The Morning Star

By Song_Hua

102K 12.3K 2.5K

[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] Chao Xing tidak ada pilihan lain selain setuju ak... More

PENTING SEBELUM MEMBACA!!!
Chapter 1: Kedatangan Dua Kultivator Mencurigakan
Chapter 2: Lawan Aku
Chapter 3: Kediaman Li
Chapter 4: Pengawal Baru dan Pohon Kebahagiaan
Chapter 5: Makan Malam
Chapter 6: Sandiwara adalah Keahliannya
Chapter 7: Ucapan Terima Kasih
Chapter 8: Kota Besar Taiyang
Chapter 9: Ujian
Chapter 10: Ujian Akhir
Chapter 11: Tabib dan Undangan
Chapter 12: Rumah yang Besar
Chapter 13: Ulang Tahun Pemimpin Sekte
Chapter 14: Wajah Li ZhangXun
Chapter 15: Patah Hati
Chapter 16: Mabuk dan Candu
Chapter 17: Festival Perahu Naga
Chapter 18: Malam yang Menyiksa
Chapter 19: Ketakutan
Chapter 20: Hukuman yang Pantas
Chapter 21: Tipuan
Chapter 22: Hukuman Lagi
Chapter 23: Keinginan yang Sederhana
Chapter 24: Mulai Bercerita
Chapter 25: Hutan Shemu
Chapter 26: Awan Putih, Langit Biru
Chapter 28: Qing Er
Chapter 29: Musim Gugur
Chapter 30: Pengobatan
Chapter 31: Lili Laba-Laba Merah
Chapter 32: Penjemput
Chapter 33: Bingung
Chapter 34: Waktu Berlalu Begitu Cepat
Chapter 35: Keluarga Kecil
Extra Chapter: Bagaimana Jika...

Chapter 27: Di Kelas

1.5K 215 44
By Song_Hua

Chapter 27

Di Kelas

*****

"Batu granit yang memiliki energi spiritual bisa digunakan untuk membuat berbagai macam senjata, contohnya seperti--"

Li Huan mengangkat tangan, menyela, "Granit tidak bagus. Bukankah senjata sihir lebih baik terbuat dari besi yang ditempa dengan Api Abadi?"

Li JiuYuan berusaha untuk tersenyum, "Memang. Tapi, Api Abadi sulit didapatkan--"

"Makin langka, makin kuat kekuatan yang diberikan."

"Tidak cocok untuk pemula."

"Kalau ada yang lebih profesional, kenapa tidak meminta bantuan saja pada mereka?"

Para murid dibuat bingung oleh dua pria yang saling sahut-menyahut ini. Tidak ada yang mau kalah, sehingga terjadi perdebatan yang semakin lama semakin sengit. Para murid menoleh ke sana ke sini, menatap pria-pria itu.

Menurut Li Huan, apa yang dijelaskan oleh Li JiuYuan tidak sesuai dengan kenyataan, menganggap semuanya mudah. Sedangkan bagi Li JiuYuan, apa yang diajarkannya ini sudah tepat berdasarkan buku-buku yang dia pelajari. Perdebatan mereka tidak akan selesai jika jam pelajaran berakhir.

"Hari ini sampai di sini dulu. Sampai jumpa besok. Jangan sampai terlambat masuk," kata Li JiuYuan melemparkan senyuman pada para murid meski hatinya kini panas karena ulah sepupunya.

Para murid berdiri dan memberi salam dengan kompak, "Sampai jumpa besok, Shifu."

Ketika para murid mulai membubarkan diri, Chao Xing menatap Li Huan dengan masam. Mendapati tatapan itu, Li Huan berkedip sok polos.

"Ada apa, Xing Xing?" tanyanya.

"Hari ini ada tiga mata pelajaran dan semuanya tidak bisa kuserap gara-gara kau selalu menyela ucapan Shifu!"

Li Huan mengangkat bahu, "Mau bagaimana lagi? Apa yang disampaikannya merupakan kebohongan."

