RAJAWALI

De Mutiarrada

7.9K 803 1.3K

Rajawali Ken Ahansa, cowok tampan yang menjadi buronan para cewek di SMA Perwira. Jabatannya sebagai ketua ge... Mais

1. Rajawali Ken Ahansa
2. Salwa Mauliya
3. Menyesal
4. Lawan Balik
5. Jumpa
6. Heboh
7. Melindungi
8. Damai
9. Tidak Peduli
10. Pagar Sekolah
11. Tamu Tak Diundang
12. Upacara
13. Selesai Upacara
14. Kata Biaana Aneswara
15. Sang Pemimpin Bridal
16. Rumah
17. Kotak P3K
18. Hai Salwa
19. Halo Alita
20. Makan Bareng
21. Ajakan Salwa
23. Misi
24. Ditembak Ketua Regaz
25. Yes or No
26. Awal Bersamamu
27. First Kiss

22. I Need You

192 19 21
De Mutiarrada

Sesuai rencana di sekolah, pulangnya Salwa ikut Rajawali ke taman—tempat di mana mereka berdua saling mengenal dan membuat Rajawali percaya, orang yang seperti ibunya masih ada. Dan sekarang ada di hadapannya. Tersenyum indah mengerjakan soal-soal rumit seperti kehidupan Rajawali.

"Sal," panggil Rajawali tak henti menatap muka Salwa.

Salwa hanya bergumam. Bahkan soal Sejarah Indonesia terlihat lebih menarik daripada cowok tampan yang berada di depannya.

Rajawali tersenyum miris. Bagaimana mungkin daya tariknya kalah dengan soal menyebalkan itu? "Masih marah?"

"Enggak. Soal-soal ini bikin mood-ku membaik."

What the hell?! Rajawali menganga tidak percaya dengan jawaban Salwa.

"Nih, pelajari lagi. Jawaban yang salah tadi udah aku betulin, kok." Salwa menyodorkan buku tulisnya. Sampai lima detik, Rajawali belum juga menerima. Membuat Salwa menatap cowok itu. "Raj?"

"I'm sorry." Rajawali menatap lembut. Mata elang yang biasa menatap tajam, kali ini terlihat sendu. "Don't be angry. I'm just kidding."

Ungkapan tulus itu mampu membuat Salwa luluh, cewek itu kembali tersenyum. "It's oke. Lain kali jangan ngeselin," ujar Salwa yang langsung dianggukki Rajawali. "Sekarang fokus belajar lagi. Sejarah itu mudah, asal kamu mau baca."

"Oke. Besok-besok kalau ada ulangan gue bakal bawa buku biar bisa baca."

Salwa menyipitkan matanya.

"Bercanda, Sal," ujar Rajawali cengengesan.

"Bercandanya gak lucu! Tapi jawaban kamu tadi cuma salah dua, apa sebenernya kamu emang bisa?"

"Cuma kebetulan kali, Sal. Gue tadi juga asal kok ngerjainnya."

Salwa menatap menyelidik, seolah sedang mencari kebohongan di mata Rajawali. Salwa tidak percaya jawaban itu hanya kebetulan ataupun asal, dia sangat yakin Rajawali sebenarnya bisa, tetapi tidak mungkin juga Rajawali selama ini pura-pura bodoh.

"Masih betah mandangin muka tampan gue?" goda Rajawali sembari menaik turunkan kedua alisnya.

Sontak Salwa langsung mengedarkan pandangannya ke lingkungan sekitar. Salwa gugup. Rasanya seperti maling yang ketahuan mencuri saja.

"Kok beres-beres, sih?"

"Belajarnya besok lagi aja. Gue mau bawa lo ke suatu tempat."

"Ke mana?" Salwa hanya melihat Rajawali memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas, bahkan cowok itu juga membereskan peralatan Salwa.

"Ibu. Mau gue kenalin?"

Salwa menahan senyumnya. Dikenalkan dengan orang tua Rajawali? Ah, rasanya Salwa senang sekali. Padahal hanya teman, tapi mengapa seolah dianggap orang spesial? "Mau," jawabnya girang.

"Ayo," ajak Rajawali mengulurkan tangannya pada Salwa yang langsung disambut.

Mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan menyusuri taman untuk menuju motor Rajawali. Tangan hangat dan besar Rajawali menggenggam erat tangan mungil Salwa, seolah tidak mau kehilangan. Senyum dan tawa mereka menambah kesan bahagia—sungguh indah dipandang mata.

"Lo tau, Sal?" tanya Rajawali di tengah-tengah tawanya.

"Apa?"

"Lo itu satu-satunya cewek yang pengin gue jauhin, pengin gue musuhin, tapi enggak bisa."

"Kenapa?"

"Enggak tau. Saat lo nolongin gue sampe kontak fisik pun, gue enggak marah. Padahal gue kan anti banget sampe pegangan tangan kayak gini sama cewek." Rajawali mengangkat tangannya yang masih menggenggam tangan Salwa. Sontak Salwa langsung melepas genggaman itu.

