Satu Frekuensi

17 7 1
                                    

Lexi terlihat sedang mencari keberadaan Dallas yang sedari tadi ingin sekali dirinya temui. Dirinya harus memberitahu kepada temannya itu soal papahnya yang datang kekampus bersama seorang laki-laki yang seusia dengannya.

Saat melihat kearah jam tangan miliknya, membuat lexi langsung tersadar jika saat ini bukan waktunya jam makan siang. Yang berarti dengan begitu Dallas pasti tidak berada dikantin saat ini, melainkan tempat yang lain.

"Nihh anak kemana lagi! Giliran dicariin aja ngilang terus" ujar Lexi sambil megedarkan pandangannya kepenjuru sudut.

Lexi kembali berucap sambil berpikir "Tuh anak lagi sama si Diva kali ya? Kalo iya, tapi kemana?"

Melihat mahasiswa yang sedang melintas didepannya, membuat Lexi langsung menghentikannya.

"Sorry ganggu! Lo liat Dallas enggak?" tanya Lexi kepada mahasiswa tersebut.

"Dallas ya! Gue sempet liat dia sih, kayaknya lagi main basket dilapangan out dor" kata mahasiswa tersebut memberikannya informasi mengenai keberadaannya Dallas.

Lexi berkata sambil menepuk bahu mahasiswa tersebut "Thanks banget ya! Sorry kalau gue ganggu waktu lo"

"Enggak masalah! Kalau gitu gue langsung cabut duluan" kata mahasisa tersebut kepada Lexi.

Setelah mendapat informasi mengenai keberadaannya Dallas, Lexipun langsung saja menuju lapangan out dor.

Saat sampai dirinyapun mulai mencari keberadaan temannya itu disekitar lapangan, namun yang Lexi lihat jika lapangan tersebut kosong, bahkan tidak ada sosok Dallas disana.

Disudut yang berlainan terlihat dua orang mahasiswa dan juga mahasiswi sedang duduk bersama, disalah satu kursi kayu yang terlihat sudah reyot.

"Elapin keringet gue" tukas Dallas kepada Diva sambil melemparkan handuk kecil kepadanya.

Diva berkata "Tapi kak! Kan kak Dallas bisa lakuin itu sendiri"

"Trus! Gunanya lo apa disini? Lo kan babu gue" ujar Dallas dengan kejamnya berkata seperti itu kepada Diva.

Divapun mau tak mau menuruti apa yang Dallas perintahkan, walupun dirinya merasa kesal dan juga terhina.

Disaat yang bersamaan Lexi tersadar dan menyipitkan kedua matanya, saat mendapati jika diujung sisi kanan dari lapangan tersebut terlihat Dallas yang sedang duduk bersama dengan Diva disampingnya.

"Dari tadi gue cariin kesana kesini! Ehh taunya nalah enak-enakan berduaan disini" ujarnya melihat keduanya itu dengan alisnya yang saling bertautan.

Lexi menghampiri Diva dan juga Dallas yang terlihat sedang beristirahat serta meneduh dari terik panasnya matahari.

"Enak ya lo malah berduaan disini! Gue cariin juga dari tadi" kata Lexi melihat Diva yang sedang mengelapi keringat Dallas yang turun membasahi wajah tampannya.

Dallaspun langsung membalasnya sambil tertawa kecil "Iri ya lo? Makanya cari babu juga kayak gue, dijamin lo enggak bakal ngeluarin energi lebih"

"Iri lo bilang? Sorry aja nih! Bahkan gue enggak tertarik sama yang namanya babu dan sejenisnya, itu si cuma berlaku buat lo aja" balas Lexi tersenyum sambil meledeki Dallas.

Diva tiba-tiba saja berkata "Kak! Kalo gitu saya pergi aja ya? Enggak enak kalo ganggu"

"Yaudah pergi lo sana! Tugas lo hari ini cukup sampe disini aja" tukasnya kepada Diva.

Setelah itu Divapun oergi meninggalkan Lexi dan juga Dallas yang masih setia berada dilapangan out dor tersebut.

"Kenapa lo cari gue?" tanya Dallas yang masih mengelap peluh keringatnya yang turun.

Lexi berucap "Gue liat bokap lo dateng kekampus tadi! Anehnya dia enggak sendiri, tapi sama cowok yang kira-kira seumuran sama lo"

"Bokap gue kekampus tanpa ngabarin gue? Ditambah lagi bareng cowok yang seumuran sama gue!" ucap Dallas mengerutkan dahinya, ekspresi wajahnya juga terlihat bingung.

