Vote duluu yaaa udh itu comment 😭
“ eh?? Jadi nama Aiden itu benar benar nama seseorang di pihak anda Pangeran??”
“..? Iya..ada apa nona? Sepertinya anda sangat terkejut?” Theodore tersenyum melihat reaksi Arista saat ini..
“…apa..apa mugkin seseorang bernama Aiden itu ikut bersama anda kali ini?” Tanya Arista sedikit bersemangat.
“…Ya..itu benar..(?)”
Theodore memiringkan kepalanya karena ia hanya bisa menjawab 'ia' setelah diterpa banyak pertanyaan dari Arista.
“…Ji-Jika begitu..Bolehkah aku memiliki waktu berbincang dengan nya?”
“eh? Itu akan sulit nona jika sekarang. Bagaimana dengan besok? Aku akan mengatur tempat dan jadwalnya.”
“…Te-terimakasih yang mulia!!”
“ Ah- ya sama sama.. (?)”
Theodore masih keheranan dengan pertanyaan pertanyaan Arista seputar Aiden. Ia teringat saat pertama kali Arista juga sempat membeku dengan perkenalan awalnya setelah ia mengatakan nama samarannya adalah Aiden.
Dan beberapa kali ia menanyakan apakah aku Aiden.
Ada apa sebenarnya?..apa yang membuat nona Arista begitu terobsesi dengan Aiden?
‘apa ada sesuatu yang tak ku tahu?’
Arista mulai merasa jika sosok Thodore adalah orang yang sangat ambisius, kebanyakan apa yang dibicarakan adalah tentang idealisme dan keseimbangan kerajaan, itu sangat bagus baginya yang tidak banyak mengetahui apapun tentang pemerintahan istana walaupun ia merupakan seorang putri.
Arista cukup menikmati waktu berbincang dengan Theodore.
Dan mulai menaruh rasa kagum yang tidak bisa dia jelaskan dalam hatinya.
Sosok Theodore di matanya adalah sosok pemimpin yang perlu ia ikuti dan contohkan, Arista selalu tersenyum dengan mata berbinar di setiap hal hal besar di kerajaan Grevalon mampu Theodore atasi dibantu beberapa orang kepercayaan nya.
Bukan berarti Arista tidak merasakan kekaguman ini pada Gabrien yang juga sama sama pangeran yang hebat menurutnya, namun.. Arista belum pernah mendapatkan waktu berbincang seperti ini dengan nya, sehingga, orang pertama yang mendapat kekaguman ini dari Arista adalah Theodore. yang masih orang asing baginya.
‘Setidaknya..sosok calon raja masa depan yang baik ada padanya, apakah kakakku adalah orang hebat seperti ini juga?’
Arista berfikir seperti itu, namun menggelengkan kepalanya ketika menyadari ia harus segera mencari kakaknya yang hilang itu.
Theodore melihat perilaku lucu Arista barusan terkekeh tanpa sepengetahuan Arista.
**
Kini mereka memutuskan untuk kembali ke Aula..Suara music mulai menggema..Aula berubah menjadi sedikit romantis dengan lagu lagu yang dinyalakan menenangkan suasana hati..
Ketika Arista memasuki Ruangan, tidak ada banyak yang memperhatikannya kembali bersama Theodore, hanya Chriss yang menyadari Arista kembali bersama Theodore.
‘..Apa yang sebenarnya terjadi diantara Nona Arista dan pangeran Theodore? bukan kah ini kali pertama mereka bertemu? Mereka terlihat sangat akrab bahkan dari sebelumnya?’
Batin Chriss sambil memperhatikan kehadiran keduanya yang kembali ke Aula bersama.
Gabrien tidak di manapun di Aula ini..seolah ia menghilang..ia tidak pernah kembali ke ruangan setelah menyakiti lengan Arista karena perlakuannya.
Malam tiba dan semua orang pergi ke tempat beristirahat mereka.
Arista mendapatkan tempat terjauh untuk kembali karena tempatnya istirahat berada di bagian benteng istana.
tempat dimana minim etiket dan hal hal aturan bangsawan yang menyusahkan.
Dengan gaun panjang nya yang seperti menyapu salju di luar.. Arista menggunakan mantra Air nya dengan membentuk sebuah kubah kecil yang melindungi kepalanya membentuk payung agar dia tidak terkena Salju yang kini turun cukup tebal.
Melewati bagian luar istana membuatnya kedinginan namun itu tidak lama, Lhoris segera menghangatkan Arista dengan memberinya mantra penghangat pada tubuhnya.
Tidak terkecuali Levius dan Kate yang mendapatkan porsi yang sama .
Setelah mendekati ruangan levius yang berada di belokan sebelum menuju ruangan Arista, Mereka berpisah sehingga Arista pergi sendiri menuju ruangan nya, yang tidak jauh dari ruangan Levius..
Namun langkah nya terhenti setelah melewati belokan yang menuju kamarnya..ia ingin berbalik dan pergi dari tempatnya kini berdiri..ia ingin lari dan menganggap hal ini tidak pernah ia lihat.
'apakah ia disini sepanjang waktu?' batinnya.
Seseorang menoleh karena sadar Arista telah kembali..ia menunggu kedatangan nya di depan pintu Ruangan Arista..
Arista tidak pernah menyangka jika orang ini akan berada di depan ruangan nya setelah beberapa lama tidak terlihat di aula sampai acara selesai dan dirinya kembali.
Arista tidak pernah mengetahui alasan mengapa Gabrien pergi selama sisa pertemuan di Aula berlangsung.
