Kabar Buruk

14 4 2
                                    

Siang ini suasana rumah terasa begitu sepi tanpa kehadiran anak bungsunya, yang selalu hadir melengkapi keluarganya. Bahkan orangtuanya itu sudah rindu akan kegaduhan anaknya, jika sedang bertengkar dengan kakak laki-lakinya.

"Enggak ada Diva sepi juga, ya Rel? Biasanya kan kalian berdua cek-cok terus setiap pagi" ucap mamahnya itu sambil menyiapkan makan siang untuk keduanya.

Karelpun yang mengerti akan kegelisahan serta kerinduannya itu, langsung saja menimpali perkataan mamahnya "Diva baru pergi sehari aja, udah kangennya serasa satu tahun" tukas Karel sambil membantu mamahnya menyiapkan sendok dan juga garpu.

"Ya, wajar dong Rel! Namanya juga orang tua, pasti selalu khawatirin anaknya" sambung mamahnya kembali yang kini sudah duduk dimeja makan.

Karel berkata sambil memberikan sarannya "Kalau mamah sekangen itu! Nanti vidio callan aja sama Diva"

"Mamah udah coba hubungin dia dari kemaren Rel! Tapi enggak juga diangkat sampe sekarang" ujar mamahnya sambil mengunyah makanan yang masuk kedalam mulutnya.

Karelpun langsung menyambarnya "Ya, mungkin aja, di sana lagi enggak ada sinyal!

"Bener juga kata kamu! Kalau gitu, nanti mamah coba telfon lagi deh" imbuhnya dengan menganggukakkan kepalanya.

🌲🌲🌲

Dilain tempat, dengan pemandangan yang begitu luar biasa. Divapun masih saja terpukau dengan keindahan yang dirinya lihat dari atas ketinggian. Bahkan air lautpun terlihat begitu jernih, serta ombak yang berdeburan kencang menabrak batu karang.

Terlebih lagi dengan banyaknya para wisatan yang berjunjung, membuat mereka terlihat seperti segerombolan semut yang sedang berkumpul. "Bagaiaman rasanya? Tidak seburuk apa yang dibayangkan bukan?" tanya instruktur tersebut sambil mengendalikan arah parasutnya itu.

"Luar biasa! Bahkan saya saja sampai lupa, dengan phobia yang saya miliki" imbuh Diva yang terlihat senang dengan senyumnya yang terukit di kedua sudut bibirnya.

"Kalau begitu! Kamu harus sering-sering kesini, mungkin saja phobia kamu akan cepat menghilang nantinya" ujar istruktur itu kembali sambil membawa Diva terbang lebih tinggi lagi.

Sekarang ini Diva sudah terbang lumayan cukup tinggi. Bahkan ketinggiannya itu sudah menyamakan dengan burung yang sedang ikut terbang bersamanya juga. Namun tiba-tiba saja anginpun bertiup dengan kencang, cuaca yang tadinya cerahpun mulai sedikit mendung.

"Sepertinya kita harus cepat-cepat turun sebelum cuaca menjadi semakin buruk" tukas instruktur yang membawanya itu.

Saat instrukturnya itu mulai merendahkan ketinggiannya, angin kencangpun kembali datang. Yang membuat parasutnya itu terbang menjauh dari titik dimana mereka mendarat. Tiba-tiba saja terdengar suara guntur yang begitu kencang, bahkan kilatan petirpun terlihat dibalik awan mendung yang sudah bergumul menutupi langit.

"Tidak usah panik! Kita akan baik-baik saja" ucapnya yang mencoba menenangkan Diva yang terlihat sudah bergetar ketakutan.

Saat Edwin mencoba mengendalikan arah parasutnya itu, tiba-tiba saja tali yang ada disebelahnya itu terputus. Yang membuatnya kendalinya sudah tidak bisa digunakan lagi. Dan mau tak mau merekapun hanya bisa mengikuti arah angin yang membawa mereka saat ini.

"Bagaimana ini? Cuacanya sudah semakin memburuk" tukas Diva yang sudah ketakutan dengan tubuhnya yang bergetar.

Edwinpun membalasnya "Tenanglah Diva! Kita akan baik-baik saja"

Diwaktu yang bersamaan hujanpun turun yang membuat parasutnya itu terbang tak tentu arah. Keadaan mereka saat ini juga terlihat sangatlah berbahaya. Angin kencang serta hujan yang lebat membuat Edwin tidak bisa mengendalikan parasutnya itu.

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now