Blue

By Ddiasya

131K 15K 2.9K

Saat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau mem... More

Prolog
Awal
Misi tingkat A
Hari Pertama
Permainan
Insiden
Kecewa
Jejak
Perjalanan ke Takigakure
Awal Rasa
One Step Closer
Blood
Rencana Jahat
Pengumuman
Masa Lalu
Just for fun
Kebangkitan Siluman Naga Berkepala Delapan
Di Ambang Batas
Segel Terakhir
Selongsong Kosong
Daisuki
Rencana yang Menyesatkan
Tanzaku di Ranting Bambu
Malam yang Istimewa
Secuil Ingatan yang Hilang
Pulang
Babak Baru
Q n A
Tidak Ada Judul
I Love You So
Bayang Ketakutan dan Penyesalan
Abu-abu
Menggantung Rasa
Gembok Rasa
Ternyata ia bukan rumah, hanya sekadar tempat singgah
Dinding Rahasia
Batas yang Jelas
Bunga yang Gugur
Dua Wajah Pias
Darah Dalam Tubuh
KLTK (Kenangan Lama Teringat Kembali)
Semangkuk Rasa
Feeling Blue
Darah
Mesin Waktu
I Wanna Love You but I Don't Know How
Hujan Tidak Benar-benar Datang
Setiap Bahu Memiliki Beban
Kemalangan Tanpa Ujung
Sadness and Sorrow
Pulang
Ruang Kesakitan

Masalah

3K 338 111
By Ddiasya


Hai, saya menyempatkan waktu untuk membaca tulisan di akun ini. Hahaha, banyak tipografi yaaa. Maaf. Sebenarnya kalian nyaman nggak sih dengan gaya bahasa saya yang mungkin aneh, kaku, baku etc? Beberapa waktu lalu, saya sempat baca tulisan KakaSaku yang muncul di beranda dan appreciate banget sama gaya kepenulisan mengalir sampai jauh kek iklan pipa di tipi. Keren. Saya pikir gaya kepenulisan bentuk kalimat panjang nggak cocok dengan style saya(Bilang aja kagak bisa alias males). Tulisan tentang KakaSaku hanya sebatas suka-suka. :D

Ada yang ingin memberikan ide alur lanjutan cerita ini? Saya sudah punya draf hingga selesai tetapi bisa mempertimbangkan masukan yang mungkin sesuai dengan kerangka cerita. Boleh komen ide-ide cerita kalian, ya! Thanks. Btw, happy independence day.

***

Wanita memakai kimono hijau tengah menatap batu giok yang berwarna sama dengan bola matanya. Batu giok berukir naga itu memancarkan sinar kehijauan yang cemerlang.

"Sudah mulai kelihatan tanda kebangkitan. Kita bisa membangkitkan kembali kejayaan kuil sebentar lagi."

"Ya. Kita hanya perlu menunggu satu malam lagi."

"Pada malam purnama besok, batu itu akan memancarkan sinar yang lebih gemerlap. Akhirnya kau berhasil membawanya kembali ke kuil ini."

Sora menatap sosok lelaki tua yang memakai hakama berwarna putih yang balik memandang penuh bangga.

'Otou-sama, apakah semua akan berjalan lancar?" Ada nada khawatir yang terlontar dari pertanyaan Sora.

"Kenji sudah memastikan bahwa penjagaan besok malam sempurna. Kita bisa memastikan kebangkitan kuil tidak akan terganggu."

"Tidak akan ada penyusup."

Tanpa mereka sadari, seekor ninken menyelinap dari balik pintu kayu.

***

Langit kamar ryokan tidak begitu menarik. Hanya terbuat dari material kayu biasa, tetapi Kakashi sudah menghabiskan waktu setengah jam memandangi bagian itu. Kurang kerjaan? Mungkin iya. Lelaki itu berulangkali mengambil napas panjang dan menghembuskan perlahan. Ia perlu tidur. Ya, istirahat merupakan kebutuhan tubuh saat ini, tetapi ia tidak bisa mengabaikan kebutuhan yang lain. Geraman keluar dari mulutnya sesekali. Lirikan mata Kakashi pada pinggul Sakura masih tidak berubah. Seperti bara, ia bergelora.

Gemuruh dada Kakashi menciptakan semacam frustasi. Ia memaki nama Tetsuo dalam hati. Yukata yang dipakai terasa sesak dan menyiksa. Ia perlu melepas semuanya.

"Ramuan sialan! Bangs*t."

