Amarah Karel

10 4 0
                                    

"Las! Gimana keadaannya Diva sekarang?" ujar Lexi berlari menghampiri Dallas yang terlihat sedang duduk sendirian didepan ruang IGD.

Dallaspun langsung saja berdiri, saat melihat kehadiran Lexi dihadapannya. "Gimana keadaanya?" tanya temannya itu sambil melihat kondisinya yang begitu menyedihkan.

"Diva lagi ditanganin sama dokter didalam" sahut Dallas yang menjawabnya begitu lirih. Bahkan dirinya itu terlihat sudah sangat lemas.

Lexipun yang melihatnya merasa iba, dan tidak tega melihat kondisi temannya saat ini. "Gue paham kok, Las! Lo yang sabar ya" tukasnya sambil menepuk punggungnya Dallas.

"Lo emang satu-satunya temen gue Lex!" imbuh Dallas dengan raut wajahnya yang begitu menyedihkan.

CKLEKK

Pintu IGD itu tiba-tiba saja terbuka begitu lebar. Dan muncullah seorang dokter yang manangani kondisi Diva saat ini. "Apa kalian keluarga dari pasien, yang bernama England Diva?" ucap dokter tersebut kepada Dallas dan juga Lexi.

"Iya dok! Saya perwakilan dari keluarganya. Jadi bagaimana dengan kondisi Diva saat ini?" tukas Dallas yang langsung saja menyambarnya.

Dokter perempuan dengan name tag bernama Rabecca itupun mulai menjelaskannya "Kondisi pasien saat ini, bisa dibilang sangatlah memperihatinkan. Kami juga sudah melakukan CT scan untuk mengetahui, penyebab dari cedera yang terdapat dibagian kepalanya. Dari hasil yang keluar, bisa dikatakan pasien mengalami cidera kepala yang cukup berat. Yang berartikan pasien mengalami pendarahan otak yang cukup serius"

"Dan dampak dari cedera yang didapatnya itu, pasien mengalami koma. Kondisi dimana seseorang tidak sadarkan diri. Penderita koma juga tidak bisa bergerak maupun merespon terhadap rangsangan nyeri. Serta peluang dari pulihnya penderita koma, biasanya akan terjadi selama bertahap. Lamanya bisa sampai berbulan-bulan atau bahkan lebih dari satu tahun. Karena itu semua, tergantung dari kondisi kestabilan pasien tersebut" tukas dokter Rabecca itu menjelaskan kepada Dallas dan juga Lexi.

Dallaspun yang mendengarnya langsung merasa tercekik, bahkan kehabisan napas. Hatinya itu juga langsung hancur seperti pecahan kaca. Terlebih lagi dengan ekspresi wajahnya yang sangat amat terkejut .

"A-apa? D-Diva koma?" ujarnya dengan kedua mata yang melebar. Serta tubuhnya yang saat ini sudah mulai gemetar.

"Dokter bohong kan? Diva enggak mungkin koma. Dia enggak mungkin koma untuk waktu yang panjang. Ini enggak mungkin terjadi!" teriak Dallas yang tidak terima dengan ucapan dokter tersebut. Bahkan teriakannya itu seperti tangisan kesedihan yang dialaminya saat ini.

Dokter itupun yang melihat juga ikut iba, dan merasakan kesedihan yang Dallas alami "Saya mengerti! Memang berat menerima semua kenyataan yang sedang kamu hadapi. Tapi memang inilah kenyataannya"

Seketika tubuh Dallaspun langsung jatuh tersungkur, dilantai rumah sakit yang begitu dingin. Tatapannya saat ini juga terlihat begitu kosong. Bahkan Lexipun bisa merasakan betapa hancurnya hati sahabatnya ini.

"Lo yang sabar, ya! Gue ngerti kok, sama apa yang lo rasain saat ini. Tapi lo enggak bisa kayak gini terus, lo harus kuat dan bisa nerima semuanya. Gue juga yakin kalau semuanya akan baik-baik aja" ujar Lexi memberikan semangat kepada sahabatnya itu, dengan suara yang terdengar begitu lirih.

Dokter Rabeccapun yang melihat interakhi diantara keduanya, jadi ikut bersedih sampai meneteskan air matanya "Kalau begitu! Kami akan memindahkan pasien keruang ICU segera. Karena kondisi pasien harus dipantau secara intensif. Selama koma, pasien juga akan dipasangkan alat ventilator. Supaya menjaga laju pernapasannya agar tetap stabil. Serta dengan infus yang akan terpasang, guna menyalurkan nutrisi dan obat-obatan yang masuk kedalam tubuhnya"

Setelah itu Divapun mulai dipindahkan kerung ICU, sesuai dengan yang dokter Rabecca katakan. Sementara Lexi! masih mencoba menengkan Dallas yang terlihat tidak baik-baik saja sekarang ini.