Rajawali menyilangkan tangannya di dada. "Makanya gue coba bersikap enggak baik sama lo, bukannya seneng gue malah setiap malem ngerasa bersalah terus. Tapi sekarang gue udah sadar kenapa enggak bisa jauhin lo dan enggak bisa musuhin lo."

"Kenapa emangnya?"

"I need you."

Kalimat singkat, padat, dan jelas yang diucapkan santai oleh Rajawali, membuat Salwa melongo di tempat.

"Golongan darah lo O yah?" tebak Rajawali sembari terkekeh.

"Bukan. Emang kenapa?"

"Soalnya lo sering melongo kalau lagi diajak bicara sama gue."

Refleks Salwa menutup mulutnya. Ah, kenapa malu-maluin banget sih, Sal? Pasti jelek banget tadi. Mau ditaruh mana ini muka?

"Gak usah dipikirin, tapi kalau lagi kayak gitu lo keliatan lucu," ujar Rajawali entah jujur atau hanya gombal. "Kok lo mau temenan sama berandal kayak gue?"

"Kamu itu bukan berandal, cuma anak bandel," balas Salwa terkekeh. Rajawali tahu itu sekadar gurauan.

"Bahkan hampir sama," gumam Rajawali seolah melihat di hadapannya sekarang seperti ibunya yang sedang terkekeh.

"Apanya?"

"Enggak." Rajawali menarik tangan Salwa agar kembali berjalan.

"Kamu tau enggak, Raj?"

"Enggak," balas Rajawali enteng.

Otomatis Salwa menghentikan langkahnya, lalu menatap Rajawali dengan muka kesal. "Ihhh, kok nyebelin, sih!"

Membuat Salwa marah sekarang menjadi kesenangan tersendiri bagi Rajawali. Entah kenapa sekarang dia suka menggoda Salwa, dan membuat bibir mungil itu mengerucut menggemaskan. "Masa, sih?"

Dengan kesal Salwa berjalan lebih dulu sambil mengentakkan kakinya keras-keras—menunjukkan bahwa sekarang cewek itu sedang marah.

Berbeda dengan Rajawali, yang sedang terkekeh bahagia melihatnya. Lagipula jawaban Rajawali betul. Salwa saja yang salah, belum bercerita, tetapi sudah bertanya. Bagaimana Rajawali tahu?

Rajawali mengehela napas. Menatap Salwa yang berjalan jauh di depan. "Apa takdir gue emang harus selalu mengejar?" tanya cowok itu lalu berlari menuju motornya.

Setelah duduk di atas motor, Rajawali melepas jaket kebanggannya. Memberikan pada Salwa. "Taruh di atas paha. Rok lo pendek," ujarnya seolah menjawab kerutan di kening Salwa. Cewek itu mengangguk-angguk paham.

Selama perjalanan Salwa sibuk memikirkan bagaimana nanti ketika bertemu Ibu Rajawali? Dia harus bersikap seperti apa? Kenapa tiba-tiba Salwa jadi gugup? Padahal dia hanya perlu bersikap biasa, layaknya orang baru bertemu.

"Enggak usah gelisah, Sal. Lo diem aja juga ibu gue enggak marah. Jadi santai aja," ujar Rajawali yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Salwa dari spion.

Beberapa menit berlalu, mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Kaki Salwa gemetar hebat di atas tanah. Dia bener-bener tidak menyangka akan dibawa ke tempat peristirahatan terakhir Ibu Rajawali. Mata Salwa berkaca-kaca menatap Rajawali. Seolah meminta penjelasan.

"Iya, Sal, ibu gue udah meninggal."

Rajawali berjalan di depan dengan tangan kanan membawa bunga untuk ibunya. Cukup melewati lima batu nisa, Rajawali sampai di depan pemakaman sang ibu.

"Bu, Raja datang," ujar cowok itu yang sudah jongkok dan mengelus batu nisa ibunya. "Kali ini enggak sendirian, Raja bawa temen, namanya Salwa. Pasti Ibu bangga, liat Raja bisa temenan sama perempuan selain Alita," ujarnya lagi sembari terkekeh sumbang.

"Ibu mau tau tentang Salwa? Anaknya pintar, perhatian, peduli, cantik ... sama kayak Ibu." Rajawali menoleh pada Salwa yang masih berdiri di sampingnya dengan berlinang air mata. "Satu lagi, anaknya ternyata cengeng," kekeh Rajawali lalu menarik tangan Salwa agar ikut berjongkok.

"Liat, Bu, Salwa masih nangis. Raja harus gimana? Andai Ibu di sini, pasti bisa kasih solusi." Mendengar itu, air mata Salwa semakin deras membanjiri pipi. "Udah lama ya, Bu, enggak ketemu. Pantes, Raja udah rindu."

