Part 55

165K 15.5K 1K
                                    

"Bagaimana kabarmu, Gab?" Tanya Rosa begitu melihat kedatangan Gabby

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Bagaimana kabarmu, Gab?" Tanya Rosa begitu melihat kedatangan Gabby.

"Buruk, apalagi?" Jawab Gabby singkat, ia mendudukkan dirinya dibangku yang berada didepan Rosa. "Apa yang terjadi?" Tanyanya ketika meneliti wajah Rosa. Mata Rosa terlihat sembab, wajahnya juga terlihat murung.

"Uang hasil penjualan mobil mama telah dijambret, kita benar-benar miskin sekarang." Ujar Rosa menceritakan kejadian kemarin.

Gabby membelalakkan mata, "kenapa mama bisa tidak berhati-hati?"

"Jika sebelumnya mama tahu akan dijambret, mama juga akan hati-hati. Kejadiannya begitu cepat." Jawabnya dengan lemah, belum bisa merelakan uangnya yang dibawa penjambret.

"Nasib mama sungguh sial?" Lirih Gabby. "Belum lama mama ditipu kekasih sendiri. Sekarang dijambret?"

"Nasib kita, bukan nasibku saja." Ucap Rosa menyanggahnya. "Maafkan mama, kau harus menggunakan pengacara yang disediakan oleh lembaga bantuan hukum, Gab."

Gabby membuang napasnya dengan kasar, "memang hanya itu yang bisa kita lakukan." Keinginannya menyewa pengacara hebat untuk membela kasusnya pupus sudah.

Rosa meneliti keadaan Gabby dengan seksama, "Kau terlihat kurus, Gab." Ucapnya dengan prihatin. "Walau bagaimanapun kau harus tetap memakan makanan yang disediakan disini." Rosa tidak ingin Gabby menjadi semakin kurus dan sakit.

"Aku sudah mulai membiasakan diriku, Ma." Gabby menurunkan egonya demi bertahan hidup, walau makanan yang disediakan jauh dari seleranya, ia sudah mulai membiasakan lidah dan perutnya untuk menerima jatah yang disediakan untuk narapidana.

"Gab, jangan putus asa karena keadaan, mama selalu ada untukmu." Rosa menggenggam tangan Gabby. "Mama berdoa supaya hukuman yang diputuskan oleh hakim untukmu tidak terlalu berat."

Gabby meneteskan air mata mendengarnya, "aku akan mendekam dipenjara bertahun-tahun, Ma." Ucapnya dengan putus asa, kasus yang menjeratnya cukup berat, sudah pasti hukuman yang diberikan kurang dari lima tahun. Hanya Rosa yang ia miliki untuk dijadikan tempatnya berkeluh kesah, walau terkadang Rosa bertindak bodoh, ia tetap memaafkan wanita yang telah melahirkannya.

"Maafkan mama, Gab. Mama telah gagal menjadi seorang ibu." Semalaman ia merenungi perkataan mantan suaminya, apa yang dikatakan Anson memang benar. Jika ia ibu yang baik, ia dan Gabby tidak akan berada di situasi seperti sekarang. "Kita dibutakan oleh keserakahan hingga melupakan ketulusan Anson dan Jill, apa yang kita lakukan selama ini telah salah, Gab." Rosa mengusap air matanya. "Mama sungguh menyesal dan merasa malu pada mereka. Anson telah berbaik hati kepada kita, membawa kehidupan kita menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Namun, kita justru merasa kurang dan tega menyakiti mereka." Ujarnya penuh penyesalan.

Gabby hanya diam dan mendengarkan, entah apa yang ada dibenaknya.

"Walau kau berada disini, mama akan selalu ada untukmu, kau tidak perlu merasa sendirian." Rosa mengeratkan genggamannya. "Kau harus tetap semangat, jangan pernah putus asa." Nasehat Rosa pada Gabby, ia tidak ingin Gabby mengambil jalan pintas karena tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa harus mendekam di penjara.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now