Part 30

144K 16.6K 140
                                    

Jillian mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang menusuk bola mata indah tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jillian mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang menusuk bola mata indah tersebut. Tangannya perlahan ia angkat, tertancap jarum infus di pergelangan tangannya. Jillian menggulirkan bola matanya ke seluruh penjuru ruangan, bau menyengat obat khas rumah sakit tercium di hidungnya.

Pandangannya terhenti pada sosok rupawan yang berada tidak jauh darinya. Liam sedang terlelap di kursi, kakinya menyilang, dan satu tangannya menyangga kepala. Sesekali Liam menggeliat, terlihat tidak nyaman dengan posisinya saat ini.
Hati Jillian menghangat ketika mendapatkan pemandangan tersebut.

Tangannya menyentuh leher, rasa panas dan gatal di tenggorokannya begitu terasa. Bahkan kini ia kesulitan mengeluarkan suaranya.

"Gabby!" Gumamnya dalam hati dengan lamat-lamat. Jillian tidak menyangka kelemahannya yang satu ini di manfaatkan Gabby untuk membalas dendam padanya.

Melihat sikap Gabby selama ini, Jillian tau jika wanita tersebut pasti akan membalas dendam atas perbuatan yang ia lakukan tempo hari. Harga diri Gabby pasti sangat di pertaruhkan kala itu, menanggung malu yang mungkin tidak akan mudah di lupakan oleh Gabby. Sempat berpikir dan mengira-ngira apa yang akan Gabby lakukan untuk membalas dendam padanya, dan keadaannya saat ini sudah menjadi jawaban.

Ia harus segera menyingkirkan Gabby dari kehidupannya serta papanya, namun sebelum hal itu bisa terwujud, Jillian harus bisa melawan perbuatan keji ibu dan anak tersebut. Jillian perlu memikirkan bagaimana caranya, karena pada dasarnya ia bukan tipe wanita yang penuh tipu muslihat serta tega menyakiti orang lain menggunakan kekerasan.

Tidak pernah terbesit di benaknya, ibu dan anak yang dulu selalu terlihat baik di depannya ternyata tega menyakiti fisik dan batinnya. Jillian terlalu banyak menaruh kepercayaan pada mereka, ketulusan dan kemurnian hatinya telah di hancurkan oleh Rosa dan Gabby. Penyesalan memang selalu datang di akhir, hidupnya pasti akan lebih tenang jika ibu dan anak itu tetap di jalanan, perlakuan manis keduanya hanya acting untuk memuluskan rencana mereka.

Jillian menelan salivanya dengan sangat berhati-hati, terasa menyakitkan seakan senjata tajam yang melewati kerongkongannya.

Liam segera bangkit melihat Jillian membuka mata. "Jill? Apa yang kau rasakan? Hmm??" Tanya Liam lembut.

"Li...am." Tenggorokannya tercekat, terasa sakit jika memaksakan suaranya untuk keluar.

"Sstt....sudah, jangan memaksakannya. Tenggorokanmu mengalami pembengkakan, beberapa hari kau akan kesulitan menelan dan berbicara." Liam menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Jillian. "Minum ya?" Tawar Liam karena bibir Jillian terlihat kering.

Jillian menggeleng dan menyentuh tenggorokannya, seolah berkata "Tidak, tenggorokanku sakit, aku kesulitan untuk menelan."

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now