Angin sepoi-sepoi yang berembus, seolah hadir untuk membawa rindu Rajawali pada ibunya. "Maaf, akhir-akhir ini Raja jarang nemuin Ibu."

Rajawali tidak mengeluarkan air mata, tetapi setiap kata demi kata yang terucap terdengar sangat memprihatikan. Ungkapan rindu itu, Salwa tahu betul betapa tersiksanya Rajawali selama ini. Salwa tidak tahan lagi melihat dan mendengar kesedihan Rajawali. Cewek itu cepat-cepat menabur bunga, lalu berjalan keluar pemakan lebih dulu.

"Raja pamit, Bu. Kali ini harus lari lagi ngejar Salwa. Semoga besok-besok bisa ke sini lagi, dengan orang yang sama dan status yang berbeda." Rajawali tersenyum kecil sembari menaburkan bunga terakhir di atas makam. "Fighting!" ujarnya menyemangti diri sendiri.

Setelah keliling mencari Salwa, akhirnya Rajawali menemukannya. Cewek itu ternyata sedang menangis di bawah pohon. Menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Sal, gue bawa lo ke sini bukan bikin lo nangis. Jadi udah, ya, nangisnya?!"

Hening. Salwa masih saja menangis. Rajawali menghela napas, lalu duduk di samping Salwa. Membuka tangan Salwa yang menutupi muka. Sekarang cowok itu bisa melihat, mata merah Salwa yang berair. "Kenapa nangis? Karena kasihan? Gue enggak perlu dikasihani, Sal."

"Emang aku enggak boleh nangis? Aku kan punya hak, dan kamu juga enggak perlu tau alasannya aku nangis," balas Salwa sesenggukkan.

"Gue enggak suka liat lo nangis. Jadi beli es krim aja gimana?"

"Mau."

Saat masih menangis sesenggukkan saja, ketika ditawari es krim langsung menjawab mau dengan cepat, hal itu membuat Rajawali terkekeh. "Lucu banget, sih," ujarnya sembari mengacak rambut Salwa.

Hari ini, sorenya Rajawali benar-benar dihabiskan bersama Salwa. Belajar di taman bersama, berkunjung ke makam Ibu Rajawali, memakan es krim berdua, lalu pulang di kala senja tiba. Indah bukan?

Ketika sampai di depan rumah Salwa, mereka tidak langsung pergi, tidak pula berbicara. Sepeluh detik beradu pandang, mereka membuka suara secara bersamaan.

"Makasih."

Rajawali dan Salwa saling melempar tatapan heran.

"Sama-sama," ujar mereka berdua berbarengan lagi.

Otomatis Rajawali dan Salwa tertawa bersamaan.

"Kompak banget yah, Sal?"

Salwa hanya tersenyum sembari mengangguk-anggukkan kepala.

"Lo tau kenapa sore ini indah?"

"Karena ada senja?"

"Bukan. Karena menikmati senja bareng lo."

"Hmm, gombal. Emang kamu suka gini, ya? "

"Gini gimana?"

"Bicara manis sama cewek-cewek."

"Kalau iya kenapa?" goda Rajawali sambil terkekeh.

Salwa menyipitkan matanya tidak suka. "Nyebelin."

Seketika tawa Rajawali pecah karenanya. "Enggak, Sal."

"Kamu butuh aku?"

Pertanyaan Salwa yang secara tiba-tiba membuat Rajawali berhenti tertawa.

"Butuh sebagai teman? Atau apa?" tanya Salwa lagi.

Rajawali diam. Menatap wajah Salwa dengan teliti. Beberapa menit berpikir, sampai akhirnya dia berani bertanya, "Lebih dari teman, boleh?"

Deg. Salwa terlalu kaget dengan pertanyaan yang Rajawali berikan. Bahkan sekarang Salwa tidak bisa bernapas dengan benar. Ini terlalu mengejutkan bagi Salwa! Membuatnya diam membisu bak patung.

"Sal?" tanya Rajawali menyadarkan Salwa.

Karena masih terlalu syok, Salwa hanya mampu menatap Rajawali.

"Masuk aja gih. Gue juga mau pulang."

Salwa hanya mengangguk-angguk dengan tatapan kosongnya. Namun, ketika Rajawali sudah bersiap pergi, Salwa membuka suara, "Hati-hati. Pulang ke rumah langsung istirahat."

Rajawali kembali menengok Salwa. "Gue ke BR," pamitnya sambil tersenyum manis.

Sebagai respons, Salwa mengangguk paham. Mungkin Rajawali memang butuh waktu untuk bisa tinggal kembali di rumah, dan Salwa akan berusaha mengembalikan Rajawali ke kandangnya.

****

Continue lendo

Você também vai gostar

10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
PUNISHER De Kak Ay

Ficção Adolescente

1.3M 116K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
MARSELANA De kiaa

Ficção Adolescente

1.7M 69.7K 32
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.7M 275K 64
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?