LEADER OF THE MAFIA ; AARON C...

By queenaars

139K 7.6K 784

#TheMafiaSeries1 [PART BELUM DI HAPUS SELURUHNYA] _________________________________________ "Aku tidak terpe... More

prolog
CAST.
The Mafia 1 - The First Meet (Pertemuan pertama)
The Mafia 2 - The Mansion
The Mafia 3 - Aaron's game (Permainan Aaron)
The Mafia 4 - Heartbeat (Detak Jantung)
The Mafia 5 - About Meeting (Tentang pertemuan)
The Mafia 6 - A Request (Sebuah Permintaan)
The Mafia 7 - About The Past ( Tentang Masa Lalu)
The Mafia 8 - The Feeling (Perasaan)
The Mafia 9 - Dark Bloods
The Mafia 10 - Desire (Hasrat)
The Mafia 12 - Pursuit (Pengejaran)
The Mafia 13 - The Day With Aaron 1 (Hari Bersama Aaron)
The Mafia 14 - The Day With Aaron 2 (Hari Bersama Aaron)
The Mafia 16 - Disappointed (Kecewa)
The Mafia 17 - Something Hapened (Sesuatu telah terjadi)
The Mafia 18 - The Truth ( Kebenaran )
The Mafia 19 - Another Mafia ( Mafia Lain )
The Mafia 20 - Fight ( pertarungan )
The Mafia 21 - Apology (Permintaan Maaf)
The Mafia 22 - Hospital ( Rumah Sakit )
The Mafia 23 - Sorry and Thank You ( Maaf dan Terima Kasih )
The Mafia 24 - Discus (Diskusi)
The Mafia 26 - Gift ( hadiah )
The Mafia 27 - Bryan and Reline
The Mafia 28 - Confession of Love 1 ( Pengakuan Cinta )
The Mafia 29 - Confession of Love 2 ( Pengakuan Cinta )
The Mafia 30 - He said .... Bucin!
The Mafia 31 - Aaron's Past ( Masa Lalu Aaron )
The Mafia 32 - Aaron's Past 2 ( Masa Lalu Aaron )
The Mafia 33 - Inner Wound (Luka Batin)
The Mafia 34 - Collins Family ( Keluarga Collins )
The Mafia 35 - Her Sister (Saudara Perempuannya)
The Mafia 36 - Fiance ( Tunangan )
The Mafia 37 - A Quarrel (Pertengkaran)
Pre Order Gelombang Pertama!
PO ke 2
Cerita Baru
PO cetakan ke 2!

The Mafia 11 - Aaron's Company

3.3K 199 10
By queenaars

LEADER OF THE MAFIA

Happy Reading !

Roma, Italia.

Perasaan Alice belum membaik, ia masih cemberut dengan sesekali menatap Aaron kesal. Lelaki itu bahkan tidak meminta maaf padanya. Menyebalkan.

Aaron melirik Alice sekilas lalu kembali fokus menyetir. Mereka telah sampai di kota. Hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam dari kediaman Aaron menuju ke kota.

"Kenapa kau hanya diam saja?" Aaron akhirnya bertanya. Memecah keheningan di antara mereka.

"Menurutmu?" Jawab Alice ketus.

"Aku bertanya lebih dulu"

"Aku tidak mau menjawabnya lebih dulu"

"Ya sudah" Aaron mengendikkan bahu tidak peduli. Sengaja menyulut kemarahan Alice. Aaron ini gemar sekali membuat Alice emosi.

Alice menatap Aaron bengis. Mengapa lelaki di sampingnya ini begitu menyebalkan?!

"Mafia brengsek" umpat Alice menahan kesal.

Aaron tergelak mendengarnya, menatap Alice sekilas dengan sorot geli,
"Kau memakiku lagi. Aku tidak tahu bahwa kau senang sekali memaki seseorang. Aku pikir kau gadis yang sopan"

"Untuk apa aku berlaku sopan denganmu? Kau saja tidak tahu sopan santun. Lagipula, aku hanya memaki pada dirimu saja ya!" Alice sewot.

Sejujurnya Alice juga bingung dengan dirinya. Selama ini, ia tak pernah mengumpati seseorang. Meskipun ia marah atau pun kesal, Alice hanya akan diam saja. Tapi, bersama Aaron, membuat Alice seolah menemukan sisi dirinya yang lain.

"Benarkah? Apakah aku se spesial itu?" Aaron kembali menggoda Alice. Membuatnya salah tingkah.

Alice memalingkan wajahnya yang tiba tiba saja merona. Wtf, mengapa tubuhnya mengkhianati dirinya sendiri? Aaron pasti mengejeknya lagi melihat wajahnya yang memerah.

Aaron menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung pencakar langit. Membuat Alice bingung.

"Ini kantorku" Sahut Aaron yang membuka seat belt-nya.

Alice menganga, menatap tidak percaya pada gedung di depannya. Ia bahkan harus mendongak ke atas untuk melihat ujungnya. Gedung ini ... milik Mafia itu? Ah, bukan. Bisa saja ia hanya karyawan biasa kan?

"Tak perlu berlebihan seperti itu. Aku tahu kau kagum" Aaron tersenyum geli melihat ekspresi Alice.

"Aku juga terkadang tidak mengerti, mengapa aku bisa sesukses ini?" Aaron menghela nafas berat, berpura-pura merendahkan diri.

Alice mengerjapkan matanya, menaikkan tangan
"Sebentar. Kau hanya karyawan biasa kan disini?"

Aaron tergelak,
"Apa kau fikir nama dari karyawan biasa akan dijadikan nama perusahaan?"

Alice menatap gedung itu lagi, di bagian atas kanan gedung tersebut tertulis Aaron's Company dengan font yang besar.

Tunggu ... Aaron's Company? Nama perusahaan itu tidak asing baginya. Ia ... ah, benar, ia pernah melihat gedung yang sama juga saat di Amerika, tepatnya LA. Perusahaan ini ... setahu Alice, adalah perusahaan terbesar disana. Bahkan perusahaan Ayahnya disana juga di kalahkan olehnya.

"JADI INI MILIKMU?!" Tanpa sadar Alice berteriak. Menatap Aaron tidak percaya.

Aaron mengusap telinganya,
"Kau benar benar berlebihan. Mengapa kau seterkejut itu?"

Alice menggeleng tidak habis fikir. Disamping menjadi leader of the Mafia yang sukses menguasai Eropa di balik layar. Aaron juga menjadi seorang CEO perusahaan besar yang nyaris menguasai dunia bisnis juga, mengingat, Perusaan Aaron masuk ke dalam salah satu perusahaan terbesar di dunia. Aaron ... benar-benar bukan tandingannya.

"Aku akan masuk. Kau ikut?"

Pertanyaan Aaron berhasil menyadarkan Alice dari keterkejutannya.

Alice berfikir sebentar. Lalu menemukan fakta bahwa ia akan di tinggal sendirian oleh Aaron. Bukankah hal itu adalah kesempatannya untuk kabur? Apalagi sekarang ia ada di kota, bukan di Mansion Aaron yang penuh dengan penjagaan.

Alice tersenyum.
"Tidak. Aku akan menunggu"

Aaron menaikkan alisnya tidak yakin, apalagi saat ia melihat senyum Alice yang terlihat mencurigakan.

"Kau yakin tidak akan bosan?" Aarom berusaha meyakinkan.

"Ya, aku akan baik-baik saja. Pergilah, aku akan tetap disini." usir Alice secara halus. Ia berusaha terlihat normal. Dalam hati, Alice bersorak.

Aaron pun mengangguk lalu segera keluar. Namun, sesaat sebelum ia benar-benar pergi, Aaron menyadari satu hal.

Ah ... Aaron mengerti. Gadis ini berusaha menipunya ternyata. Tidak semudah itu, meskipun ia berhasil menipu Aaron, rencana gadis itu tidak akan berhasil.

Aaron kembali memasuki mobilnya, menatap Alice, kemudian tersenyum miring.