🌲🌲🌲

BAKKK

BUKKK

Terdengar suara rintihan dari seseorang laki-laki, yang sedang merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya. Dirinya itu mendapatkan hantaman berkali-kali lipat yang membuat tubuhnya itu hampir saja mati rasa. Bahkan hidung serta sudut bibirnya saja, sampai mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

Wajahnya kini sudah banyak terdapat luka lebam, serta cairan kental berwarna merah yang keluar dari beberapa sudut wajahnya. Kemarahan Karel memang tidak bisa Dallas pungkiri. Dirinya juga mengakui jika, semua ini terjadi karena kesalahannya.

"Mana janji lo? Mana semua janji lo yang katanya mau jagain Diva? Ternyata ucapan lo itu enggak sesuai sama kenayataannya, ya? Karena lo, sekarang adik gue juga jadi koma! Dan gue enggak bisa terima ini gitu aja." tukas Karel menyeringat dengan sorot matanya yang tajam. Serta aura hitamnya yang terlihat mengepul mengelikingi tubuhnya.

Dallaspun tidak bisa berbuat apa-apa sekarang ini. Dirinya sudah terpojok dengan cengkraman yang begitu erat dikerah baju miliknya "Gue minta maaf Rel! Gue tau ini semua salah gue, tapi gue enggak tau kalau keadaannya akan seburuk ini" ujarnya sambil menarik tangan Karel yang melekat dikerah baju miliknya.

"Enggak usah ngebela diri lo! Dari awal lo juga tau kalau adik gue itu phobia sama ketinggian. Tapi lo masih aja maksa dia untuk ikut. Atau! Jagan-jagan lo emang sengaja, ya celakain Diva?" sambungnya kembali dengan menarik kerah bajunya Dallas. Yang membuat mahasiswa itu semakin tercekik dan kehabisan napas.

Taklama Lexipun datang menghamliri dan mencoba untuk melepaskan Dallas, dari cengkraman Karel. "Karel cukup! Lo udah gila ya? Lo bisa aja bunuh Dallas kalau gini caranya" tukasnya dengan tatapan tajam kearah Karel.

"Enggak usah ikut campur lo! Karena lo enggak ada sangkut pautnya sama masalah gue" sambar Karel dengan aura hitamnya yang menyeruak.

Lexipun langsung berkata dengab sorit matanya yang tajam "Gue berhak ikut campur! Karena Dallas adalah temen gue, dia juga enggak sepenuhnya salah. Kecelakaan itu enggak ada yang bisa memperkirakan. Semua itu udah diatur sedemikian rupa sama tuhan. Jadi lo enggak bisa nyalain temen gue gitu aja"

Karelpun yang mendengarnya pangsung berdecak sambil bertolak pinggang "Enggak usah lo belain temen lo yang satu ini! Karena dia, Diva jadi harus tidur panjang tanpa tau kapan dia sadar. Dan gue mau! Temen lo itu harus ngerasain apa yang adik gue rasain juga"

"Lo mau apa dari gue? Sesuai dengan janji, gue akan tanggung jawab. Ini semua emang salah gue. Jadi lo berhak menghukun gue semau lo" imbuh Dallas lirih sambil menahan rasa sakitnya.

Lexipun yang mendengarnya langsung mengerutkan dahinya, sambil menatap sinis kearah Karel "Lo apa-apain si Las? Ngapain lo nyerahin diri gitu aja? Lo itu enggak sepenuhnya salah, dianya aja yang emang enggak mau nerima kenyataannya"

Mendengar itu membuat Karel merasa tersinggung. Kedua tangannyapun terkepal serta raut wajahnya yang kini terlihat sedang menahan amaranya.

"Lebih baik lo berdua pergi dari sini! Dan jagan pernah coba-coba jengukin Diva sekalipun. Terutama lo! Mulai sekarang jauhin adik gue, dan jagan berhubungan lagi sama dia! Karena lo terlalu banyak mendatangkan malapetaka buatnya" usir Karel dengan emosinya yang semakin memanas disetiap detik.

Dallas dan Lexipun langsung pergi meninggalkan rumah sakit, setelah Karel mengusirnya dengan amarahnya yang begitu berkobar.

"Gue enggak akan bisa nurutin perkataannya Karel sampai kapanpun! Karena pada dasarnya, gue yang udah buat lo celaka. Karena itu juga, gue akan kembali dan nemuin lo secepatnya Div" tukasnya dengan sorot matanya yang sedu dan suaranya yang begitu lirih.






>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang