Part 33

137K 17K 288
                                    

Sebuah kecupan mendarat di pipi Jillian, menyadarkan lamunannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah kecupan mendarat di pipi Jillian, menyadarkan lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Liam di belakangnya. Suaminya tersebut menghampirinya ketika masih mengenakan pakaian kerjanya. "Gantilah terlebih dahulu, Liam." Suruh Jillian.

"Aku ingin menyapamu terlebih dahulu." Liam melirik layar ponsel Jillian. "Sepertinya rencanamu berhasil." Ucapnya santai.

Jillian menatap Liam yang sekarang duduk di sampingnya. Mendelik, ekspresi kaget terlihat di wajahnya.

Liam tersenyum melihat kebingungan Jillian. "Aku tau." Ujar Liam singkat.

Jillian masih bertahan dengan raut aneh dari wajahnya.

"Aku tidak akan memarahimu, kau melakukannya karena adik tirimu sudah membuatmu masuk rumah sakit bukan?" Liam menambahkan perkataan yang menambah kekagetan Jillian.

"Kau, kau tau dari mana?" Tanya Jillian dengan tercekat.

"Hanya orang terdekatmu yang mengetahui kau alergi seafood." Liam menatap Jillian dengan intens. "Interaksi kalian berdua saat bertemu sudah menunjukkan bahwa kau dan Gabby saling membenci." Itulah yang dapat Liam simpulkan. Saat Gabby menjenguk Jillian di rumah sakit, Gabby juga tidak menunjukkan sikap yang seharusnya di tunjukkan pada orang yang dia kasihi.

"Kau hanya menebaknya saja bukan?" Jillian tidak mengakui ataupun mengiyakan.

"Tidak ada adik yang ingin merebut suami kakaknya." Jika Gabby berkepribadian baik dan menyayangi Jillian dengan tulus, tidak mungkin dia menggoda suami kakaknya.

Jillian tau hal tersebut, Gabby memang menaruh hati pada Liam. "Aku mengagumi feelingmu yang tidak pernah meleset membaca karakter seseorang." Jawab Jillian menanggapi. "Liam, kau tau dari mana jika aku yang melakukan ini pada Gabby?" Tanya Jillian penasaran.

"Aku hanya menebaknya. Kalian terlihat saling menyerang bukan? Seharusnya kau membalasnya dengan menyakiti dia, bukan hanya menyebar aibnya." Menurut Liam masih kurang karena Gabby sudah membahayakan nyawa Jillian.

"Begini sudah cukup, bukankah menanggung malu dan di hujat banyak orang lebih menyakitkan?" Kesakitan yang di peroleh akan lebih mengena dan membekas, baik secara batin atau mental Gabby.

"Kenapa tidak pernah bercerita padaku? Jika kau tidak merengek untuk mencabut tuntutanku pada restoran tersebut, aku tidak akan berpikir dua kali untuk menuduh pihak restoran." Liam tentu saja tidak terima karena makanan yang Jillian pesan bukan berbahan olahan seafood, Jillian berkata hanya menambah lada di makanannya, tidak masuk akal karena di dalamnya terkandung bumbu seafood. Saat itu Jillian merengek tidak menuntut pihak restoran tapi saat di tanya alasannya, Jillian tidak bisa menjawab. Dari situ Liam menyimpulkan jika Jillian tau apa yang terjadi padanya. Kemurnian hati istrinya membuatnya berpikir ulang, Jillian tidak akan menyulitkan pihak lain jika itu bukan kesalahan mereka.

Jillian menyipitkan matanya. "Jangan-jangan kau yang menyebar informasi jika Gabby bukan anak kandung papa?" Tidak ada orang terdekat lainnya yang berani melakukan hal tersebut selain Liam.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now