"Bukan kebohongan, hanya pendapat yang berbeda," Chao Xing menyingkirkan pundak Li Huan kemudian melangkah meninggalkan kelas. "Seharusnya kau tidak perlu ikut kelas ini."

"Aku hanya ingin melindungimu, Xing Xing," kata Li Huan, mulai merengek.

"Kau tidak perlu melindungiku di tempat yang paling aman di dunia ini," kata Chao Xing ketus.

Tentu saja ia kesal pada suaminya sendiri. Selama ada Li Huan di kelas tadi, ia tidak bisa berkonsentrasi. Para murid yang lain juga pasti merasa terganggu.

Keesokan harinya, perdebatan di kelas semakin sengit. Entah apa yang dibicarakan Li Huan dan Li JiuYuan, semua murid tidak mengerti.

Dua hari berikutnya, Li Huan masih menyangkal pendapat sepupunya. Li JiuYuan tidak setuju dengan jalan pemikiran Li Huan.

Perdebatan terus berlanjut selama beberapa hari. Hingga pada minggu kedua setelah Chao Xing bersekolah, keributan itu berhenti karena Li Huan tidak masuk hari ini. Ia ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan, membuat Chao Xing akhirnya bernapas lega.

Saat jam istirahat tiba, Chao Xing menghampiri beberapa murid yang duduk santai di tempat mereka sambil bercakap-cakap.

"Tuan-Tuan dan Nona, maafkan aku yang baru memperkenalkan diri," kata Chao Xing memberi salam. "Aku Chao Xing. Senang bisa satu kelas dengan kalian."

Seorang laki-laki manis yang memiliki perut paling besar membalas senyumannya, "Wah, si Anak Baru. Akhirnya kita bisa bicara setelah tidak ada suami yang selalu melototimu setiap saat."

Chao Xing terkekeh gugup, "Maaf. Aku tidak bisa menghentikan perbuatannya."

"Pemilik Bai Yun Lan Tian pun juga tidak bisa. Mau bagaimana lagi? Kau membuat kami iri karena suami kami tidak bisa seperti suamimu. Kau beruntung," kata laki-laki itu sambil terkekeh. "Aku Huang Xi, hamil delapan bulan. Kalau kau sendiri sudah berapa lama?"

"Tiga... bulan," jawab Chao Xing malu-malu. Jujur, berkumpul dengan sesama omega seperti ini membuatnya gugup.

"Namaku Chu Yi," seorang laki-laki yang rambutnya dikuncir rendah dan memiliki perut datar berkata dengan ramah. "Aku sudah melahirkan. Anakku baru dua bulan."

"Selamat atas kelahirannya," kata Chao Xing, ikut merasakan kebahagiaan teman barunya.

"Aku Jing Fei. Ini anak keduaku," kata seorang perempuan cantik di hadapan Chao Xing sambil mengusap perutnya sendiri dengan lembut.

"Semoga kelahiran yang kedua bisa lancar," doa Chao Xing dengan tulus.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Chao Xing untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman sekelasnya. Para murid di kelas ini semuanya ramah dan sopan. Tidak ada satu pun dari mereka yang bertingkah sok jagoan seperti di sekolah Chao Xing dulu. Mereka yang ada di sini adalah seorang ibu dari anak-anak mereka, tidak pantas bagi seorang ibu muda bertingkah angkuh di saat seperti ini.

Setelah bercakap-cakap dengan para murid, Chao Xing tidak hanya merasa kelas ini sebagai tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat para ibu muda saling berbagi. Kebanyakan dari pembicaraan mereka seputar tentang kehamilan dan masa menyusui: apa saja yang harus dikonsumsi agar tubuh tetap bugar, bagaimana cara mengatasi mual di pagi hari, berdiskusi tentang nama anak, bahkan ada juga tips-tips 'memanjakan' suami dalam keadaan hamil besar. Meski yang bagian terkahir cukup memalukan bagi Chao Xing untuk dibahas, ia akan menyimpan semua informasi yang diberikan teman-teman sekelasnya yang sudah profesional ini.

