15

68 15 0
                                    

2017

Sore itu, hujan mengguyur Jakarta saat Laskar baru saja merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menghela nafas, menikmati wangi kamar adiknya yang tidak berubah sama sekali.

Hari ini, Laskar bertengkar dengan Kanaya karena ia terlambat menjemput adiknya yang baru saja selesai dalam kegiatan perkemahan.

"ALSA BURUAN MANDI!! KAKAK MAU KE WARUNGNYA MAS ARIFIN!" Laskar berteriak lantang, berharap Kanaya yang berada di bilik kamar mandi mendengarnya.

Suara pintu terdengar, lalu munculah Kanaya, masih dengan raut muka marahnya menatap Laskar dengan tajam.

"Aduh, adek gue cantik banget baru abis mandi gini," goda Laskar yang hanya di tatap jengah oleh Naya.

"Kakak ngapain? Sana keluar, Naya mau ganti baju! Syuhhh sana!" Yang lebih pendek mengusir sang kakak, namun Laskar yant memang suka jail. Bukannya keluar, ia memilih tetap duduk melantai, memperhatikan adiknya yang menatapnya jengah.

"Keluar kak, katanya mau ke warungnya cak Arifin, gimana sih?"

"Gitu dong!" Pria itu berdiri lalu menjitak kepala adiknya cukup keras.

"AW!" Sejurus saja, Laskar sudah menghilang ditelan pintu.

"BURU! KAKA TUNGGU DI BAWAH!" Suara teriakan ini sukses membuat Kanaya menggeleng kepala, tak habis fikir dengan tingkah kakaknya itu.

•••

2021

"Dek Naya mau nambah gak?" Kanaya menggeleng.

"Nggak cak, aku udah kenyang banget," katanya.

Cak Arifin yang sedianya ingin menambahkan seporsi bakso lagi, urung ketika raut wajah Kanaya semakin sendu. Mungkin, gadis itu butuh pulang lebih cepat.

"Makasih ya, cak. Duitnya di atas meja." Kanaya berpamitan, melanjutkan langkahnya menelusuri jalanan Jakarta yang padat.

Akhir-akhir ini, pulang jalan kaki menjadi favorit Naya. Pasalnya, ia bisa lebih lama tiba di rumah.

Sejak kejadian terakhir kali, Kanaya tidak pernah bertemu dengan Arsa. Bukan sengaja, tapi dengan sendirinya mereka tak bertemu. Dari yang Kanaya tahu, anak OSIS sedang sibuk menyiapkan diri untuk pensi yang akan di gelar setelah ujian berakhir.

Hari ini, ujian sudah selesai. Namun, ujian hidup Kanaya akan terus berjalan, seperti bagaimana ia bisa bertemu dengan Chelsea dan Arsa. Lebih tepatnya, Kanaya melihat dua orang itu di sebrang jalan. Berdiri di depan mini market sambil tertawa. Entah apa yang keduanya bicarakan.

Awalnya Kanaya ingin menghampiri dan menghujani Arsa dengan berbagai macam pertanyaan. Namun, urung saat Reygan berdiri di hadapannya.

"Kak Rey?"

"Pulang jalan kaki mulu, lo. Naik, gue anter,"ucap Reygan menunjuk motor yang ia parkir tak jauh dari posisi keduanya berdiri.

"Oke, kak." Kanaya tidak menolak sama sekali, ia ingat bahwa dia sudah berjanji, mereka jadi sahabat mulai hari itu.

Perjalanan ibu kota akan selalu sama tiap sorenya. Macet, polusi, dan bising suara kendaraan yang bercengkrama sore itu membuat Kanaya juga Reygan merasa lebih baik.

Di kursi penumpang, Kanaya tidak pernah segan memeluk pinggang Reygan dan bersandar di bahunya yang lebar. Mengistirahatkan diri dari segala penat yang ia dapati dua minggu terakhir.

ALDYAKSA (SELESAI)Where stories live. Discover now