Salah Tingkah Berakhir Panas Dingin

8 4 0
                                    

Dipagi hari yang cerah ini, Dallas sudah berada didepan rumahnya Diva untuk menjemputnya berangkat menuju tempat paralayang. Kebetulan juga keduanya libur dihari yang bersamaan. Dengan begitu keduanyapun memutuskan untuk pergi ketempat yang selama ini seniornya rindukan.

Kedua orangtuanya Diva juga sudah mengetahui soal kepergiannya ini, terlebih lagi dengan Karel. Awalnya mereka semua tidak ada yang setuju karena phobia yang dimiliki oleh anak bungsunya.

Namun ketika Diva menceritakan tentang Dallas yang sudah membantunya dalam mengatasi phobianya itu. Tanggapan kedua orangtuanya pun langsung berubah, dan memperbolehkannya untuk pergi.

"Sampai adik gue kenapa-kenapa, gue nggak akan segan untuk menggal kepala lo" ancam Karel dengan sorot matanya yang tajam saat melihat laki-laki yang sedang berada dihadapannya kini.

Dihadapannya Karel sudah ada dua orang yang saling berdiri sejajar sambil menatap kearahnya. Kedua orang itu yang tak lain adalah adiknya dan juga Dallas.

Kemudian Divapun menyela sambil memukul pundak milik kakaknya "Kejam banget si lo! Lagian gue kan udah dapet izin dari mamah papah juga"

"Lagian gue tuh heran ya sama lo! Punya phobia ketinggian tapi mau ikut paralayang. Lo juga sama! Udah tau adik gue punya phobia, tapi masih aja diajak" tukas Karel melipat kedua tangannya sambil menatap Diva dan Dallas secara bergantian.

"Lo enggak perlu khawatir! Kalau Diva kenapa-kenapa, gue akan langsung tanggung jawab" tukasnya meyakinkan Karel dengan ekspresi wajahnya yang begitu yakin.

Langkah kaki Karelpun mendekat kearah Dallas, dan kemudian mulai membisikan sesuatu "Gue pengang janji lo! Tapi kalau adik gue kenapa-kenapa, nyawa lo yang akan jadi taruhannya"

Setelah itu Karelpun langsung Menjauh dari Dallas sambil tersenyum miring kearahnya. "Lo ngomong apa sama kak Dallas! Sampai bisik-bisik gitu" imbuh Diva dengan kerutan didahinya.

"Mau tau aja si lo! Yaudah kalau gitu, gue izinin lo ajak adik gue pergi. Tapi inget jagan coba-coba lo sentuh Diva" ucap Karel memperingati Dallas.

Kemudian Dallaspun Membantu Diva memasukkan tasnya kedalam bagasi miliknya. Setelah itu keduanyapun berpamitan kepada Karel setelah mendapat izin darinya.

Saat diperjalanan, suasana didalam mobilnya Dallas terasa begitu sepi bahkan terkesan canggung. Keduanya juga terlihat sibuk dengan pikirin masing-masing.

"Mau dengerin musik?" tukas Dallas tiba-tiba menawarkan sambil melirik kearah Diva yang sedang melihat keluar jendela.

Divapun langsung menolehkan kepalanya "Emangnya boleh?" tanyanya terbata saat melihat raut wajahnya Dallas.

"Kan gue yang nawarin, gimana sih lo" balas Dallas tanpa melihat Diva karena sedang fokus menyetir.

Kemudian tangan Dallas terulur menyentuh tombol yang ada disampingnya. Disaat itu juga suara musikpun mulai terdengar merdu di indra pendengarannya.

"Kak Dallas suka lagu ini juga?" tanya Diva langsung menyadari lagu yang sedang putar oleh Dallas.

Dallas berkata sambil menoleh kearah Diva "Iya! Kenapa emangnya?"

"Kebetulan, lagu itu juga kesukaan saya" sambung Diva Sambil tersenyum melirik Dallas.

Senyum Dallaspun ikut terukir saat mendengar ucapannya Diva. Terlebih lagi saat melihat perempuan yang ada disampingnya itu terlihat menikmati lagu yang diputarnya "Bisa kebetulan gitu ya" sahutnya sambil memperbesar volume suaranya.

Kemudian keduanyapun memutuskan untuk bernyanyi bersama, dengan senyum yang memancarkan keceriaan disetiap sudut bibirnya.

Bahkan keduanya sampai tidak sadar jika saat ini mereka bukan terlihat sebagai teman biasa. Melainkan terlihat seperti pasangan yang sedang menikmati waktu kencan mereka.

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now