LEADER OF THE MAFIA ; AARON C...

By queenaars

136K 7.6K 784

#TheMafiaSeries1 [PART BELUM DI HAPUS SELURUHNYA] _________________________________________ "Aku tidak terpe... More

prolog
CAST.
The Mafia 1 - The First Meet (Pertemuan pertama)
The Mafia 2 - The Mansion
The Mafia 3 - Aaron's game (Permainan Aaron)
The Mafia 4 - Heartbeat (Detak Jantung)
The Mafia 5 - About Meeting (Tentang pertemuan)
The Mafia 6 - A Request (Sebuah Permintaan)
The Mafia 7 - About The Past ( Tentang Masa Lalu)
The Mafia 8 - The Feeling (Perasaan)
The Mafia 9 - Dark Bloods
The Mafia 10 - Desire (Hasrat)
The Mafia 11 - Aaron's Company
The Mafia 12 - Pursuit (Pengejaran)
The Mafia 13 - The Day With Aaron 1 (Hari Bersama Aaron)
The Mafia 14 - The Day With Aaron 2 (Hari Bersama Aaron)
The Mafia 16 - Disappointed (Kecewa)
The Mafia 17 - Something Hapened (Sesuatu telah terjadi)
The Mafia 18 - The Truth ( Kebenaran )
The Mafia 19 - Another Mafia ( Mafia Lain )
The Mafia 20 - Fight ( pertarungan )
The Mafia 21 - Apology (Permintaan Maaf)
The Mafia 22 - Hospital ( Rumah Sakit )
The Mafia 23 - Sorry and Thank You ( Maaf dan Terima Kasih )
The Mafia 24 - Discus (Diskusi)
The Mafia 26 - Gift ( hadiah )
The Mafia 28 - Confession of Love 1 ( Pengakuan Cinta )
The Mafia 29 - Confession of Love 2 ( Pengakuan Cinta )
The Mafia 30 - He said .... Bucin!
The Mafia 31 - Aaron's Past ( Masa Lalu Aaron )
The Mafia 32 - Aaron's Past 2 ( Masa Lalu Aaron )
The Mafia 33 - Inner Wound (Luka Batin)
The Mafia 34 - Collins Family ( Keluarga Collins )
The Mafia 35 - Her Sister (Saudara Perempuannya)
The Mafia 36 - Fiance ( Tunangan )
The Mafia 37 - A Quarrel (Pertengkaran)
Pre Order Gelombang Pertama!
PO ke 2
Cerita Baru
PO cetakan ke 2!

The Mafia 27 - Bryan and Reline

2.7K 181 27
By queenaars

LEADER OF THE MAFIA

Happy Reading !

Aaron mengetukkan jarinya. Menatap sinis pada Bryan yang terikat di kursinya. Wajahnya babak belur. Luka yang ia dapatkan dari Mafioso Dark Bloods belum mengering, sekarang, malah semakin parah karena Aaron yang seolah tidak puas menyiksanya.

"Kau fikir aku takut padamu?" Desis Bryan tidak terima di perlakukan seperti ini. Ia benci mengakui kekalahannya.

"Aku akui keberanianmu sungguh mengesankan" Aaron tersenyum keji. "Apa yang kau inginkan? Alice? Tahtaku? Atau keduanya?"
Aaron tertawa keras. Menyorot Bryan dengan sorot humornya.

Bryan menggeram,
"Aku ingin kau mati saja"

Aaron mengulum senyumnya,
"Sayangnya, Tuhan masih mengizinkanku untuk hidup saat ini"

Aaron mendekati lelaki itu. Mensejajarkan wajahnya pada wajah Bryan. Lalu memperlihatkan smirk-nya.

"Kau harusnya tahu dengan siapa kau bermain, Bryan. Aku peringatkan padamu, jangan coba-coba mengusik hidupku lagi. Aku ... bisa melakukan hal yang bahkan tidak pernah kau bayangkan" Aaron menatapnya tajam. Membuat Bryan terdiam, menelan ludahnya.

Aaron kembali berdiri, tersenyum sinis,
"Sampai bertemu lagi saat ayahmu datang"

●●●

Roma, Italia, Aaron's Company.

Reline menatapnya memohon. Meringis sakit karena rahangnya yang telah di cengkeram erat oleh Aaron. Kini, ia sudah babak belur akibat Aaron yang tak berhenti menyiksanya sejak tadi.

"Kau ... salah bermain-main denganku" Desis Aaron. Mendorong Reline hingga jatuh tersungkur ke lantai.

Reline berdiri, tidak menyerah. Menatap nanar pada Lelaki itu.
"Ini semua salahmu! Kau tidak pernah menatapku sedikitpun! Padahal ... aku sangat mencintaimu, mengapa kau melakukan ini padaku?!" Teriak Reline tepat di hadapan wajah Aaron.

Lelaki itu terlihat muak. Tersenyum miring,
"Kau seharusnya sadar diri. Gadis sepertimu ... hanya sampah di mataku"

"Aku kurang apa, Aaron?! Aku bahkan lebih cantik dari gadis sok manis ituu! Dia itu munafik, Aaron! Dia hanya pura-pura menjadi perempuan yang polos, menjijikkan! Dia itu jalang!"

Plak

Satu tamparan yang keras mengenai wajah Reline. Sangat keras hingga ia terjatuh kembali ke lantai. Reline mengerang kesakitan. Ia yakin, sudut bibirnya sekarang benar-benar robek.

Aaron menatapnya murka.
"Tutup mulut busukmu itu! Aku sudah muak padamu!" Aaron mendekat, mencengkeram rahang gadis itu. Menatapnya dingin,
"Aku peringatkan padamu sekali lagi. Jangan berani macam-macam denganku. Kau tidak tahu siapa diriku! Aku bisa melakukan hal yang lebih kejam padamu setelah ini"

"Satu lagi, menjauhlah dari diriku dan Alice! Kau mengerti?!" Bentak Aaron. Melepaskan cengkeramannya dengan kasar.

Reline menggeleng, menangis histeris,
"Kenapa, Aaron? Aku sangat mencintaimu! Aku mencintaimu lebih dari dirinya. Kenapa? Kenapa kau tidak memilihku? Selama ini aku berusaha menjadi yang terbaik agar kau tertarik padaku!!"

Aaron berdecih,
"Kau ingin tahu kenapa? Karena kau murahan!. Aku tidak akan mencintai wanita iblis sepertimu" Aaron menatap Reline dalam, "mulai hari ini, kau bukan sekretarisku lagi. Aku memecatmu"

Reline yang sedang menangis sesegukan terbelalak, di pecat katanya? Sudah di siksa, sekarang di pecat juga. Malang sekali.

"Apa?! Tidak, Aaron! Ku mohon jangan pecat aku" sahut Reline. Menggeleng kuat. Ia bahkan sudah melupakan bahasa formalnya.

Aaron mengabaikannya. Memilih untuk duduk di kursi kerjanya. Sementara Reline  berusaha untuk berdiri. Ia merasakan seluruh tubuhnya sakit sekarang. Lelaki itu .... kasar sekali.

"Keluar."

Aaron mengisyaratkan pada dua orang pengawal yang sejak tadi hanya menyaksikan Bossnya menganiaya seorang perempuan, untuk membawa gadis itu keluar dari ruangannya.

Pengawal tersebut mengangguk. Menyeret Reline untuk segera keluar. Sementara, gadis itu terus saja berontak.

"Aaron! Aku mencintaimu! Aku tidak akan berhenti mencintaimu! Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu!" Reline semakin histeris. Obsesinya pada Aaron benar-benar telah menghancurkannya.

Aaron hanya diam saja. Menatap dingin pada Reline.

Ia kemudian meraih ponselnya, mengaktifkannya lalu menelfon Axel.

"Axel, aku ingin seluruh keluarga Reline di pecat dari pekerjaannya sekarang. Buat mereka sengsara. Lalu ... lenyapkan gadis itu. Buang dia jauh-jauh dari kehidupanku"

Aaron memutuskan sambungannya. Lalu tersenyum miring, memutar ponselnya,
"Kau ... sedang bermain dengan Aaron Cedric"

Aaron merasakan ponselnya bergetar. Seseorang telah mengirim pesan padanya.  Lelaki itu segera membukanya.

Wajah kusut Aaron berubah cerah. Ia mengulum senyumnya. Membaca sebuah pesan serta foto dari Alice. Pesan tersebut terkirim 2 jam yang lalu, namun, ia baru mengaktifkan ponselnya.

Alicia

Terimakasih!! Aku sangat menyukainya!. See you!.💩

Aaron terkekeh. Segera mengetikkan balasan pada gadis itu.

"Aku tahu. Aku harap, aku tidak akan mendapatkan tatapan menyebalkanmu setelah pulang!"

Aaron terkekeh kecil. Sekarang, ia merasa seperti mempunyai seorang istri yang menunggunya pulang di rumah. 

Kalau di fikir-fikir lagi, kehadiran Alice memang berdampak besar dalam hidupnya. Gadis itu membuat hari-harinya lebih berwarna. Juga ... jantungnya yang berdetak kencang saat di dekat Alice. Perasaannya yang ikut menghangat, seolah kehadiran Alice memang sangat di butuhkan oleh dirinya.