Ketika waktu sudah hampir sore, Li JiuYuan mengakhiri kelas dengan perasaan lega. Hari ini dia bisa mengajar dengan leluasa tanpa ada yang menyangkal dan bertanya tentang ini-itu yang sengaja untuk menjatuhkan harga dirinya.

"Chao Xing, apa kau akan langsung pulang?" tanya Huang Xi menghampiri Chao Xing.

"Iya, Huang Xi," kata Chao Xing lembut.

"Sayang sekali. Aku dan yang lain ingin jalan-jalan ke taman kota. Sekarang sudah musim gugur, pemandangan di sana sangat indah. Sebenarnya kami ingin kau ikut bergabung..."

Kedua mata Chao Xing berbinar, "Aku ikut!"

Huang Xi tersenyum, "Baguslah kalau begitu. Ayo kita pergi."

Tepat ketika Chao Xing beranjak dari tempatnya, seorang laki-laki lewat dengan langkah terburu-buru, tidak sengaja menjatuhkan buku di tangannya. Chao Xing segera memanggil, "Tuan Muda, tunggu sebentar," kemudian mengambil buku itu dan menyerahkannya kepada pemiliknya.

Laki-laki yang dipanggil itu terlihat gugup. Ia cepat-cepat mengambil buku di tangan Chao Xing sebelum melangkah pergi.

"Itu murid baru seminggu yang lalu, bukan?" tanya Jing Fei melihat kepergian laki-laki itu.

Chao Xing mengangguk, "Iya. Sepertinya dia pendiam?"

Chu Yi berubah kusut, "Ugh... Sebaiknya jangan dekat-dekat dengan dia."

Huang Xi memiringkan kepala, "Kenapa memangnya?"

Chu Yi meletakkan sebelah tangan di samping mulut dan berbisik, "Kudengar dia istri simpanan Li JiangFan."

"Jangan asal bicara, Chu Yi," Jing Fei menyeletuk.

Chu Yi mengibaskan tangan, masih berbisik, "Aku tidak asal bicara. Aku mendengarnya dari beberapa orang. Dua bulan yang lalu, Ming Zi diadopsi Li JiangFan, tapi latar belakangnya tidak diketahui sama sekali. Banyak yang menduga, dia adalah pelacur dari Kota Yuelan. Selain itu, selain itu," Chu Yi mulai bersemangat dan menggebu-gebu saat berkata, "Dia perebut suami orang! Dia berkultivasi iblis, menggunakan mantra yang memikat hati siapa pun yang menjadi targetnya. Li JiangFan sudah dipelet. Hati-hati, suami kalian bisa kena!"

"Praktik sihir seperti itu, kan, bisa dihukum mati. Tidak mungkin orang di Kota Taiyang membiarkan hal seperti itu terjadi. Kalau Ming Zi memang menggunakan pelet, dia sudah lama dihukum mati, kan?" Jing Fei masih tidak percaya.

"Tapi, itulah yang dikatakan rumor--aduh!" Chu Yi segera mengerang ketika kepalanya dihantam buku dari Jing Fei.

"Rumor tetap rumor. Jangan kau percaya," Jing Fei mengerutkan hidung.

Chao Xing mengangguk setelah teringat rumor tentang suaminya sendiri, "Benar. Rumor tidak boleh dipercaya begitu saja."

"Aku percaya rumor. Ingat rumor tentang Li ZhangXun, ternyata itu benar. Dia bahkan lebih menyeramkan--aduh! Jing Fei! Aku belum sembuh dari operasi!" kali ini perut Chu Yi disikut cukup keras oleh Jing Fei.

"Kebiasaan banyak omongmu mulai muncul lagi," kata Jing Fei sementara itu Chao Xing hanya terkekeh gugup.

"Sudah, sudah. Ayo kita keluar. Aku ingin beli bakpao di taman kota," kata Huang Xi memecah keributan kecil itu, membuat Chao Xing segera tersenyum.

***

Li JiuYuan mengeluarkan pedangnya sambil menjelaskan, "Pedang adalah senjata kultivasi terkuat. Jadi--"

Li Huan mengangkat tangan, "Aku tidak setuju. Banyak yang jauh lebih kuat, tergantung bahan dan orang yang memakainya. Apa kau lupa senjata apa yang digunakan oleh istri Pemimpin Sekte? Beliau menggunakan kipas. Kipasnya bahkan jauh lebih kuat dari pedang Pemimpin Sekte."

Para murid hampir mendesah lelah karena lagi-lagi dua orang cerdas ini saling berdebat. Padahal sekarang mereka berada di halaman untuk belajar seni berpedang, tapi semangat mereka disingkirkan oleh perdebatan yang tidak penting ini.

Chao Xing yang sudah lama menahan kekesalan akhirnya bersuara, "Maaf menyela, tapi Shifu, Li ZhangXun, bukankah tidak baik jika berdebat terus-menerus seperti ini? Waktu akan terbuang sia-sia."

Li JiuYuan sebenarnya setuju, bahkan sebelum Chao Xing mengatakannya, tapi keegoisannya yang tidak mau mengalah dari Li Huan itu malah menguasai dirinya. Dengan tarikan napas panjang, Li JiuYuan kemudian berkata, "Maafkan aku, murid-muridku. Sekarang, ayo kita lanjutkan pelajaran. Untuk yang tidak hamil, maju ke depan. Kita akan mempraktekan beberapa gerakan dasar."

Chu Yi berserta tujuh murid lainnya maju selangkah dan menyusun barisan formasi yang rapi. Sesuai instruksi Li JiuYuan, mereka mengeluarkan pedang. Kemudian, Li JiuYuan berdiri di depan mereka, menunjukkan gerakan-gerakan dasar yang segera ditiru oleh para murid. Sementara itu, murid yang sedang hamil dipersilakan duduk manis di bangku yang berada di tiap sudut-sudut halaman.

"Menonton seperti ini membosankan," kata Huang Xi bersandar di bangkunya dengan malas-malasan.

"Bersabarlah. Bulan depan kau sudah bisa menggunakan pedang," kata Jing Fei tersenyum ringan.

Setelah beberapa saat mempraktekkan gerakan, Li JiuYuan membubarkan para murid dan berkata, "Selanjutnya, kita coba berlatih saling menyerang. Chu Yi, maukah kau berpartisipasi?"

Chu Yi menjadi semangat, "Dengan senang hati."

Li JiuYuan kembali menjelaskan, menjadikan Chu Yi sebagai patokan. Para murid yang mendengarnya mengangguk-angguk mengerti. Setelah dijelaskan hal-hal dasar, Chu Yi akan bertarung secara tidak serius dengan Li JiuYuan. Selesai dengan Chu Yi, Li JiuYuan akan memanggil murid lain secara bergantian.

"Terima kasih, Ming zi," kata Li JiuYuan pada murid terakhir. "Selanjutnya, Li ZhangXun."

Semua murid menoleh pada Li Huan yang sedang duduk di samping Chao Xing, berbicara dengan istrinya. Mendengar namanya disebut, Li Huan menoleh ke arah Li JiuYuan dengan tatapan malas.

"Tidak tertarik," katanya singkat. Dia lebih tertarik berbicara dengan Chao Xing daripada berhadapan dengan pria menyebalkan itu.

"Oh? Berarti kau sedang hamil?" ujar Li JiuYuan dengan lembut, mengejek, dan itu berhasil membuat murid-murid terkikik pelan. "Hanya murid yang hamil yang boleh duduk--"

Prang!

Dua pedang saling beradu. Mata Li JiuYuan hampir melompat keluar karena tiba-tiba ada bayangan hitam menuju ke arahnya dengan kecepatan kilat. Beruntung ia memiliki gerak refleks yang bagus sehingga dia bisa menahan serangan mendadak itu.

Li JiuYuan tersenyum pada pria yang menatapnya tajam ini, "Ho... Sudah lama sekali kita tidak bertarung, Sepupu."

"Kau mau bertarung? Baik. Ayo kita bertarung," desis Li Huan melompat mundur kemudian ia berlari ke arah Li JiuYuan lagi dan menyerangnya.

Li JiuYuan menahan serangan itu sambil mengatakan kalimat yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Aku jadi ingat masa-masa dulu."

"Jangan kau ungkit masa lalu."

"Kenapa? Masa lalu sangat menyenangkan," kata Li JiuYuan mengayunkan pedangnya. Ketika bunyi detingan terdengar lagi, ia melanjutkan, "Kita berkompetisi secara sehat."

Li Huan bersungut-sungut, "Hmph!"

Bagian mananya mereka berkompetisi secara sehat? Bahkan sejak mereka kecil, Li JiuYuan selalu menindas Li Huan dan sangat egois. Li Huan tidak akan pernah melupakan kejadian di mana Li JiuYuan selalu berbuat curang setiap mereka tes, atau ketika bocah beralis tebal itu mengambil buku-bukunya, atau ketika Li GuanFeng memberikan mainan paling bagus kepada keponakannya daripada anak sendiri, atau saat Li Huan dijauhi teman-teman sekolahnya karena Li JiuYuan berdusta bahwa pria itu membunuh ribuan orang dalam satu malam secara brutal.

Li Huan menyerang lagi, tapi Li JiuYan menghindar sambil berbisik, "Sepupu, apa kau ingat Qing Er?"

Jantung Li Huan berdetak cepat dan matanya melebar. Ia terkejut mendengar satu nama itu dan hampir membuatnya kehilangan keseimbangan.

Melihat konsentrasi Li Huan yang mulai goyah, Li JiuYuan tersenyum semakin lebar, "Sekarang, dia hidup bahagia bersamaku."

Li Huan mengeratkan genggaman pada pedang kemudian mengayunkannya ke arah Li JiuYuan, tapi pria itu berhasil menghindar

"Aku pun bahagia bisa bersamanya. Setiap hari bisa menyentuhnya, bisa bermain dengannya...," lanjut Li JiuYuan.

Tatapan Li Huan semakin tajam, tapi ia sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi.

Sambil terus menghindar, Li JiuYuan semakin memancing sepupunya itu, "Sepupu, apa kau merindukan Qing Er?"

"..." Li Huan tidak langsung menjawab. "... Tidak. Aku sudah memiliki--"

"Aku yakin kau tidak akan puas dengan yang baru milikmu itu," potong Li JiuYuan. "Sepupu, rumahku selalu terbuka untukmu kapan saja. Kau bisa mengunjungi Qing Er dan kau bisa bermain dengannya sepuas yang kau mau, seperti dulu."

Li Huan semakin marah, "Setelah apa yang kau lakukan padaku, merampas Qing Er dariku, kau dengan mudahnya mengatakan itu?!"

Li JiuYuan mengangkat pundaknya dengan masa bodoh, "Qing Er cantik, aku tidak tega untuk tidak berbagi dengan orang lain, jadi--"

"Bajingan!"

"Akh!"

"Huan!" teriak Chao Xing sambil membelalak. Pikiran negatif yang sedari tadi berusaha ia singkirkan akhirnya terjadi.

Li Huan menusuk Li JiuYuan.

Di pundak. Sedikit melegakan, tapi cukup membuat semua orang ketakutan.

"Shifu!" beberapa murid segera menghampiri Li JiuYuan yang terjatuh sambil menahan luka di pundaknya. Mereka segera membantu pria itu.

Chao Xing berjalan cepat-cepat ke arah Li Huan dengan kekhawatiran dan rasa kesal, "Huan! Apa yang kau lakukan?! Ini sudah berlebihan!"

Li Huan menatap Li JiuYuan dengan tatapan kosong, napasnya memburu dan keningnya berkeringat. "Ayo pulang," katanya dingin pada Chao Xing.

