Gedung Tinggi Berlapis Kaca

19 6 1
                                    

Dallas saat ini sudah berdiri didepan gedung setinggi tiga puluh meter, dengan lima belas lantai didalamnya. Terlihat jika banyak pegawai yang berlalu lalang masuk kedalam perusahaan terdebut.

Telapatnya! Disinilah Dallas berada. Di perusahaan Leon Corporation milik papahnya, yaitu Darwin Leonard. Kemudian dirinyapun langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam lobi kantor.

Saat Dallas sudah berada dilobi, terlihat dua orang pegawai dari sisi kiri dan juga kanan yang sudah siap menyembut kedatangannya.

"Siang mas Dallas" sapa salah satu pegawai laki-laki itu dengan tersenyum ramah saat menyambut kedatangannya.

Dirinyapun langsung membalasnya dengan anggukan kepada. "Mas Dallas mau ketemu pak Darwin ya?" tanya pegawai laki-laki itu yang seharusnya cocok disebut sebagai Body Guard.

"Iya! Gue ada perlu sama atasan lo" tukas Dallas ketus kepada keduanya. Namun kedua pegawai itu sudah tidak terkejut lagi jika anak Darwin ini bersikap tidak sopan seperti itu.

"Kalau begitu biar kami antar" ucap pegawai itu menawarkan niat baiknya. Namun Dallas tetaplah Dallas, dengan sikap angkuh dan semena-menanya.

"Gue enggak perlu dikawal! Lo pikir gue tahanan" ketusnya dengan sorot matanya yang setajam silet.

Setelah kepergiannya kedua pegawai itu mulai menggerutu, dengan sikap Dallas yang terkesan angkuh dan juga sombong. "Untung lo anak pemilik dari perusahaan tempat gue kerja! Kalo bukan, habis lo sama gue" tukas salah satunya yang terlihat sedang mengumpat.

Kini Dallas sudah berada didalam lift menuju ruangan papahnya berada. Didalam lift dirinya masuk bersama dengan para pegawai yang lainnya. Dia tau jika mereka semua tidak menyukai sifat angkuh dan juga sombongnya. Karena tatapan mereka terlalu jujur untuk mengungkapkan itu semua.

Kemudian Dallas sampai dilantai paling atas yaitu lantai lima belas. Setelah itu anaknyapun langsung bergegas menuju ruang kerja milik papahnya.

Dallas sudah berada didepan ruangan kerja milik Darwin. Pintu kaca yang terlihat tebal dan juga tinggi itu, langsung saja dirinya buka tanpa mengetuknya terlebuh dulu.

"Mana salam kamu Dallas? Tidak sopan sekalih langsung main masuk saja" ujar Darwin melihat kehadiran anak laki-lakinya itu yang tadak sama sekali terdengar suaranya.

Dallas masih berdiri didepan kursi kebesaran papahnya itu sambil menatap Darwin dengan lekat. "Langsung ke intinya aja! Papah suruh dallas kesini ada perlu apa?" timpalnya yang masih melihat gerak-gerik yang sedang papahnya lakukan.

"Sepertinya kamu sedang terburu-buru sekali! Kenapa masih saja berdiri?" sambung papahnya Dallas menghampirinya sambil membenarkan jasnya yang terlipat.

Dallas mendelik "Papah mau bilang apa sih? Enggak usah bertele-tele, karena Dallas enggak punya banyak waktu"

"Baik lah jika seperti itu! Kamu memang seperti papah Dallas, selalu saja merasa tidak sabaran" sahut Darwin tersenyum, sambil melihat raut wajah anaknya yang dingin.

Darwin terlihat mengambil sesuatu dari dalam laci meja kerjanya dan menberikan itu kepada Dallas. "Papah sudah mengundang Widzy untuk datang keacara pernikahan papah lusa! Dan papah mau, kamu datang bersama dengannya dan jadi pasangannya"

"Apaa! Papah ngapain pake undang Widzy segala? Lagian Dallas udah enggak ada hubungan apapun sama dia" tukasnya terkejut setelah mendengar nama mantan pacarnya itu.

Papahnya berkata "Loh, bukannya kalian masih menjalin hubungan?"

Dallaspun tiba-tiba saja merasakan pening di area kepalanya. Dirinya merasa, jika masalah terus saja datang menghampirinya. Dan ditambah lagi dengan munculnya sosok mantan yang sudah lama dirinya lupakan.

