Part 1

202K 23.9K 240
                                    

Jillian membuka matanya, ia mengedarkan pandangan ke sekitar dan ini merupakan kamarnya yang berada di rumah Liam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jillian membuka matanya, ia mengedarkan pandangan ke sekitar dan ini merupakan kamarnya yang berada di rumah Liam.

"Nona, anda sudah sadar?"

Jillian menoleh ke arah pelayan yang berada di dekatnya. "Apa yang terjadi?" Tanya Jillian kepada pelayan tersebut.

"Anda terpeleset di tangga kemudian anda pingsan, Nona." Jawab pelayan tersebut menjelaskan kepada Jillian.

"Pingsan? Bukankah seharusnya aku sudah mati karena kecelakaan itu?" Batin Jillian.

"Ana, ini bulan apa?" Tanya Jillian kepada pelayan tersebut.

Ana mengerutkan dahinya sedikit bingung dengan Nonanya karena terlihat aneh setelah terjatuh dari tangga. "Juni, Nona." Walau merasa aneh Ana tetap menjawab pertanyaan Jillian.

"Apa kau yakin?" Tanya Jillian dengan raut kagetnya.

"Iya, Nona. Anda bisa melihat di ponsel anda jika sekarang bulan Juni."

Jillian membeku ketika melihat kalender di ponsel, pasalnya kejadian kecelakaan tersebut adalah bulan desember dan itu masih enam bulan lagi dari sekarang. "Bagaimana mungkin?" Gumam Jillian.

"Maaf anda berbicara apa, Nona?" Tanya Ana yang tidak begitu jelas mendengarkan ucapan Jillian.

Jillian menggeleng. "Ana, dimana Liam?"

Ana semakin bingung atas pertanyaan Jillian, "Tuan Liam belum pulang dan masih berada di luar kota, Nona."

Beberapa bulan belakangan Liam memang jarang pulang ke rumah karena sedang mengurusi pembangunan resort miliknya yang berada di kota lain.

"Ana, aku sedang ingin sendiri. Aku akan memanggilmu jika membutuhkan."

"Baik, Nona." Ana keluar dari kamar Jillian.

Sepeninggal Ana, Jillian mengasah otaknya memikirkan kejadian yang menimpanya saat ini. "Apa aku di berikan kehidupan kedua oleh Tuhan?"
Rasa itu masih membekas di ingatannya, bagian tubuhnya seperti di lolosi serta kepalanya merasakan sakit yang tidak bisa di jabarkan ketika tertabrak mobil tersebut.

Air matanya menetes kala mengingat bagaimana dirinya di fitnah dan di permalukan, di anggap menjijikan oleh semua orang dan di ceraikan suaminya karena di kira berselingkuh. Jillian bergidik saat mengingat bagaimana dirinya tidur satu ranjang dengan pria seumuran dengan papanya, ia tidak mungkin melakukan hal tidak bermoral seperti itu walau hingga sekarang dirinya belum di sentuh oleh suaminya tapi Jillian masih waras dengan tidak mencari kesenangan atau pelampiasan di luar.

"Apa ini? Kenapa aku mengulang kembali 6 bulan sebelum kejadian itu? Apa itu cuma mimpi? Tidak mungkin karena itu terasa nyata." Jillian terus bergulat dengan pikirannya.

Jika kejadian ini semua nyata berarti Jillian bisa mengubah masa depannya, ia tidak akan membuat papanya kecewa dan ia bisa memperbaiki keadaan dengan menyingkirkan Rosa dan Gabby dari hidupnya.
"Lihat saja, aku akan membalas perbuatan kalian! Tidak akan ada lagi Jill yang lemah dan bodoh!" Mata Jillian menajam di penuhi dengan tekat yang kuat.

Jillian beranjak dari tempat tidur menuju meja rias, ia menyentuh wajahnya yang kusam dan iritasi. Selama ini Gabby memberikan sepaket skincare yang dia bilang bisa menjadikan wajahnya cantik. Wajah Jillian justru iritasi dan berjerawat parah beberapa bulan ini. Setiap ia mengadu pada Gabby, dia berkata jika ini merupakan efek samping dari kerja skincare tersebut sebelum memperlihatkan hasilnya, tentu saja ia percaya begitu saja kepada adik tirinya karena selama ini ibu dan adik tirinya selalu bertingkah baik kepadanya.

Kaki Jillian melangkah ke walk in closet miliknya, ia sadar jika pakaiannya disana cenderung norak tapi ia tetap memakainya demi menghargai Rosa dan Gabby karena semua pakaiannya adalah pemberian mereka.

Selama ini Jillian memang tidak memperhatikan penampilannya, jika tidak di jodohkan mungkin tidak akan ada pria yang mau menikahinya karena penampilannya yang di bawah rata-rata.

"Aku jadi kasihan dengan Liam." Jillian tersenyum miris. Liam merupakan pria yang kaya, sukses dan dia begitu rupawan berbanding terbalik dengan penampilan Jillian yang di bawah rata-rata. Beberapa bulan menikah, Liam memang tidak pernah berperilaku kasar atau berkata menyakiti hatinya, Liam juga tidak malu membawanya ke acara atau pertemuan bisnis yang mengharuskan dirinya ikut padahal orang-orang disana membicarakan dirinya bahwa Jillian tidak cantik dan tidak pandai merawat tubuh maka dari itu dirinya disebut tidak pantas bersanding dengan pria seperti Liam, banyak wanita cantik yang mengantri dan menyerahkan dirinya secara sukarela tapi Liam justru menikahi wanita seperti Jillian.

Jillian menghela napas, "aku harus merubah penampilanku terlebih dahulu sebelum membalas perbuatan mereka." Gumam Jillian, ia juga ingin menyaingi kecantikan Gabby. Adik tirinya tersebut adalah sosok perempuan sosialita yang selalu tampil menawan dan fashionable. Jillian selama ini tidak cukup percaya diri untuk bersosialisasi seperti yang di lakukan Gabby dan kini ia menyesali hal tersebut.

Jillian meraih ponselnya ketika terdengar bunyi dering.
"Ya, Liam?"

"Pelayan menghubungiku dan memberitahu jika kau terjatuh dari tangga."

"Ya, tapi aku baik-baik saja."

"Apa aku perlu pulang?"

"Tidak ada luka serius dan kau tidak perlu mencemaskan hal itu."

"Baiklah, pekerjaanku disini belum selesai mungkin aku tidak bisa pulang dalam waktu dekat."

"Tidak apa, berkonsentrasilah dengan pekerjaanmu."

"Ya. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya."

"Oke."

"Mungkin Liam hanya menjalankan perannya sebagai seorang suami." Gumam Jillian setelah panggilan mereka terputus.

Liam dan Jillian memang tidak saling mencintai tapi hubungan keduanya terlihat baik dan tidak ada permusuhan antara mereka, Liam merupakan pria yang sedikit dingin dan kaku tapi pria itu tidak begitu saja mengabaikan perannya sebagai suami. Mereka berdua tidak mempermasalahkan hubungan ini, Liam dan Jillian hanya ingin membahagiakan orang tua mereka ketika menyetujui perjodohan ini walau entah bagaimana akhir dari pernikahan keduanya.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now