Jimat Jessie

5 5 0
                                    

Terhitung sudah lebih dari dua minggu Diva terbaring koma diatas ranjang rumah sakit, dengan alat ventilator yang terpasang ditubuhnya. Bahkan dua minggu saja terasa seperti dua tahun lamanya. Tetesan airmatapun selalu saja jatuh membasahi pipi mamahnya. Hari-harinya kini sudah tidak lagi dipenuhi tawa canda seperti biasanya. Sosok penyemangatnya juga sudah memudar, karena terbaring lemas diranjang rumah sakit yang begitu dingin.

"Diva sayang, kamu kapan bangunya sih? Emangnya kamu enggak kangen apa sama mamah? Mamah aja kangen banget" tukas Emma terisak sambil mengelus tangan anak bungsunya itu dengan begitu lembut.

Kemudian tangan yang lainnya itu terlihat menyeka air mata yang turun saat sudah semakin deras. "Mamah tuh kangen teriakkan kamu tau, jahilnya kamu. Apa lagi kalau kamu lagi berantem sama Karel. Kamu bangun ya sayang? Udahan dong tidurnya, kamu tuh udah kelamaan tidur. Enggak bagus juga nyimpen banyak lemak" sambungnya yang sekarang semakin kejar dengan tangisnya, bahkan Bastian saja yang melihat sampai tidak tega, dan langsung membawa istrianya kedalam dekapan hangat miliknya.

"Udah doang nangisnya, nanti air mata kamu kering loh lama-lama. Lagian kalau Diva tau mamahnya nangis kayak gini, dia juga pasti enggak akan suka liatnya" ujar Bastian menenangkan istrinya sambil menepuk punggungnya.

"Pah! Mamah udah enggak kuat lagi, dua minggu ini rasanya kayak dua tahun bagi mamah. Diva udah kelamaan tidur pah, dia harus bangun secepatnya" ucap Emma menggerutu dengan semua air matanya yang turun membasahi kaus milik Bastian.

Bastianpun kembali berucap dengan sorot matanya yang dalam "Mah! Kita enggak akan pernah bisa memperediksi kapan Diva akan sadar. Bahkan dokter yang menangani kondisinya aja, juga enggak bisa memprediksi dengan pasti. Jadi kita harus sabar menunggu, dan selalu berdoa yang terbaik untuk kesembuhannya"

Taklama datanglah Karel yang terlihat sudah rapi dengan pakaiannya, karena ingin pergi kekampus. "Mah, pah! Karel berangkat kuliah dulu, ya. Karel juga enggak mungkin absen dua kali, karena hari ini ada kuis. Selesai kelas, Karel janji akan langsung kesini dan jagain Diva" ujarnya berpamitan sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Kamu hati-hati ya Rel Bawa motornya! Inget,jagan ngebut-ngebut. Cukup Diva aja yang habisin air mata mamah" tukas Emma yang membuat Karel tersenyun kecil saat mendengarnya.

Bastianpun langsung menyela "Inget pesan mamah kamu Karel! Karena papah enggak mau, liat mamah kamu itu numpahin air matanya lagi"

"Karel enggak akan pernah ngebiarin itu terjadi pah! Kalau gitu Karel pamit kekampus dulu, ya" pamitnya kembali menyalami kedua orangtuanya.

"Diva! Lo harus cepet sadar, karena ada yang kangen liat kita berantem katanya" sambung Karel tersenyum sambil melirik kearah mamahnya.

Tanpa diduga mamahnya itu langsung saja ikut tersenyum saat mendengarnya. Karelpun yang melihatnya sangatlah senang dan juga bahagia. Seulas senyumpun terbit disudut bibirnya. Setidaknya dirinya itu dapat menghibur mamahnya disaat sedang terpuruk
Menghadapi kondidi adiknya saat ini.

"Bahkan bukan mamah papah aja yang kangen sama lo Div! Tapi gue juga" gumam Karel tersenyum kecut, sambil melihat adiknya yang terbaring lemas diranjang rumah sakit.

🌲🌲🌲

Hiruk-pikuk aktivitas kampus terlihat begitu ramai seperti biasanya. Panasnya terik mataharipun tidak menyulutkan mereka, untuk melakukan aktivitas diluar lapangan. Sama halnya seperti seorang mahasiswi yang terlihat sedang menghubungi seseorang dengan raut wajah cemasnya.

