Part 3

186K 21.5K 623
                                    

"Hai sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai sayang." Sapa Anson kepada Putrinya.

"Papa." Jillian melangkah lebar dan memeluk Anson yang masih duduk di kursi kerjanya.

"Kau menangis Jill? Apa Liam menyakitimu?" Panik Anson melihat Jillian menangis.

"Tidak, aku menangis karena merindukan papa." Jillian tidak mungkin mengatakan alasan dirinya menangis, ingatan saat papanya bersedih dan kecewa membuat hatinya lemah, saat itu papanya juga berkata tidak ingin menemuinya kembali.

"Ayo duduk di sofa." Anson menggandeng Jillian untuk duduk. "Belum ada satu minggu kita bertemu dan kau menangis karena merindukan papa?" Anson menghapus air mata yang menetes di pipi Jillian.

"Aku selalu merindukan papa." Hatinya menghangat bisa berbincang dan bertemu papanya, ia bersumpah akan menggunakan kesempatan kedua ini dengan sebaik-baiknya.

Anson menatap teduh putri kandungnya yang ia besarkan sendirian setelah mama Jillian meninggal.
"Kau boleh menemui papa kapan saja, Jill."

"Bagaimana kabar mama Rosa dan Gabby, Pa?"

"Mereka baik, berkunjunglah ke rumah jika merindukan mereka." Jawab Anson.

"Merindukan? Cih. Aku bahkan sangat ingin menjambak rambut mereka jika bertemu." Batin Jillian dalam hati.

"Kapan-kapan saja, Pa."

"Apa proyek suamimu belum selesai, Jill?" Tanya Anson yang memang mengetahui kesibukan menantunya.

"Mungkin 2-3 bulan lagi, Pa."
Liam memang tidak pernah memberitahu tetapi menurut ingatan Jillian di masa lalu, tidak sampai 3 bulan dari sekarang Liam akan menyelesaikan proyeknya dan kembali ke rumah.

"Jika Liam sudah tidak sibuk luangkanlah untuk berbulan madu, papa ingin segera memiliki cucu." Anson tersenyum membayangkan dirinya menimang cucu.

Jillian tersenyum kaku. "Ah, ya...aku akan membicarakannya dengan Liam, Pa."
Bagaimana mungkin Jillian mengandung, mereka tidak saling mencintai apalagi melakukan hubungan suami istri.

"Papa sudah tidak sabar, semoga Tuhan mendengar keinginan papa."

Jillian mengusap punggung tangan Anson dan tersenyum tidak tau harus menanggapi papanya seperti apa karena ia tidak bisa menjanjikan apapun kepada papanya.

"Bagaimana jika kita makan siang di luar, Pa?" Ajak Jillian pada papanya.

"Ide bagus, ayo." Anson menyetujui permintaan Jillian.

Anson dan Jillian memutuskan untuk makan siang bersama dan menghabiskan waktu mereka siang itu.

Anson dan Jillian memutuskan untuk makan siang bersama dan menghabiskan waktu mereka siang itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now