"Dallas enggak akan pernah dateng pah! Terlebih lagi bareng Widzy" ujarnta dengan tatapan dinginnya.

Darwinpun mendelik sambil melirik Dallas dengan ekor matanya "Baik kalau itu mau kamu! tapi jagan harap jika perusahaan ini bisa papah wariskan ke kamu" ancam papahnya..

"Papah mau ngancam Dallas? Jelas-jelas disurat wasiat yang opah kasih itu, udah tertulis nama ahli waris yang sebenernya dan disurat itu juga, tertulis nama Dallas disana" tukasnya sambil tersenyum meremehkan papahnya.

Papahnyapun tersenyum ketika mendengar ucapannya dallas "Kamu memang cucu tersayangnya opah! Jadi tidak salah jika kamu mewarisi sebagian sifatnya. Baiklah kalau begitu! Kamu boleh saja tidak datang, tapi jangan harap jika orang suruhan papah tidak melakukan sesuatu kepada kamu"

"Dasar licik! Papah selalu kayak gitu" geram Dallas sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Jika kamu tidak ingin datang ke acara pernikahan papah bersama Widzy! Sebagai gantinya, kamu harus membawa seseorang untuk kamu jadikan pasangan dansa nantinya" tukas Darwin memberi kemudahan kepada Dallas.

Dallaspun mengerjapkan matanya, dirinya langsung terdiam sambil memikirkan ucapan yang papahnya lontarkan.

"Bagaimana? Setuju tidak?" tanya papahnya. Dallspun terlihat menarik napasnya dan membuangnya perlahan "Oke! Dallas turutin permintaan papah yang satu itu, asalkan enggak bareng Widzy"

🌲🌲🌲

Diva dan Jessi terlihat baru saja menyelesaikan mata kuliahnya pada hari ini. Setelah itu keduanyapun berencana untuk mengerjakan tugas bersama dikediaman temannya itu.

"Materi yang tadi, sempet lo catet kan Jess?" tanya Diva kepada temannya itu yang terlihat begitu asik dengan handphone miliknya.

Kemudian Divapun langsung merebutnya "Kalo lo lagi dijalan, usahain jangan main handphone dulu Jess" tukasnya memperingati.

"Lah! Emangnya kenapa? Lagian kan, gue lagi asik ngescroll oppa ganteng juga Div" ucap Jessi merengek sambil meminta kembali handphonen miliknya.

Divapun menggeram sambil menyerahkan handphonennya Jessi "Kalau lo dijambret, langsung gue sukurin Jess" tukasnya terlihat kesal.

"Iya deh! Iya, gue masukin nih handphonenya" sahut Jessi sambil memasukkan handphone miliknya kedalam tasnya.

Saat ini keduanya sedang menunggu jemputannya Jessi, beberapa menit yang lalu supirnya itu memberikan kabar jika sebentar lagi dirinya akan sampai.

"Div! Hari ini kok gue enggak liat kak Dallas ya, lo juga enggak dibansurin sama tuh orang, tumben banget" Jessi tiba-tiba saja berucap yang membuat Diva sedikit terkejut.

"Iya juga ya? Biasanya kan tuh orang pasti suruh gue ini itu, udah mana ujung-ujungnya pake duit gue lagi" tukas Diva kesal dengan wajah cemberutnya.

Jessi tertawa renyah saat melihat raut wajah yang Diva tunjukkan. "Berarti dompet lo hari ini lagi aman Div! Mending lo berdoa aja biar si kak Dallas enggak usah muncul-muncul lagi cariin lo"

TINN TINN

Terdengar suara yang begitu nyaring dari arah jam dua belas. Jessi dan Divapun menengok ke asal suara tersebut. "Ayo Div! Supir gue udah jemput tuh" ujarnya sambil menarik tangan temannya itu.

"Maaf ya non! Bapak jemputnya sedikit telat" kata supirnya Jessi dengan raut wajah bersalahnya.

"Enggak apa-apa pak! Jessi juga barus selesai kelas tadi" balasnya tersenyum kepada supirnya itu.

Kemudian merekapun pergi menuju kediamannya Jessi, serta Diva yang juga ikut karena ingin mengerjakan tugas bersama.





>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum