia tidak yakin, tapi sepertinya Arsa memang sudah jatuh cinta.

"Aneh. Kok Naya bisa bikin gue kayak gini, ya?" Arsa ikut menyenandungkan lagu yang terputar diradio mobilnya.

So I made a move, I took your hand
My heart was beating loud like I've never felt before
You were smiling at me like you wanted more
I think you're the one I've never seen before

I want you to know
I love you the most
I'll always be there right by your side
'Cause baby, you're always in my mind
Just give me your forever (give me your forever).

Saat Arsa begitu menikmati lagu beralun dan memenuhi kepalanya, ia tanpa sengaja melihat pemandangan yang tidak biasa. Ayahnya dan Kunthara.

Keduanya tertawa bersama, seolah mereka sedang berbagi cerita lucu, bahkan Arsa menerka, jika Ayahnya tertawa seperti itu, mungkin kerutan di matanya bisa nampak. Ini adalah pertama kalinya Arsa melihat pria itu tertawa lepas, ia sangat puas tertawa, bahkan kini Ayahnya sampai harus memegang bahu Kunthara untuk menopang kakinya karena lemas tertawa.

Rasanya Arsa ingin berhenti, lalu bergabung bersama keduanya. Menikmati segala guyonan yang mereka tertawakan. Arsa juga ingin melihat tawa itu secara dekat. Bisakah Arsa menggantikan posisi Kunthara untuk saat ini? Lucu, Arsa sangat membenci laki-laki itu. Tapi, untuk pertama kalinya, ia ingin jadi lelaki itu. Ia ingin menggantikannya. Tertawa bersama Ayah secara bebas dan lepas tanpa memikirkan gengsi dan rasa segan.

Arsa akhirnya hanya bisa menghela nafas. Kembali melajukan mobilnya dan menjauh dari sana. Meninggalkan Ayah dan Kunthara yang masih dalam keadaan yang sama. Tertawa. Yang entah menertawakan apa.

"Apa kabar Ayah kamu, Thara?" tanya Raza, Ayah Arsa. "Biasa aja om, seperti biaslah. Om kan tau gimana Papa," ucap Thara.

ALDYAKSA (SELESAI)Where stories live. Discover now