Permintaan Darwin

6 5 1
                                    

Diva baru saja menapakkan kakinya ketanah setelah turun dari sepeda motor kesayangannya Karel. Kini keduanya sedang berada didepan kampusnya dengan mahasiswa-mahasiswi yang terlihat berlalu-lalang masuk.

Tangan Diva baru saja ingin membuka pengait dari helm yang dipakainya, namun dengan cepat karel langsung membukanya dan melepaskan helm tersebut dari kepalnya.

Melihat tingkah laku Karel yang semakin hari semakin perhatian, membuat Diva merasa sedikit aneh dan juga terheran.

"Makin hari keliatannya lo makin care aja sama gue, tumben banget! Pasti ada maunya kan lo?" tukas Diva menyelidik dengan sedikit senyumannya.

Karelpun yang masih memegang helm ditangannya langsung saja dirinya ketukkan ke kepalanya Diva.

"Enak aja lo kalau ngomong! Gue tuh sebenernya kakak yang baik dan perhatian sama adiknya, lo nya aja yamg enggak sadar" protes Karel sambil berkacak pinggang.

Divapun hanya bisa tertawa sambil menunjukam sisi manjanya kepada Karel. "Duhh! Iya deh yang katanya perhatian" balasnya sambil menggoda kakak laki-lakinya itu dengan kedipan matanya.

Kelpun yang melihat Diva mengedipkan mata kepadanya, langsung saja merasa jijik dan mendorongnya untuk menjauh darinya. "Jauh-jauh lo dari gue! Jijik tau enggak" ucapnya dengan tatapan menjijikannya.

Sedangkan Diva, malah tertawa kencang ketika melihat perubahan raut wajah Karel. "Muka lo jelek banget kalau kayak gitu, sumpah rel enggak bohong gue" sambungnya dengan gelak tawa sambil memegangi perutnya.

Tidak terima dengan perkataan yang dilontarkan Diva, Karelpun langsung saja menjitak kepala adiknya dengan kepalan tangannya.

"Durhaka lo sama gue! Dasar adik laknat, mending lo masuk sana" tukas Karel sambil mendorong tubuh Diva.

Diva berkata sambil membalikkan badannya dengan raut wajah kesalnya "Duhh Karel! Enggak usah pake dorong-dorong juga kali, gue kan juga bisa jalan sendiri"

"Abis lo ngeselin si! Pake ngeledek kakak lo sendiri lagi, enggak baik Div. Durhaka lo sama gue" sambung Karel sambil melihat raut wajah adiknya yang sudah mulai kesal.

Divapun langsung membalasnya dengan singkat "Terserah apa kata lo! Pergi sana, gue mau ngampus" usirnya yang langsung meninggalkan Karel pergi menuju kelasnya.

Melihat kepergian Diva Karelpun hanya bisa menggelengkan kepala sambil sesekali menarik napasnya. "Gue punya adik ngeselin amat perasaan"

Sementara dilorong kampus, Diva terlihat sedang mengumpat karena kekesalannya. "Dasar Karel kampret! Kepala gue selalu aja jadi sasaran empuknya, emang dia pikir enggak sakit apa" geramnya kesal sambil mengusap-ngusap kepalanya.

Kemudian dari arah belakang, terdengar suara langkah kaki yang semakin dekat kearah Diva. "Hai Div! Baru sampe ya lo?" sapa orang tersebut yang ternyata adalah Louis teman sekelasnya.

"Iya baru aja" balas Diva dengan anggukan kepalanya. Louispun mulai menyamakan langlah kaki lawan jenisnya dan kembali membuka obrolan diantara keduanya.

Louispun terlihat sedikit melirik Diva yang tatapannya terfokuskan kedepan. "Cowok yang anter lo tadi itu, pacar lo ya Div?" imbuhnya yang membuat sosoknya langsung memalingkah wajahnya.

"Pacar? Mana mau gue jadi pacarnya si Karel! Anak nyebelin kayak gitu mana sudi gue, dia itu bukan pacar gue tapi kakak gue" tukas Diva sambil tertawa melihat Louis.

Louispun berkata sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ahh! Sorry banget ya, gue kira cowok yang tadi itu pacar lo"

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now