"Udah dua minggu lebih Diva engak masuk kampus! Tuh anak kemana sih sebenernya" ujar Jessi dengan benda pipih yang menempel ditelinya miliknya.

Jessipun mulai tidak tenang dan berjalan mondar-mandir sambil menggigit jari kuku miliknya. "Angkat dong Div! Lo tuh kemana sih sebenernya, suka banget ngilang perasaan" geramnya sambil menautkan alisnya.

Taklama datanglah seorang mahasiswa yang sedang berjalan menghampirinya dari arah jam sebelas. Dia adalah Lexi Harsson! Pujaan hatinya Jessica Valerie, siperempuan cantik yang begitu kharismatik.

"Lo cari Diva?" tanya Lexi sambil menatap raut wakah Jessi, yang terlihat begitu khawatir.

Mendengar ada suara yang tidak begitu asing baginya, Jessipun langsung menoleh dan mendapati Lexi sedang berdiri dibelakangnya. "Kak Lexi! Kenapa bisa ada disini?" tukasnya saat melihat keberadaan pujaan hatinya itu.

"Gue kebetulan aja lagi lewat! Trus enggak sengaja liat lo" sambungnya sambil melipat kedua tangannya sambil melirik Jessi diam-diam.

Taklama terdengar suara keluhan yang asalnya dari Jessi. Dirinya itu terlihat sangatlah frustasi dengan kehilangan Diva selama dua minggu ini. Lexipun yang melihatnya langsung tau dan seakan mengerti dengan gerak-gerik yang sepupunya Jesper itu tunjukkan.

"Gue tau kok, Diva ada dimana!" ujarnya yang membuat mahasiswi itu terheran dan juga bertana-tanya.

Jessi berucap dengan dahinya yang mengkerut "Emangnya Diva dimana kak?"

"Diva ada dirumah sakit sekarang, dan dia lagi koma!" sambungnya yang membuat Jessi terkejut dan juga melebarkan kedua matanya.

Jessi terlihat begitu terkejut sambil kedua kakinya merasa lemas seperti jelly "A-apa? K-koma? Gimana bisa?" ujarnya yang terdengar lirih dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.

Sedetik kemudian Jessipun mulai kehilangan keseimbangannya, dan hampir saja terjatuh Jika saja Lexi tidak menahannya. "Jess! Lo enggak apa-apa?" ujarnya terlihat terkejut sambil menahan tubuh mahasiswi itu dari belakang.

"Kak, bisa enggak bawa Jessi ketemu sama Diva? Jessi mau liat keadaannya" sambungnya sambil menyeka air mata yang turun.

Lexipun yang melihat juga merasakan kesedihan yang dirasakan Jessi. Bahkan dirinya itu merasa tidak enak, karena sudah memberitau kabar yang begitu mengejut untuknya. Rasa khawatirpun menyelimuti dirinya saat ini. Terlebih lagi saat melihat raut sedih yang mahasiswi itu tunjukkan didepannya.

"Lo boleh kok jengukin Diva! Gue akan ajak lo kesana" tukasnya dengan sorot mata yang begitu dalam sambil menghapus air mata yang turun membasahi pipinya Jessi.

Saat tangannya itu menyeka air mata Jessi yang turun. Tiba-tiba saja Lexi merasakan jika ada suatu aliran hangat, yang menjalar keseluruh tubuhnya. Bahkan tanpa sadar dirinya itu sudah membawa mahasiswi itu kedalam dekapannya.

"Gue enggak bermaksud untuk lukain perasaan lo Jess! Gue minta maaf karena udah buat lo terkejut" imbuhnya sambil mengelus surai coklat panjang milik Jessi.

Jessipun memaklumi serta memahaminya, setelah itu dirinya itupun malah terlihat semakin mengenggelamkan kepalanya didada bidang milik Lexi. "Kak Lexi! Makasih ya, untuk pelukan hangatnya" ujarnya tersenyum manis, sambil mendongak menatap pujaan hatinya.

Sedangkan Lexi, dirinya merasa jika ada debaran yang begitu kencang didada kirinya. Bahkan hawa yang ada disekitarnyapun ikut memanas. Rasanya saat ini dirinya itu hampir saja kehabisan napas jika tidak cepat-cepat sadar.

"Gue enggak bisa bohong! Kali ini jimat yang lo pakek lumayan ampuh Jess" gumam Lexi sambil melihat lawan bicaranya itu dengan sorot mata yang begitu dalam dan juga penuh arti.








>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now