Koleksi Barang Curian

13 6 0
                                    

Kamar bernuansa biru langit dengan beberapa lukisan abstrak yang mendominasi, membuat kamat tersebut terlihat indah dan juga menawan. Terlihat mahasiswa yang sedang terbaring diranjang besar miliknya sambil menatap langit-langit kamarnya dengan begitu lekat.

Sesekali mahasiswa itupun juga memejamkan matanya dan membukannya kembali secara bergantian. Dirinya terlihat begitu was-was dan juga sedikit bingung.

"Ayo berpikir Dallas! Berpikir! Enggak mungkin kan lo dateng bareng si wanita penggoda itu" ujarnya dengan mengetuk-ketukan kepalanya dengan kepalan tangannya.

Dallas terlihat bingung dan juga memikirkan sesuatu. "Lagian papah kenapa si, pake suruh gue bawa pasangan lagi" kata dallas mengeluhkan permintaan papahnya.

DRTTT DRTTT

Handphone miliknya bergetar dan terlihat panggilan masuk disana. Dallaspun mengambilnya dari atas nakas miliknya, kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Halo Lex!" kata dallas sambil menempelkan benda pipih itu ketelinga miliknya.

"Gimana? Lo udah dapet orangnya?" tanya lexi dari sambungan telfonnya.

Dallas kembali berkata setelah mendengar ucapannya lexi dari telfon. "Masih belum! Gue juga bingung mau ajak siapa. Lagian bokap gue ada-ada aja si, ngapain coba suruh gue bawa pasangan ke acara pernikahannya"

Lexipun terkekeh dibalik sambungan telfonnya "Mungkin bokap lo udah menantikan menantu dari lo kali Las" celetuk lexi yang langsung dibalas gertakan dari dallas.

"Gila lo! Udah mikir kesana aja, gue aja belum ngajuin skripsi" timpal dallas dengan nada tingginya.

Lexipun berkata kembali "Ya, siapa tau aja! Ehh iya Las, kenapa lo enggak ajak si Diva secara kan cuma tuh anak yang lagi deket sama lo"

"Gue? Ngajak si Diva? Yang bener aja lo Lex, gue suruh ngerjain tugas aja masih lemot, apa lagi gue ajak keacara pernikahannya bokap gue, bisa-bisa gagu tuh anak" ujar dallas mendeskripsikan ketidak sukaannya kepada diva.

Ucap lexi menyangahnya "Perkataan lo kasar banget si Las! Lagian nih ya, lo mau pergi sama siapa lagi kalo bukan sama tuh anak! Ya, itu si terserah lo dari pada lo bareng sama si Widzy makin enggak nyaman lo yang ada"

Mendendengar ucapannya Lexi membuatnya terpikir. Sepertinya tidak buruk jika Dallas mengajak Diva ke acara pernikahan papahnya.

"Pasrah deh gue! Mending gue sama si cewek lemot, dari pada sama si cewek penggoda" kata Dallas.

Setelah itu keduanyapun mengakhiri percakapannya. Dallaspun meletakkan handphonennya kembali ketempat semula.

Malampun semakin lama semakin larut, dan suasa dinginpun semakin-lama semakin terasa dikulit. Dallas memutuskan dirinya untuk tidur beralaskan dengan tempat yang hangat dan juga nyaman.

🌲🌲🌲

Diva baru saja bangun dari mimpi indahnya karena gangguan dari alarmnya yang berbunyi begitu nyaring. Setelah bangun Divapun membereskan ranjang miliknya dan berbegas menuju kamar mandi.

Pagi ini diva terlihat letih, tidurnyapun juga kurang cukup. Semalam Diva hampir saja tidur larut karena mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosennya.

Sarapan pagi ini terlihat sudah tersaji di meja makan, aromanyapun terciam sampai kesudut ruangan. Diva melangkahkan kakinya turun dari anak tangga, dan langsung menarik kursi untuk bergabung bersama anggota keluarganya.

"Pagi mah, pah" sapa Diva kepada kedua orang tuanya. Namun dari sudut sebelah kiri terlihat seorang yang menampakkan wajah kesalnya.

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now