Taklama Dallaspun teringat, saat dirinya mendengar perkataan yang Lexi ucapkan kepadanya barusan.

"Orang yang lo maksud itu Louis! Anak dari wanita simpenannya bokap gue, yang bentar lagi mau dijadiin istri sahnya" ucapnya menjelaskan dengan gamblang.

Lexi terkejut saat mendengar jika wanita simpanan papahnya Dallas itu memiliki seorang anak, terlebih usianya sama dengan mereka.

"Lo enggak salah Las! Tuh cewek udah punya anak? Gue kira masih muda, berarti jatohnya dia itu janda anak satu doang" ucap Lexi dengan ekspredi wajah yang tak disangka-sangka.

"Ya! Bisa dibilang gitu sih, tapi ngapain ya bokap gue ngajak tuh anak kekampus" ucap Dallas terheran.

Lexipun langsung saja menyambar "Gue si sempet denger sekilas tadi, dan yang gue denger kalo bokap lo itu mau daftarin tuh anak kuliah disini"

"Apa! Bokap gue daftarin tuh anak kuliah? Dan dikampus yang sama kayak gue? Gilaa!" tukas Dallas kesal dan mencoba untuk menahan emosinya yang sedang bergejolak.

🌲🌲🌲

Diva terlihat sedang berjalan dilorong kampusnya sambil sesekali mengecek handphone miliknya, ternyata sudah banyak pesan masuk yang Karel kirimkan kepadanya. Jari jemarinyapun mulai bergerak membalas pesan dari kakaknya itu.

DRRTT

Belum selesai Diva mengetiknya, tiba-tiba saja Kerel menelfotnya yang membuat dirinya tidak jadi membalas pesannya. "Halo!"

Karel berucap dari tempat yang berlainan "Lo mau gue jemput enggak? Gue udah selesai ngampus nih"

Belum sempat Diva berucap, tiba tiba saja dari arah belakang ada yang sengaja menabrakkan bahunya dengan sesuatu.

"Aduh! Lo kalo jalan bisa hati-hati enggak si!" tukas Diva sambil menengok kearah belakang.

"Sorry Div! Gue kan niatnya mau ngagetin lo tadi" ujar pelaku tersebut yang ternyata adalah Jessi si mahasiswi karismatik yang tak pantang menyerah untuk mendapatkan Lexi si pujaan hati.

Diva berkata dengan wajah kesalnya "Kurang kerjaan lo Jess!"

Taklama terdengar suara Karel yang memaggilnya dari telfon. "Div! Lo denger gue enggak si?"

"Iya, iya! Gue denger lo kok! Enggak usah teriak kan bisa Rel" kata Diva.

Jessipun menanyakan kepada Diva siapa orang yang sedang menelfon dengannya. "Siapa tuh? Pacar lo ya?"

Karelpun yang mendengarnya langsung saja berucap "Gila aja lo! Siapa juga yang mau jadi pacarnya si Dipot jelek, bisanya cuma ngomel-ngomel mulu, enggak sudi gue". Mendengar kakanya berbicara seperti itu membuat Jessi tertawa renyah.

"Haha! Bener banget tuh! Setuju gue" kata Jessi tertawa sambil menepuk-nepuk bahu milik Diva.

Divapun langsung memasang ekspresi kesalnya karena tak terima. "Karel kampret! Mati aja lo sana!" teriaknya kesal dengan suara lantangnya yang membuat Jessi menutup kedua telinga miliknya.

Setelah itu Divapun langsung mematikan panggilannya secara sepihak, dia sudah dongkol dengan kelakuan Karel kepadanya. Wajahnya kini terlihat kesal dan juga dipenuhi dengan aura panas disekitarnya.

"Dasar Karel kampret! Tunggu aja lo dirumah" Diva menggeram sambil mengepalkan tangan miliknya.

Jessi terlihat melirik Diva yang sedang kesal karena ucapan menyebalkannya kakaknya "Apa lo liat-liat! Lo tuh harusnya belain gue! Bukannya malah ngakak kayak barusan" tukasnya dengan tatapan sinis kepada temannya itu.

"Aduhh! Abis emang bener sih Div! Lo kan emang kerjaannya ngomel-ngomel terus" ujar Jessi yang masih terkekeh sambil melihat ekspresi kesalnya Diva.







>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now