Tapi ... benarkah ia telah jatuh cinta? Secepat ini?

Aaron harus bertanya pada siapa tentang cinta? Axel? Tidak mungkin. Lelaki itu bahkan tidak peduli dengan cinta.

Mungkin ... Aaron, Axel, dan Marcell harus berkumpul dan berbincang-bincang saat pulang nanti.

Ponsel Aaron berdering. Menunjukkan panggilan Axel pada layar ponsel. Aaron segera mengangkatnya.

"Ada apa, lagi?" Tanya Aaron dengan sedikit malas. Pasalnya, mereka baru saja selesai menelfon.

"Aku harap kau tidak lupa bahwa hari ini, Ayah Bryan akan datang. Itulah tujuan kita kemari."

Aaron menghela nafas. Hampir saja ia melupakannya.
"Baiklah. Aku akan segera kesana"

Aaron memutuskan panggilannya seara sepihak. Bergegas menuju parkiran lalu melesatkan mobilnya menuju tempat Axel berada.

Hari ini ... ia benar-benar sibuk.

●●●

Axel telah menunggu di depan sebuah gedung yang mereka pakai untuk menahan Bryan. Kini, ia sedang menunggu kedatangan Aaron.

Sementara itu, Ayah Bryan telah sampai setengah jam yang lalu. Ia sekarang berada di dalam. Bersama beberapa anggota Mafianya yang ia bawa.

Axel bersandar di depan mobilnya. Di temani banyak anggota Mafia Dark Bloods di sekelilingnya.

Tiba-tiba, ia mendengar keributan di gerbang depan. Ia mendengar suara perempuan yang berteria.  Axel segera kesana.

"Kenapa kalian melarangku masuk? Pak Security! Aku hanya ingin melamar pekerjaan disini. Jadi, tolong izinkan aku masuk"  sahut gadis itu dengan sedikit kesal.

"Berapa kali harus saya jelaskan? Ini bukan kantor!" Bentak salah satu anggota Dark Bloods yang berjaga di luar sana.

"Tapi, di google maps benar kok, ini alamatnya" Gadis itu mendesah kesal. Dia sudah jauh-jauh datang kesini, namun malah di usir.

"Ada apa ini?" Tanya Axel saat telah tiba disana. Semua orang menatap kedatangannya, termasuk gadis itu.

"Ini. Perempuan ini memaksa masuk. Ia fikir, ini adalah kantor. Aku akan mengusirnya secara paksa" jawab salah satu Mafia itu.

"Tunggu ..." Axel mendekati gadis itu. Gadis yang kini tidak mengedipkan matanya saat melihat Axel.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Axel.

Gadis itu mengerjapkan matanya, lalu tersenyum lebar,
"Hai! Aku Ellen. Ellencia Mackanzie. Kau bisa memanggilku El!"  Seru gadis itu, mengulurkan tangannya.

Axel menatapnya dingin. Tidak berniat membalas uluran tangan gadis itu. Lagipula ia tidak sedang berkenalan sekarang.
"Apa yang kau lakukan disini?"

Ellen menarik kembali uluran tangannya. Tak ada raut kecewa sedikitpun, ia terus saja tersenyum cerah.
"Aku mau melamar pekerjaan disini. Kau salah satu karyawan,ya?"

"Dengar, nona. Ini bukan kantor. Gedung ini sudah lama tutup. Kau salah alamat" sahut Axel.

Gadis itu mengerjapkan matanya lucu,
"Benarkah? Tapi .. alamatnya benar kok disini"

"Gedung apa yang kau cari?"

"Vinlene's Group" jawab gadis itu semangat.

"Mereka sudah pindah. Gedungnya ada di tengah kota sekarang" Axel menatap datar pada gadis yang terlihat kebingungan itu. "Sekarang pergilah"

"Baiklah-baiklah, aku akan pergi. Tapi ... " Ellen menatap Axel "Boleh aku tahu namamu?"

Axel mendengus. Memilih untuk berbalik, meninggalkan gadis itu. Tanpa mau peduli.

"Hey! Mau kemana kau? Aku hanya ingin tahu namamu!" Teriak gadis itu. Tapi tetap saja di abaikan oleh Axel. Hingga, ia harus di usir paksa oleh Para Mafia Dark Bloods.

Ellen mengulum senyumnya, sebelum pergi dari sana.
"Tampan. Aku suka."

Axel kembali ke dalam. Tidak mau berlama-lama dengan gadis aneh di depan sana. Dia ... agresif sekali. Membuat Axel tidak betah bersamanya.

Tapi ... memangnya ada gadis yang membuatnya betah? Tidak ada. Axel terkekeh sendiri.

Tak lama, sebuah Lamborghini hitam telah sampai. Axel segera menghampirinya.

Begitu Aaron turun, seluruh anggota Dark Bloods yang hadir segera menunduk memberi hormat.

"Apa dia sudah datang?" Tanya Aaron.

"Ayah Bryan? Ya, dia ada di dalam sekarang" Jawab Axel.

Aaron mengangguk. Segera memasuki gedung. Diikuti oleh Axel di sisinya.

Aaron tersenyum miring. Sembari terus melangkah. Menuju bagian tengah gedung. Tempat dimana mereka menahan Bryan.

Sesampainya disana, Anggota Dark Bloods yang melihatnya segera menyediakan sebuah kursi. Untuk di duduki oleh pemimpinnya itu.

Seluruh mata kini tertuju pada Aaron. Termasuk Bryan yang menatapnya penuh permusuhan. Disampingnya, ada seorang lelaki paruh baya yang ikut menatap Aaron.

Aaron segera duduk. Menyilangkan kakinya. Tersenyum miring ke arah mereka,
"Selamat datang, Mr. Samdezz. Senang bertemu denganmu. Maaf karena harus bertemu dengan cara seperti ini"

Tuan Samdezz berdiri. Mencoba tersenyum ramah,
"Tidak apa-apa, Mr. Cedric. Justru saya yang minta maaf karena putra saya telah menyebabkan kekacauan"

"Ayah!" Desis Bryan tidak terima.

Aaron terkekeh sinis,
"Tapi Putramu belum juga mengakui kesalahannya"

"Dia memang sedikit keras kepala" Tuan Samdezz menatap putranya tajam.

"Mr. Cedric, saya sungguh menyesal atas apa yang terjadi pada anda. Atas kesalahan putra saya, saya sungguh meminta maaf" sahut Tuan Samdezz lagi.

Aaron menyunggingkan senyum sinisnya,
"Mr. Samdezz, kau tidak tahu siapa aku? Apakah kau fikir kau cukup kuat untuk melawanku?"

Tuan Samdezz menggeleng, mengerti arah pembicaraan Aaron padanya.
"Saya hanya menugaskan mereka untuk mengembalikan putri bungsu Mr. Collins pada keluarganya. Hanya itu." Tuan Samdezz kembali menatap putranya, "saya tidak tahu bahwa anak ini akan melakukan hal yang bodoh"

Bryan mendengus kesal.  Ia benci mengakui, bahwa Aaron memang bukan tandingannya. Sekalipun ia membuat Aaron melawan puluhan anak buahnya. Aaron akan tetap menang, mengingat kemampuan Aaron yang luar biasa.

"Ayo minta maaf!" Bentak Tuan Samdezz pada Bryan yang terus saja keras kepala. Lelaki itu tahu betul, bahwa berurusan langsung dengan pemimpin Dark Bloods adalah bukan hal yang baik. Sebisa mungkin, ia harus menyelesaikannya dengan baik-baik.

Memangnya, kelompok Mafia kecilnya bisa apa melawan Kelompok Mafia Dark Bloods? Berkuasa penuh pada daratan Eropa, juga memiliki banyak koneksi. Ia benar-benar tidak akan selamat.

"Gadis itu adalah milikku sekarang. Tidak akan ku biarkan siapapun merebut milikku" sahut Aaron dengan suara rendahnya.

"Maafkan saya, Mr. Cedric. Saya fikir, gadis itu hanyalah gadis biasa untuk anda" Tuan Samdezz menunduk. Kembali mengisyaratkan Bryan untuk meminta maaf.

Mau tak mau, Bryan pun melakukannya.
"Maaf"

Aaron menyunggingkan senyum miringnya, menatap Bryan dengan tatapan dingin. Rasa ingin menghabisi lelaki itu kembali memuncak ketika mengingat bagaimana cerita Alice tentang lelaki itu. Tapi ... ia tidak boleh gegabah, ia harus mengambil keuntungan dalam situasi ini.

"Tuan Samdezz, apa kau tidak mengenalku? Aku selalu meminta hal yang lebih dari apa yang seharusnya. Maaf saja tidak cukup" Aaron menyilangkan tangannya di dada.

"Sialan!" Desis Bryan geram.

Dorr!












Bersambung .....

Jangan lupa vote + comment, ya :**

-queenaars-

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.5M 38.1K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3.7M 39K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
823K 78.1K 34
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...