Sakura bisa mendengar umpatan itu. Jujur saja, ia juga tidak bisa tidur setelah apa yang terjadi seharian. Suara gesekan di samping ranjang membuat Sakura semakin sulit menutup mata. Tubuhnya ingin berbalik, tapi ia berusaha menahan sekuat tenaga. Kakashi harus yakin bahwa ia benar-benar tidur.

Ranjang bergerak kasar yang membuat Sakura tidak bisa lagi berpura-pura. Saat ia menoleh, Kakashi sudah menyandarkan tubuh di pinggiran ranjang.

"Aku mengganggumu," ucap Kakashi datar.

"Uhm...tidak. Aku hanya tidak bisa tidur, " balas Sakura jujur.

Kakashi tidak menjawab. Tangan kanannya menarik seputung rokok tradisional Taki yang diberikan oleh Tetsuo. Perlahan rokok tersebut telah mengepulkan asap tembakau yang mengganggu penciuman. Sang Hatake benar-benar tidak bisa melupakan ucapan Tetsuo saat memberikan bungkus rokok pada semua pengantin pria.

"Begitu nikmat merokok setelah bercinta."

Oh, lelaki tua yang menyebalkan sekali. Kakashi memejamkan mata demi mengurangi rasa kesal pada Tetsuo. Saat membuka kelopak, Kakashi bisa melihat kernyitan di dahi Sakura. Ia yakin kalau gadis itu merasa tidak nyaman berada di ruangan yang sama.

"Kau pasti tidak nyaman. Aku akan merokok di luar."

Sakura menggeleng. "Aku bisa mentolerir bau rokok. Tapi kau bukan Asuma-sensei."

Kakashi menatap Sakura saat berujar cukup pelan, "Tidak ada bedanya. Kami sama-sama lelaki dewasa."

Sakura mendengus kesal, menarik batang rokok dari mulut Kakashi dan mematikannya di atas meja rias.

"Kau bukan Asuma. Setahuku, Kakashi tidak pernah merokok."

Berusaha mengabaikan tubuh Sakura yang berada dekat sekali dengan area berbahaya, Kakashi mencoba menghilangkan hawa panas yang datang secara ghaib. "Aku merokok saat tertentu, Sakura. Moodku buruk, aku butuh sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian."

"Kau baik-baik saja?"

Sial! Sakura tidak beranjak malah semakin dekat untuk meneliti keadaan Kakashi. Tangan kanan sang mantan murid telah terulur menyentuh dahi Kakashi.

"Uhm...sebaiknya kau segera tidur. Aku hanya sedikit pusing. Hanya terlalu banyak sake." Kakashi beringsut menoleh ke arah balkon.

Sang partner misi berpikir sejenak dan berkata, "Kita harus menjalani misi lanjutan besok, Kakashi. Kau harus tidur nyenyak malam ini. Aku tidak akan membiarkanmu tersiksa semalaman tanpa istirahat. Ayo!"

Alis Kakashi bertaut, tetapi Sakura benar-benar mengabaikan pertanyaan kasat mata itu. Tangan kiri Sakura menarik lengan Kakashi menuju ke kamar mandi.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Berendam air hangat bisa menghilangkan semua penat. Efek air hangat bisa merileksasi tubuh dan pikiran. Kau mungkin bisa tidur lebih lelap setelah berendam. Ayo!"

Dia butuh air es bukan air hangat, Sakura!

***

Seharusnya ia menolak sejak awal, Kakashi mengumpat pada sebagian dirinya yang merasa senang. Kenapa ia tidak menyelesaikan semua masalah di kamar mandi sejak tadi? Astaga, sekarang ia berendam di onsen pribadi dengan pikiran yang lebih kalut.

"Kakashi, apa kau sudah selesai?"

Selesai melepas baju, tapi tidak menyelesaikan pelepasan yang lain.

"Tidurlah, Sakura. Aku baik-baik saja."

Tanpa aba-aba, Sakura sudah menggeser pintu kamar mandi dan memasang senyum paling manis pada Kakashi.

"Tenanglah, aku hanya ingin membantumu lebih rileks."

Oh, gadis itu!

"Aku hanya perlu waktu pribadi untuk berendam."

"Kau bilang kalau kepalamu pusing 'kan? Tenang saja, Shishou sudah mengajariku teknik memijat yang akan menghilangkan rasa pusing. Kau bisa mencobanya. Toh, aku sudah mempraktikkan teknik pada pasien di rumah sakit."

"Berhasil?" tanya Kakashi.

Sakura mengangguk percaya diri. "Tentu saja. Jangan meremehkan aku!"

Tidak ingin berdebat lebih lama, Kakashi membiarkan tangan Sakura menyentuh kedua pelipis. Jemari Sakura terasa sedikit kasar tetapi sanggup membuat Kakashi memejamkan mata. Sudah lama ia menfantasikan sensasi itu.

"Benar 'kan? Pijatanku bisa menyembuhkan sakit kepalamu."

"Hmmm..."

Menyembuhkan rasa sakit kepala, tapi menyakitkan bagian lain. Kakashi tidak ingin berpikir terlalu jauh sebab ia hanya perlu menikmati. Dia ingin rileksasi. Diam-diam Sakura memperhatikan kontur wajah Kakashi saat sang pemilik raga tengah memejamkan mata. Mencuri kesempatan dalam kesempitan, begitu picik. Sebagian diri Sakura menyalahkan, namun sebagian yang lain bertepuk tangan. Tak peduli pada rona merah yang sudah menjalar ke seluruh bagian teringat insiden di bawah air terjun pelangi.

"Aku baru sadar kalau kau memiliki bulu mata yang lentik, Kakashi."

"Kau cemburu?"

Sakura mendesah. "Pasti aku berdiri di pojok paling belakang saat Kami-sama membagikan percikan kecantikan."

Mau tidak mau Kakashi tertawa. Ucapan Sakura cukup menghibur dirinya. Tanpa menyadari pijatan tangan Sakura berhenti saat ia tertawa. Tawa si lelaki perak benar-benar tidak sehat untuk kesehatan jantung.

"Kenapa berhenti?" Kakashi membuka mata dan menemukan Sakura yang membeku di tempat.

"Oh, aku baik-baik saja."

Ada yang tidak beres, Kakashi menyadari hal itu. Ia bisa memahami bagaimana udara di sekitar menjadi lebih panas, bukan sekadar efek berendam air hangat. Sorot mata Sakura pernah ia lihat di mata wanita lain.

Tidak mungkin! Kakashi berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka hanya terpengaruh suasana. Jika Sakura benar-benar menginginkan dirinya, kenapa ia harus menolak? Sebagian diri Kakashi seolah memberi nasehat bahwa Sakura adalah gadis yang tidak boleh ia sentuh, namun setitik nurani dan akal sehat seperti memberikan pertimbangan lain. Pertimbangan menyesatkan yang meracuni otak jenius Kakashi.

Persetan! Tubuhnya sudah tidak bisa mentolerir efek ramuan Tetsuo. Dia lelaki dewasa dan punya kebutuhan. Wajar 'kan? Bukankah wanita memiliki kebutuhan yang sama? Sakura bukan muridnya lagi. Hal yang selalu ditekankan oleh teman-teman Kakashi di ANBU mengenai deretan kunoichi paling cantik di Konoha. Tanpa sepengetahuan Sakura, namanya masuk dalam daftar kunoichi yang sering difantasikan para lelaki.

"Sakura," bisik Kakashi parau.

"Hn."

Bahkan Sakura tidak ingin menjawab panggilan Kakashi sebab ia tidak ingin ketahuan. Ada keinginan dalam dirinya yang mendambakan tubuh Kakashi memeluk erat. Sama seperti perasaan yang muncul saat mereka ada di mansion Ryota, Sakura ingin Kakashi melihatnya. Melihat dirinya sebagai wanita dewasa bukan mantan murid gennin yang berusia 12 tahun. Dia benci Kakashi yang memperlakukannya seperti anak kecil.

"Kakashi, aku...."

Belum sempat ucapan itu selesai, Kakashi sudah menarik kepala Sakura menunduk. Hanya kecupan ringan. Menyadari tidak ada penolakan dari Sakura, Kakashi merasa keberanian dirinya meningkat dua kali lipat. Lidah itu berusaha menerobos masuk, menari dan bergulat hebat. Keputusan yang tidak ia sesali sebab bibir Sakura terbuka, menerima dengan suka cita.

Entah sejak kapan tangan Kakashi sudah menarik pengikat yukata. Meluncurkan kain katun di lantai kamar mandi. Mungkin basah terkena percikan air onsen yang membuncah ke mana-mana. Siapa yang peduli. Kakashi telah menarik tubuh Sakura mendekat seolah mereka benar-benar sepasang suami istri. Dengus napas beraroma rokok benar-benar diabaikan oleh Sakura. Ini Kakashi, sadarlah!

"Ka...kashi."

Sejak kapan Sakura bisa menyebut namanya sensual seperti itu? Kakashi tidak pernah ingat. Ia mulai menyukai namanya meluncur dari bibir merah Sakura berkali-kali. Tangannya menangkup apa saja yang bisa diraih. Menyentuh setiap bagian yang terekspos secara sempurna. Meski ada beberapa bekas luka di tubuh Sakura, Kakashi tidak peduli. Menurutnya, bekas luka yang membuat Sakura berbeda dengan wanita lain. Sakura adalah kunoichi kebanggaan Konoha. Kehebatannya di lapangan tidak bisa ditandingi oleh kunoichi mana saja. Sisi egoisme Kakashi bergejolak ingin membuktikan kehebatan yang lain. Hanya untuk dirinya sendiri.

Hidung Kakashi menusuk leher, menghembuskan aroma tembakau yang masih tersisa. "Sakura, apa kau menginginkan ini?"

Ternyata Kakashi masih mendengarkan sebagian dirinya yang waras. Mengingatkan konsekuensi yang akan ia jalani nanti. Hubungan mereka bisa saja berubah setelah apa yang terjadi malam ini. Kakashi tidak ingin menyesali keputusan sepihak kecuali Sakura menginginkannya. Hubungan yang didasari oleh suka sama suka, kenapa tidak? Bahkan Tsunade tidak akan bisa mengitervensi apa yang dipilih Sakura sendiri. Ia hanya ingin memastikan bahwa Sakura tidak akan menolaknya. Penolakan bisa menciptakan sisi sentimental seorang Kakashi. Sang cassanova yang selalu berhasil memikat wanita mana saja tidak ingin ditolak. Jika Sakura menolak, mungkin ia akan memaksa. Tak peduli kalau ia akan disebut bajingan setelah itu. Tubuhnya tegang dan menginginkan pelepasan.

"A...aku tidak tahu." Jawaban jujur Sakura semakin mendidihkan rasa penasaran. Membuat Kakashi semakin tergoda untuk bergerak lebih jauh. Cepat dan nikmat, mana yang akan ia pilih?

Kakashi mencium pangkal tulang belikat. Memberikan sentuhan yang menggoda. Pengalaman pertama Sakura yang ingin ia nikmati. Brengsek, ya! Katakanlah dia memang keparat! Bibir mereka kembali bertemu. Balasan hangat yang diberikan Sakura memberikan keyakinan untuk lelaki normal seperti dirinya. Tangan Kakashi sudah berpetualang liar, menghilangkan ragu yang tercipta sejak awal. Dia butuh, Sakura juga. Tidak perlu menunggu terlalu lama. Kedua tangan Kakashi sudah berada di pinggul Sakura, berusaha mencari posisi paling tepat. Demi nama hasrat, ia tidak akan menyesal.

Plop!

"Aku sudah menemukan keberadaan mereka. Ups! Sepertinya aku salah tempat, uhm...panggil aku satu jam lagi. Baiklah, aku pergi lebih dulu!"

Anjing terkecil dari semua ninken milik Kakashi telah lenyap dalam hitungan tiga detik saja. Menyisakan kediaman yang membunuh di onsen hingga membuat Sakura memalingkan muka. Dia benar-benar malu pada keinginan manusiawi yang tidak bisa ia kendalikan tadi.

"Tetsuo memberiku ramuan. Aku benar-benar kehilangan akal."

Baik Kakashi dan Sakura sama-sama mengalihkan pandangan.

"Aku mengerti."

Sakura memungut yukata yang agak basah dan segera memakainya. Saat tangan gadis Haruno hendak membuka pintu geser, suara Kakashi menginterupsi, "Maaf."

Tidak ada jawaban.

***

Suasana di kamar ryokan berubah sedingin es melebihi suhu di puncak gunung Fuji. Beku. Anjing kecil yang menjilati bulu di atas tatami hanya memandang bosan pada dua orang berwajah muram yang duduk di ranjang. Wajah mereka merah seperti terbakar sinar matahari.

"Baiklah, aku mengganggu kalian. Sorry."

Permintaan maaf yang dilontarkan oleh Pakkun semakin memperkeruh suasana sebab Sakura benar-benar tak berani memandang wajah Kakashi. Mengalihkan pusat perhatian demi menghilangkan rasa malu yang luar biasa.

"Ayolah! Aku bisa merasakan gejolak manusia yang ingin bercinta. Toh, kalian bisa melanjutkannya nan—"

"Tutup mulut, Pakkun!" Perintah Kakashi urung membuat Pakkun takut malah sang ninken mengibaskan ekor dengan santai.

"Aku bisa mendeteksi segalanya, lho! Keinginan kalian bercinta sudah ada di ujung tanduk. Apa sebaiknya aku pergi saja? Kusampaikan informasi mengenai rencana upacara kebangkitan besok pagi saja."

"Jangan!" sergah Sakura.

"Oh, aku takut ada yang akan mencincangku setelah ini," ujar Pakkun menggoda pada Kakashi yang balik menatap horor. Kalau mengaktifkan sharingan, nyawa sang ninken bisa hilang dalam sekejap.

"Pakkun-san, jangan pergi! Kami butuh informasi yang berhasil kau dapatkan."

Pakkun menatap Sakura penuh arti dan berdeham ringan, "Menomorduakan kebutuhan kalian?"

Hening. Kakashi menghela napas berat, "Diamlah! Kebutuhanku tidak ada kaitan denganmu, Pakkun. Sekarang apa yang berhasil kau dapatkan?"

"Baiklah. Ada sebuah patung naga besar yang ada di kompleks kuil paling belakang yang terdiri dari susunan batu giok berwarna hijau. Salah satu bagian yang ada di moncong sang naga telah lenyap."

"Batu giok itu!" seru Sakura yang diperingatkan Kakashi untuk memelankan suara.

Pakkun mengangguk. "Ya, bagian yang hilang sudah ditemukan dan akan dipasang pada malam bulan purnama."

"Apa yang akan terjadi saat batu giok terpasang ke kepala naga?" tanya Kakashi.

"Aku tidak tahu. Mereka tidak banyak berkata selain pancaran sinar hijau cemerlang yang muncul dari batu giok yang dipegang oleh Sora."

"Upacara kebangkitan," ucap Kakashi berpikir keras.

Pakkun mengangguk. "Terdengar agak mengerikan, ya? Apa yang akan mereka bangkitkan?"

"Sesuatu yang tersembunyi di kuil ini?"

Ninken itu berusaha mengendus aroma sekitar. "Aku tidak menemukan sesuatu yang berbahaya di sekitar sini. Tetapi ayah Sora mengatakan bahwa penjagaan bakal ketat besok malam."

Kakashi beranjak mengambil sesuatu dari dalam tas ninja. Sebuah buku bersampul hijau yang langsung dikenali Sakura terenggut agak kasar.

"Kau ingin membaca buku saat genting seperti ini?" tanya Sakura tak percaya.

"Aku mencari sesuatu."

"Tidak ada yang akan diungkapkan Jiraiya selain hal-hal vulgar."

Kakashi mengabaikan cemoohan Sakura dan mencari halaman tertentu. Sakura melirik Pakkun yang masih memainkan ekor di atas tatami. Kilat mata sang anjing seolah menggoda Sakura. Benar-benar ninken sialan! Bahkan tatapan Pakkun sanggup mengingatkan Sakura pada bagian tubuh Kakashi. Hal yang lebih menyebalkan lagi adalah Pakkun seolah bisa membaca pikiran yang baru saja melintas di otaknya.

"Ada makhluk yang tersembunyi di kompleks kuil ini?"

"Maksudmu?" tanya Sakura yang langsung mengalihkan perhatian pada Kakashi.

"Jiraiya tidak menyebutkan secara pasti. Ia hanya memberi kode." Kakashi berdiri menuju ke balkon yang mengarah langsung pada danau luas di belakang penginapan dan kuil.

"Legenda sannin benar-benar pernah ke sini, "ujar Sakura kagum.

"Dia keliling dunia. Mengetahui banyak hal yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Bagi penggemar karya Jiraiya, mungkin menganggap seri Icha Icha hanya romansa saja. Tidak! Jiraiya menceritakan lebih dari itu. Dia punya cara tersendiri dalam berkisah."

Sakura tidak menjawab selain menatap danau yang hanya diterangi beberapa bohlam lampu di pinggiran. "Mungkin aku memang perlu membaca buku Jiraiya-sama."

Kakashi mengernyit, sedangkan Sakura hanya memamerkan senyum tipis. "Siapa tahu aku bisa mendapatkan banyak wawasan."

"Soal apa?"