“…Nona Arista..”
Gabrien yang menyandarkan punggungnya ke tembok membenarkan posisinya ketika melihat Arista datang , masih dengan pakaian yang sama, Riasan wajah yang sama.
“.. apa yang sedang anda lakukan disini pangeran..?”
Arista melangkah mendekat tergesa-gesa, dan memperhatikan Gabrien yang kini memperlihatkan ekspresi kesulitan di wajahnya. Rasa sedih, kecewa, kehilangan, seperti itulah wajahnya terlihat..
Arista merespon dengan mata khawatir setelah melihat ekspresi Gabrien.
“…ah..ini maaf..aku sedang kesulitan mengontrol wajahku..”
Ia menutupi wajahnya dihadapan Arista dengan kedua tanganya.
Ia benar benar kesulitan kurasa..keningnya terlihat mengkerut ketika ia melakukan itu.
Tap*
Arista menyentuh lengan yang menutupi wajahnya kini dengan telunjuk nya..Arista menyentuh lengan Gabrien agar Gabrien tak perlu menutupi itu.
Semakin sulit Bagi Arista dan rasa bersalah itu akan terlular pada dirinya juga. . ya Ekspesi nya kesulitan...karena itu terlihat..’sedih’.
Tidak menunggu lama.. Gabrien seolah mengerti arti sentuhan tangan Arista padanya, ia menurunkan lengan yang menutupi wajahnya perlahan.
memperlihatkan raut wajah kesulitan dengan sepasang mata sendu yang kini menatap Arista..
Matanya sayu, sendu, kesedihan terpancar, entah rasa sedih atau rasa bersalah..Arista dengan jelas bisa melihat semuanya.
Wajahnya tidak membohongi ku dengan ekspresi seperti itu.. kemana pria tampan yang tersenyum padaku dahulu?
Arista mengingat kejadian setahun yang lalu ketika Gabrien memenangkan kompetisi berburu.
“..mengapa anda seperti ini..?”
Ucap Arista ketika Gabrien menurunkan tangan nya dan mulai memperhatikan Arista.
“ Apa nona membenciku?”
“ Apa yang anda katakan ?”
“…apa lenganmu masih meninggalkan bekas karena ulahku?”
“…? Apa anda mengkhawatirkan itu? apa anda lupa jika aku seorang Healer?”
Arista tersenyum..dan melanjutkan.
“..aku tidak membenci siapapun.”
Arista mengatakan nya dengan wajah tulus hingga membuat Gabrien di posisinya terdiam...
“…” Gabrien tertunduk..
Arista tidak bisa berkata apapun pada pria yang lebih tinggi darinya itu, ia tertunduk dan membuat suasana disekitar Arista canggung.
Di lorong menuju ruangan nya kini, hanya lampu sihir yang menerangi keduanya di sepanjang lorong ini..
Arista yang kebingungan,belum bisa mengatakan banyak hal..ia ingin bertanya mengapa Gabrien disini, namun sepertinya ia takkan menjawabnya.
“..syukurlah.”
Gabrien mengangkat kepalanya ..
hidungnya sedikit kemerahan..rona wajahnya sedikit seperti orang yang akan menangis.ia berusaha untuk terlihat baik baik saja dihadapan Aritsa dengan senyuman palsu di hadapannya.
‘apakah ia sangat menyesal karena hal tadi? padahal..aku tidak memikirkan nya sejauh itu..’
itulah yang difikirkan Arista.
Hidup terlalu lama di hutan membuat Arista kesulitan untuk membedakan rasa suka , tertarik, atau cinta pada Lawan jenis, hidup di dunia roh selama 5 tahun membuatnya terbiasa dengan wajah rupawan seperti milik Theodore dan Gabrien.
Beberapa saat setelah ia mengangkat kepalanya, seolah kini ia menjadi lebih baik, ia mendekat pada Arista..mereka berhadapan tanpa suara sampai Gabrien bicara pada Arista dengan suara yang sangat menenangkan.
“..aku lebih baik sekarang terimaksih nona..” Ia melangkah pergi setelah mengatakan itu.
Namun sebelum menjauh, Arista menghentikan Gabrien..
"... Umm.. Gabrien.. " Ucap Arista singkat.. memanggilnya tanpa panggilan hormat pangeran.
"..hmm..? " Gabrien menoleh sebelum melangkah lebih jauh untuk kembali ke Istana Utama.
Arista berjalan mendekat dan memberikan nya sesuatu yang berukuran kepalan tangannya.
".. Diluar sangat dingin.. pastikan anda tidak masuk angin. " Arista tidak melihat wajah Gabrien ketika memberikan nya.
Batu kemerahan berada di tangan Gabrien sekarang. itu Heat Stone Milik Arista. dalam kantung sihirnya.. Ia memiliki banyak Heatstone seperti itu.
Gabrien tersenyum dengan helaan..
".. Terimakasih Arista.." Ia memasukan batu kemerahan itu dibalik jubah miliknya.
kemudian ia memberi hormat kecil pada Arista dan pamit dari hadapannya..
Setelah ia pergi..
Arista mengatur nafas nya dan meletakan tangan di letak jantungnya.
“..hahh..hahh..hahhh...ini tidak baik untuk jantung.” sambil memegangi dadanya dan bertumpu pada tembok di sampingnya..
Kemudian Arista masuk ke ruangan nya dan beristirahat ditemani Four Commander di sampingnya.
*
*
Coment dan Vote nya ditunggu 😭❤