"Aku lupa mengatakan sesuatu. Akan ada beberapa pengawal yang akan berjaga di luar mobil ini. Jadi, kau tidak bisa keluar tanpa seizinku, apalagi .... untuk kabur" Aaron terkekeh kecil melihat Alice yang gelagapan. Sudah Aaron duga, Alice berusaha untuk kabur.

"A-apa? Jadi aku harus tetap berada di dalam mobil?" Alice mengerjapkan matanya. Lucu.

Aaron kembali tersenyum miring,
"Cobalah untuk menyadari posisimu, Alice. Kau tidak akan pernah lepas dariku"

Alice menelan ludahnya gugup. Ia ketahuan.

"Kalau begitu, aku pergi dulu" Aaron membuka pintu mobilnya bersiap untuk keluar.

"Tunggu" Alice menarik kaki kemeja Aaron. Membuat lelaki itu berhenti.

"Aku ... ikut, ya?" Alice tidak berani menatap Aaron. Sial, lagi-lagi ia harus merendahkan harga dirinya. Mau bagaimana lagi? Jika ia tetap tinggal, ia akan mati karena bosan.

"Bukankah kau ingin tinggal?" Aaron menatap Alice remeh.

Alice menggeleng, membuka pintu mobil Aaron lalu memutuskan untuk keluar.

"Aku berubah fikiran" sahut Alice yang kemudian berjalan mendahului Aaron.

Aaron menggeleng. Gadis itu benar benar ... ah, sudahlah. Ia memutuskan untuk mengikuti Alice saja.

○○○

"Kau melihatnya?"

Tanya seseorang di balik telefon.

Seorang lelaki yang sedang bersembunyi di balik pohon mengangguk,
"Ya. Mereka baru saja sampai"

Jawabnya memperbaiki letak kacamata hitamnya. Lelaki itu memakai pakaian yang berwarna gelap, memakai topi, dan berkacamata hitam.

"Bagus. Tetap Awasi mereka. Hubungi aku jika kita sudah punya kesempatan"

"Baik. Aku tutup dulu"

Lelaki itu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Mengawasi setiap orang yang keluar atau pun masuk ke gedung yang ada di depannya. Lebih tepatnya, ia sedang menunggu kesempatan untuk menyerang pemilik gedung ... Aaron's Company.

○○○

Aaron menyamakan langkahnya dengan Alice. Membuat Alice melangkah lebih cepat lagi, tak ingin berjalan beriringan dengan Aaron. Pasalnya, sejak ia memasuki kantor Aaron, ia tak berhenti menjadi pusat perhatian. Baik karyawan pria maupun wanita.

Alice bergidik ngeri mendapat tatapan tajam oleh para wanita yang melihatnya berjalan bersama Aaron. Mengerikan.

Aaron meraih lengan Alice mensejajarkan dirinya, membuat gadis itu terjengkang ke belakang.

"Kau gila?!" Desis Alice. Ia mendelik kesal. Menahan malu.

"Salahmu. Mengapa jalanmu cepat sekali?" Aaron tertawa gemas.

Kekehannya mampu membuat dunia para wanita yang melihatnya seketika teralihkan. Baru kali ini mereka melihat bosnya itu tertawa lepas. Biasanya, Aaron selalu menampakkan wajah serius dan dinginnya.

Mereka ... terpesona.

"Berhenti tertawa. Kau senang sekali mengerjaiku" Alice menepis tangan Aaron di lengannya.

Aaron masih tertawa, mengejek Alice yang sudah pasti menahan malu karena ulahnya. Aaron menatap sekeliling, melihat para pegawainya yang menatapnya takjub. Sebenarnya, Aaron juga merasa aneh pada dirinya. Mengapa ia bisa dengan mudah tertawa? Sudah berapa kali ia tertawa hari ini? Dan itu ... karena ada Alice di sampingnya.

Saat bersama Alice, Aaron merasa menemukan sisi dirinya yang lain ... yang sempat hilang.

Mereka berhenti berjalan saat melihat Axel mendekat. Diikuti oleh beberapa orang yang di duga Alice adalah seorang pengawal juga di belakang Axel. Ia telah rapi dengan balutan pakaian yang berwarna gelap. Menurut Alice, Axel juga tak kalah tampannya, meskipun ... tetap Aaron lah yang paling tampan di mata para wanita.


"Ini. Sebaiknya kau mengganti pakaianmu. Mereka sudah menunggu" Axel memberikan sebuah setelan jas pada Aaron.

Aaron menerimanya,
"Mereka sudah datang? Cepat sekali"

Axel terkekeh,
"Kau yang terlambat"

"Oh ya Axel, urus perempuan ini selama aku meeting. Dia cukup merepotkan" Sahut Aaron menoleh pada Alice.

"Apa katamu?! Aku tidak melakukan apapun" Alice benar benar kesal setengah mati dengan Aaron. Lelaki itu selalu saja menyulut emosinya. Padahal kan, Alice adalah gadis yang ramah, baik hati, dan tidak sombong. Pemarah bukanlah diri Alice sebelumnya.

Aaron tergelak lagi, puas membuat Alice emosi.

Sementara Axel yang melihat interaksi mereka berdua pun tersenyum penuh arti. Baru kali ini ia melihat Aaron dapat tertawa lepas dengan perempuan lain. Bahkan sorot bahagia Aaron pada Alice melebihi saat ia bersama Allura.

Axel mengangguk mengarahkan Alice untuk mengikutinya, menuju ruangan yang dibuat khusus untuk tamu. Namun, sebelum mereka pergi, Alice berhenti saat melihat kehadiran seorang gadis di sisi Aaron.

"Kamu sudah datang, ya" Gadis itu meraih setelan jas yang berada di tangan Aaron.

Alice menaikkan alisnya, siapa gadis itu?

"Biar aku saja yang membawanya. Kamu pasti lelah" lanjutnya berusaha tersenyum semanis mungkin.

Aaron hanya mengangguk datar. Terlihat tidak peduli. Lalu, berjalan menjauh, diikuti oleh gadis itu di belakangnya, berusaha mendekati Aaron . Ia kemudian menyentuh bahu Aaron, seolah terlihat membersihkannya. Gadis itu ... seakan sengaja menunjukkannya pada Alice.

"Dia agresif sekali" Alice berdecih.

Namun, tak disangka, gadis itu berbalik dan mendelik tajam pada Alice. Tak lupa, ia menyunggingkan senyum sinis.

Apa?! Aku melakukan apa lagi?!.

Batinnya menjerit.

Jika sudah menyangkut Aaron, seluruh wanita seakan memusuhi dirinya.

Alice melangkah mendahului Axel dengan cepat. Ia mendengus kesal. Memutuskan untuk di duduk di sofa.

"Dia Reline. Sekretarisnya Aaron" sahut Axel yang juga ikut duduk di sofa.

"Aku tidak peduli" jawab Alice ketus. Mood-nya benar-benar buruk saat ini. Pertama, Aaron terus saja menjahilinya. Kedua, ia tidak jadi kabur. Ketiga, perempuan yang bernama Reline itu entah kenapa sangat membuat Alice muak. Belum lagi, para fans-fans Aaron di kantor ini yang menatapnya mengintimidasi.

Axel terkekeh,
"Kau terlihat peduli"

Alice menatapnya tajam, membuat Axel tergelak. Gadis ini ... sekarang sudah tidak takut padanya. Padahal, Axel ingat sekali bagaimana Alice yang terus menangis dan menatap mereka semua takut saat pertama kali bertemu.

"Well ..." Axel menyandarkan dirinya. "Kau harus mulai terbiasa. Aaron memiliki penggemar dimana-mana"

Alice cemberut. Baru kali ini ia berada di posisi memuakkan seperti ini. Biasanya, dia lah yang menjadi rebutan para lelaki. Dan kekasihnya yang akan kesal. Sekarang?

Ah ... Aaron benar-benar memutar balikkan hidupnya sekarang.














Jangan lupa vote+comment. :*

-queenaars-

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
6.9M 47.7K 60
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
308K 30K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
4.4M 132K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...