"Seperti yang kau katakan tadi, banyak hal yang bisa diungkapkan Jiraiya, bukan?"

"Jangan-jangan kau akan membakar semua koleksiku."

Tanpa disadari pipi Sakura memerah teringat momen saat ia berniat mengubur semua Icha Icha milik Kakashi. Merencanakan pencurian buku bersama Naruto karena Kakashi selalu datang terlambat ke lapangan latihan tim 7 waktu itu.

"Ada pelindung tak kasat mata di danau itu."

"Aku tahu. Bisa saja makhluk itu tersembunyi di danau paling bawah yang tidak terjamah."

"Seharusnya misi ini bukan misi tingkat A, telah mengalami peningkatan menjadi misi tingkat S."

Mau tak mau, Kakashi tersenyum menatap Sakura. Diam-diam ia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi tadi. Hormon sialan!

"Sakura, aku—"

Tidak ingin mendengar kata maaf itu lagi, Sakura berdeham ringan. "Bukan salahmu. Tetsuo memberikan ramuan dan aku paham apa yang akan terjadi setelah kau meminum afrodisiak sampai habis."

"Kau benar."

Sakura mengangguk. "Kita harus tidur lebih awal malam ini. Besok pagi kita harus mengikuti tur keliling kompleks kuil. Siapa tahu kita bisa melihat pintu belakang menuju ke patung naga dan memutuskan cara menyusup paling tepat."

Tanpa menunggu persetujuan Kakashi, Sakura langsung berjalan menuju ke tempat tidur lebih dulu. Merapikan sprei dan bantal sebelum membaringkan tubuh di atas ranjang yang empuk. Namun, keinginan untuk istirahat langsung terinterupsi saat Kakashi tidak mengikuti langkahnya. Lelaki itu memilih duduk di atas tatami.

"Kakashi, apa yang kau lakukan?"

"Kau tahu efek afrodisiak tidak bisa hilang dalam waktu singkat. Kita berdua juga paham apa yang akan terjadi pada laki-laki dan wanita dewasa di atas ranjang yang sama," sahut Kakashi.

Sakura tidak ingin berdebat sebab ia meyakini bahwa apa yang dikatakan Kakashi 100 persen benar. Tak ingin ambil risiko.

"Ambil ini!"

Sakura mengulurkan selimut tebal pada Kakashi yang mengernyitkan dahi.

"Kau tidak akan bisa tidur tanpa kakebuton."

Tertawa ringan, Sakura memakaikan selimut pada tubuh Kakashi. "Kau lebih membutuhkannya."

Kakashi ikut tersenyum. "Baiklah, aku tidak akan menolak. Terima kasih."

Sakura mengerling. "Oh, tidak ada ucapan selamat malam?"

Ia hanya menggoda, tetapi Kakashi menanggapi serius. Mengecup pelipis Sakura dengan hangat. "Oyasumi nasai, Sakura."

Bahkan bibir Sakura tidak sanggup menjawab hal yang sama.

***

"Aku tidak tahu kalau putraku menemukan batu giok itu."

Lelaki tua yang memakai hakama putih menatap tajam pada Kenji yang duduk bersimpuh di tanah.

"Aku hanya melakoni misi dari pemimpin kuil, Otou-sama."

"Sudah terlambat kalau aku mengintervensi malam ini. Kekacauan dan kematian banyak orang bisa saja terjadi."

"Maksud Otou-sama?" mata hijau Kenji terbelalak.

Tetsuo menatap pada danau yang berada di belakang kompleks kuil. Kerutan di dahi sang sesepuh bertambah banyak. "Kupikir Yu sudah jauh berubah setelah bertahun-tahun. Ternyata ia masih mendambakan kekuatan itu."

"Apa yang harus kita lakukan?"

Tetsuo menghela napas dan memandang Kenji dengan sayang. "Ada hal yang bisa kau lakukan untuk menebus kesalahan, Nak. Jaga Taka-kun! Jangan sampai bocah itu lepas dari pengawasanmu. Biarkan aku yang mengurus Yu pada malam kebangkitan besok."

"Baik, Otou-sama."

***

Continue Reading

You'll Also Like

179K 19.6K 40
Xiao Zhan kabur dari kejaran orang-orang yg ingin melecehkannya dan tidak sengaja memasuki sebuah ruangan, ruangan dimana terdapat seorang pria yg se...
196K 30.4K 55
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
260K 27.2K 29
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
106K 4.8K 24
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...