Chao Xing yang tidak mengerti kenapa situasinya jadi seperti ini, hanya bisa menurut.

Selama di perjalanan pulang Li Huan tidak bicara sama sekali. Pria itu tenggelam pada pikiran sendiri, membuat Chao Xing tidak ada kesempatan untuk bicara.

Sebenarnya apa yang dibicarakan Li Huan dan Li JiuYuan? Kenapa Li Huan bisa semarah itu? Apa yang terjadi di antara mereka waktu dulu?

Chao Xing ingin menanyakan semua itu, tapi apa daya, kata-katanya selalu tertahan di tenggorokan dan terpaksa ditelan lagi ketika mendapati tanggapan dingin dari suaminya.

***

Napas Chao Xing terengah. Meski tubuhnya merasa terpuaskan, tapi hatinya tidak sama sekali. Ada perasaan yang sangat mengganjal di hatinya ketika tahu pria di atasnya ini sedang tidak menatap ke matanya meski bola matanya selalu ke arah Chao Xing. Mata emas Li Huan terlihat menerawang jauh, entah pada apa atau pada siapa.

"Huan Huan, kita sudahi hari ini, ya?" kata Chao Xing, berharap mendapatkan jawaban yang selalu dikatakan Li Huan.

Jika mereka melakukan hubungan badan, Li Huan tidak akan cukup hanya sekali atau dua kali. Tapi, kali ini, Chao Xing harus menahan kekecewaan ketika mendengar ucapan suaminya.

"Baik," kata Li Huan menarik dirinya dari tubuh Chao Xing.

Biasanya, pria itu akan mengecup kening istrinya dan menyelimutinya. Kali ini, Chao Xing merasakan sakit di hati ketika menyaksikan Li Huan mengabaikannya, membalikkan tubuhnya, memunggungi Chao Xing, dan menarik selimut untuk sendiri.

"... Huan...," panggil Chao Xing lemah.

Ah, sialan. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang mendesak hati seperti ini.

"Hm...," Li Huan menanggapi.

Chao Xing menghela napas. Ia ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang keluar dari mulutnya hanya, "Selamat malam..."

"Mn," sahut Li Huan dingin.

Berusaha untuk mengabaikan rasa sakit di hatinya, Chao Xing pun mulai memejamkan mata.

Ketika tengah malam, Chao Xing terbangun karena ia harus ke kamar mandi. Saat ia kembali ke tempat tidur dan berbaring, ia mendengar Li Huan yang bergumam di dalam mimpinya.

"Qing Er..."

"..."

Siapa orang yang bernama Qing Er ini? Apakah dia seseorang dari masa lalu Li Huan?

Kenapa ketika mendengar nama itu dari mulut suaminya, Chao Xing merasa sakit yang meremas-remas hatinya?

Chao Xing bergumam, "Jangan... Jangan sebut nama Qing Er, tapi Xing Er...," kemudian mencium bibir Li Huan dengan lembut.

*****

To be continued...

----------
Oh no :"(

Siapakah Qing Er?
Jangan lupa juga sama yang namanya Ming Zi karna dia karakter penting 👀

Jangan lupa vote dan komen yaaa 😆
Sampai jumpa~

Kamis, 16 Juli 2020.
----------

Continue Reading

You'll Also Like

26.3K 2.8K 16
Song Huanran tidak berharap kehidupan normalnya yang biasa dan nyaman berubah seketika dengan kedatangan seorang pria aneh di depan pintu rumahnya. P...
BLACK By TNJJisREAL💞

Mystery / Thriller

44.2K 7.5K 26
Jennie hanya bisa menelan salivanya saat menyadari sosok itu berada disekitarnya. 'Seseorang selalu mengawasiku' 'Aku selalu merasa seperti itu' 'Ak...
426K 85.6K 175
Author(s): Ye Yiluo Deskripsi: Lu Lin telah berhenti dari pekerjaannya di kota besar kembali ke kampung halamannya dan mewarisi toko serba ada Lu dar...
978K 82.9K 40
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...