Part 32

137K 17.3K 973
                                    

"Brengsek!! Sialan!" Selain umpatan yang terus keluar dari bibirnya, barang-barang di sekitar juga ia jatuhkan dengan serampangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Brengsek!! Sialan!" Selain umpatan yang terus keluar dari bibirnya, barang-barang di sekitar juga ia jatuhkan dengan serampangan.

"Bagaimana ini bisa terjadi!?" Tangannya meraih lampu tidur di atas nakas lalu melemparnya asal.

Gabby penuh kemurkaan membanting semua barang di dekatnya. "Akhhh!!!!" Jerit Gabby sambil menjambak rambutnya. "Hidupku sudah hancur!" Tubuhnya luruh ke lantai, masih tetap menjambak rambutnya.

Pintu kamarnya terbuka, Gabby tidak menghiraukan siapa yang datang.

Rosa melempar beberapa media cetak ke arah Gabby dengan keras dan mengenai wajahnya. Gigi Rosa bergemeletuk karena amarah. "Anak sialan! Gara-gara kau rencana kita menjadi kacau!" Rosa mendekat kemudian menoyor kepala Gabby dengan kasar, hingga Gabby menoleh. "Sekarang apa yang akan kau pertanggung jawabkan, hah?!" Teriak Rosa pada Gabby.

"Tidak tahu." Gabby berucap dengan pandangan lurus ke depan dan mata menajam.

Rosa mengedarkan pandangan ke kamar Gabby. Ruangan tersebut sudah seperti kapal pecah. "Anson pasti akan mengusirmu! Kau tidak bisa menyelamatkan dirimu kali ini!" Ucap Rosa masih dengan nada tingginya.

Gabby mendongak untuk menatap Rosa. "Jangan menekanku! Aku pun tidak menyangka ini akan tersebar." Gabby masih berpikir bagaimana bisa aktivitasnya di dalam apartemen bisa tersebar.

"Anson pasti akan sangat jijik melihatmu! Actingmu selama ini hanya sia-sia!" Ucap Rosa dengan berapi-api. "Berita juga menyebutkan bahwa kau bukan anak kandung Anson! Orang yang tidak tahu kau anak tiri Hilary sekarang semua orang mengetahuinya." Tambah Rosa.

"Berhentilah memarahiku, Ma! Aku sedang berpikir bagaimana bisa media mendapatkan foto itu!" Ucap Gabby sedikit lemah, dirinya juga tertekan akan hal ini namun Rosa justru menambah pikirannya.

"Untuk apa kau memikirkannya! Tidak ada gunanya, publik sudah melihat foto-foto tidak senonohmu!" Rosa membuang napasnya kasar. Rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa justru di hancurkan oleh Gabby sendiri. "Pikirkan saja cara agar Anson tidak membuangmu! Sementara aku akan beracting marah dan kecewa padamu, seolah tidak mengetahui perilakumu!" Setelah mengucapkan hal tersebut, Rosa keluar dari kamar Gabby dan membanting pintu dengan kasar.

Gabby hanya diam, memutar otaknya untuk mencari tahu bagaimana itu semua bisa tersebar luas. Beberapa menit berpikir, Gabby keluar kamar dengan tergesa. Sekarang ia berada di ruang tamu apartemennya. Diam disana sesaat sambil membagi pandangannya ke sekitar. Ia melangkah untuk menemukan sesuatu yang menjadi kesimpulannya.

Mengobrak-abrik ruang tamunya dengan tergesa, meja dan bufet tampak bergeser, pajangan disana sudah terjatuh dengan asal. Tangannya terhenti, ia menemukan kamera kecil. Gabby terus mencari kamera lainnya disana. Dirasa sudah tidak ada yang tertinggal, Gabby menginjak semua kamera yang ia temukan. Darahnya mendidih karena amarah. Wajahnya memerah, giginya bergemeletuk, matanya melotot hingga hampir terlepas.

Second Life Changes EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang