Luka Lama

18 4 0
                                    

Hampir delapan jam berlalu semenjak hilangnya Diva beserta instrukturnya. Semua komunitas paralayang sampai tim peyelamat, juga sudah dikerahkan untuk mencari keberadaan keduanya. Mereka semua juga telah berpencar kebeberapa titik, yang memungkinkan tempat terakhir kali keduanya itu terlihat.

Sama halnya dengan yang Dallas lakukan saat ini. Dirinya dan juga sebagian dari tim peyelamat sedang mencari keberadaan asistennya itu. "Diva! Lo dimana si?" tukasnya yang terlihat begitu frustasi sampai mengusak rambut miliknya.

Kondisi Dallas saat ini terlihat sangatlah kacau. Rambut yang berantakan dengan kemeja yang terlihat compang-camping, karena tersangkut ranting pohon. Bahkan sepatunya saat ini, sudah dipenuhi dengan tanah merah yang melekat setiap sisinya.

"Gue harap lo baik-baik aja Div! Gue enggak pernah memperkirakan, kalau semua ini akan terjadi" ujarnya terlihat begitu sedu dengan raut wajahnya yang penuh dengan penyesalan.

Saat semuanya sedang sibuk mencari keberadaan Diva dan juga Mr. Edwin. Terdengar suara teriakan dari arah jam sembilan, yang membuat semuanya menoleh asal suara tersebut.

"Leo! Lo harus ikut gue sekarang" tukas Jackson yang baru saja meneriaki namanya sambil berlari kearahnya.

Saat sudah sampai dihadapannya Dallas. Jacksonpun langsung berucap dengan sekali tarikan napas. "Diva udah ketemu!" ujarnya terengah-engah sambil mengelap peluh keringatnya.

Sedetik kemudian Dallaspun langsung berlari dengan begitu kencang tanpa membalas ucapannya Jackson. Bahkan langkah kakinya itu terlihat begitu lebar, agar dirinya bisa cepat menghampiri Diva dan memastikan keadaanya.

Melihat kepergian Dallas begitu saja membuat Jackson langsung mengejarnya dengan sisa tenaga yang dirinya punya. "Habis semua tenaga gue" rintihnya sambil berkacak pinggang.

Dallas yang tadinya terlihat berlari begitu kencang. Tiba-tiba saja berhenti mendadak, setelah melihat mobil ambulance sedang berhenti didepannya. Serta dengan bunyi sirinya yang begitu nyaring terdengar.

Dari arah yang berlainan, Dallas bisa melihat jika Diva sedang terbaring diatas tandu dengan beberapa tim medis, yang sedang membawanya masuk kedalam ambulance. Kondisinya saat ini terlihat sangat memperihatinkan. Terlebih lagi disetiap tubuhnya itu terdapat luka goresan yang begitu banyak. Bahkan yang lebih parahnya, kepalnya itu sudah dipenuhi dengan cairan kental berwarna merah.

"D-Diva!" ucap Dallas dengan raut wajah terkejutnya. Bahkan dirinya kini sudah mematung tanpa mengedipkan matanya sedikutpun.

Seketika Dallaspun tiba-tiba saja mengingat kejadian teragis yang mendiang mamahnya itu alami. Kejadian itupun kembali terputar didalam kepalanya. Cairan kental berwara merah terlihat, memenuhi sebagian wajah dari mamahnya. Dirinya masih dapat mengingat jelas kejadian kelam itu.

Bahkan Dallaspun sampai tak sadar jika tubuhnya itu, sudah bergetar dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya. "Le! Lo kenapa?" ujar Jackson yang tiba-tiba saja sudah berada disampingnya saat ini.

"Leo! Lo denger gue enggk sih? Diva baru aja dibawa masuk kedalam ambulan, tapi kenapa lo masih aja diem disini?" sambung Jackson sambil mengguncangkan tubuhnya Dallas.

Seketika Dallaspun langsung tersadar, dan kembali dengan kenyataan yang sekarang dirinya hadapi. "Lo kenapa masih diem aja Le? Lo enggak mau nemenin Diva kerumah sakit?" imbuh Jackson dengan tatapan matanya yang menajam.

"I-iya gue ikut kok" tukas Dallas dengan gerak-geriknya yang terlihat tidak biasa. Kemudian Jacksonpun membawa temannya itu masuk kedalam ambulance.

Dari luar Dallas bisa melihat jika kondisi Diva sekarang ini, terlihat begitu menyedihkan. Bahkan dirinya saja sampai ingin meneteskan air mata. "Lo berangkat duluan! Biar gue sama yang lain nyusul" imbuh Jackson dengan alisnya yang saling bertautan.

Kemudian ambulance itu pergi membawa Diva kerumah sakit terdekat, dengan Dallas yang setia berada disampingnya saat ini.

"Kenapa semua perempuan yang mulai ngertiin kepribadian gue! Malah berakhir tragis kayak gini" ucapnya lirih sambil memandang wajah Diva, yang kini sudah dipenuhi dengan cairan kental berwarna merah. Dengan bercaknya yang sudah mulai mengering.

🌲🌲🌲

"Saya sarankan pasien harus cepat-cepat dipindahkan kerumah sakit yang lebih besar. Karena alat yang kami butuhkan tidak begitu memadai, jadi kami tidak bisa menindak lanjuti keadaan pasien saat ini" tukas seorang dokter perempuan yang baru saja memeriksa keadaannya Diva.

Dallaspun yang mendengarnya membuatnya sakit kepala. Terlebih lagi dengan kondisi batinnya saat ini. "Baik dok! Saya akan membawanya segera"

Setelah itu Dallas membawa Diva kembali ke jakarta, untuk mendapatkan penanganan terbaik serta dengan alat-alat canggih yang begitu mempuni. "Gue harus apa sekarang? Gimana bisa gue kabarin orangtunya disaat kayak gini" tukasnya yang terlihat begitu frustasi bahkan raut wakahnya kini terlihat begitu sedu.

Saat diperjalan Dallas terlihat masih saja memikirkan apa yang harus dirinya ucapkan saat bertemu dengan orangtuanya Diva nanti. Terlebih lagi, dirinya itu sudah berjanji kepada Karel. "Gue minta maaf, Div! Karena gue udah melanggar janji yang gue buat sendiri" ujarnya sambil menggenggam tangan joniornya itu dengan erat.

"Gue berhak mempertanggung jawabkan semuanya! Bahkan gue rela jika nyawa gue yang akan menjadi taruhannya" sambungnya kembali dengan tatapannya yang begitu sedu, dengan kedua matanya yang terlihat mulai berair.

Taklama Dallaspun terlihat sedang merogoh kantung celana dengan benda pipih yang keluar dari dalamnya. Kemudian dirinta itu langsung menghubi seseorang yang dapat membantunya saat ini. "Cuma lo satu satunya orang yang bisa bantuin gue!" ujarnya sambil menempelkan handphonenya itu ketelinga miliknya.

Setelah memberitahukan semua kejadian yang menimpa dirinya dan juga Diva. Dallaspun langsung mematikan sambungan telfonnya. Dan beralih kekondisi mahasiswi yang ada dihadapannya kini.

"Rasanya! Sekarang ini gue pengen banget jadi kepulan asap, yang langsung bisa hilang gitu aja. Lo tau engga, Div! Sebanernya gue terlalu takut untuk mempertanggung jawabkan semuanya" ujar Dallas sambil tersenyum getir. Bahkan air matanya sekarang ini sudah terlihat menetes membasahi pipinya.

"Gue enggak setangguh yang lo liat! Gue ini cuma laki-laki pengecut yang enggak bisa mempertanggung jawabkan semua perbuatannya" sambungnya kembali sambil menyeka air matanya yang turuh.

Taklama Dallaspun mendapat pesan dari seseorang yang dirinya telfon tadi "Gue cuma bisa ngandelin lo Lex! Karena lo adalah satu-satunya orang yang paham akan sifat dan kepribadian gue ini" tukasnya memasukkan benda pipihnya itu kembali kedalam kantung celannya.

"Dari lubuk hati gue yang terdalam! Gue merasa sangat tersakiti dengan apa yang lo alami Div! Gue enggak mau lo bernasib sama kayak nyokap gue dan tanpa gue sadari, gue menyimpan rasa yang begitu aneh, selama gue berdekatan sama lo. Atau mungkin gue jatuh cinta sama lo?" sambungnya kembali dengan sorot mata yang dalam.







>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now