Naga Senja (Segera Terbit)

By Annelysme

404K 23.4K 5K

[Amazing Cover By : Zfn_ya] [COMPLETED] Bagi seorang Anaise Loura Senja, menjadi mahasiswa itu tidak masalah... More

INTERMEZO
1. Ospek Melelahkan
2. Hmmm
3. Pertemuan Kedua
4. Orang Baru
5. Musuh dan Teman
6. Naga dan Si Keras Kepala
7. Failed Date
8. Reject You Again
9. Kembali Normal
10. Wrong
11. Tak Disangka-sangka
12. Zonk
13. Kegilaan Ria
14. Hurt
15. Pura-Pura Lupa
16. Pura-Pura Lupa (2)
17. Bencana Tipes
18. Tamu
19. Back to Campus
20. Semakin Dekat
21. Akhir Perjuangan Ardo
22. Kencan
23. Kenapa?
Naga dan Senja
Cast
24. Suara Hati
GC Naga Senja (Close)
25. Lara
26. Hopeless
27. Pahit Yang Terasa Manis
28. Berita Mengejutkan
29. Masih Abu-abu
30. End?
31. Terungkap
32. Mr. A?
33. Passwordnya
34. Tertampar Kenyataan
35. Tersakiti Lagi
36. Tidak Jelas
37. Kebenarannya
PERMISI
38. Mengenang
39. Ardo dan Rasa
40. Terkejut
41. Dia Yang Terluka
42. Raga
43. Rindu dan Sendu
45. Endless Love
46. Menuju Pernikahan
47. Memilikimu Seutuhnya (END)
Extra Part : 1
Extra Part : 2
Extra Part : 3
Extra Part : 4
Extra Part : 5
Wajib Baca
Announcements

44. Hanya Naga dan Senja

5.2K 362 44
By Annelysme

Bacanya pelan-pelan ya🥰


•••

"Kamu siapa?"

Otak Senja mendadak tidak bekerja saat Naga menanyakan itu padanya. Saraf-saraf ditubuhnya juga mendadak terhenti saat Naga mengucapkan kata-kata keramat yang tak pernah ingin didengarnya.

Apa Naga benar-benar melupakannya? Ataukah laki-laki itu hanya menipunya? Kalau menipu rasanya tidak mungkin, Naga bukan tipe orang humoris ataupun jahil yang suka nipu sana-sini. Kalaupun itu terjadi, tidak mungkin juga. Jelas-jelas itu bukan sifat Pak Naga.

"B-Bapak lupa sama saya?" tanyanya linglung dengan dada yang berdebar-debar. Senja benar-benar takut kalau seandainya Naga benar-benar melupakannya. Kalau itu terjadi, bagaimana kehidupannya ke depannya nanti?

"Memangnya kamu siapa saya?"

Astaga! Walaupun habis koma dan terbentur kepalanya—Pak Naga tidak berubah. Pria itu tetap menjengkelkan walaupun sakit seperti ini. Namun, sekarang itu bukanlah atensi utama Senja. Senja benar-benar takut Naga amnesia, apalagi saat mendengar apa yang laki-laki itu ungkapkan.

Senja memijat pelipisnya bingung, biasanya kalau kata dokter di televisi—orang yang amnesia tidak boleh diberitahu dulu apa yang sebenarnya—bisa-bisa penyakitnya makin parah nantinya, tetapi mana rela Senja berbohong seperti ini di saat Pak Naga ternyata lupa padanya.

Senja bimbang, antara jujur atau tidaknya. Ia benar-benar bingung, mau mengatakan apa pada Pak Naga yang sedang amnesia ini.

"Saya bertanya. Kenapa kamu tidak menjawabnya? Apa kamu lupa hubungan kamu dengan saya juga?"

Laki-laki di hadapannya itu ternyata menuntut jawaban darinya. Senja harus bilang apa dong jadinya? Masa Senja harus berbohong seperti di sinetron Indosiar yang sering Budhe Asih tonton? Atau jujur saja, ya? Kan kalau dia jujur belum tentu amnesia Pak Naga tambah parah nanti. Eh, tapi ... kalau semakin parah bagaimana?

Sebenarnya Senja sedang sedih, kalut, bingung, dan linglung juga—makanya jadi begini. Senja bingung harus bereaksi seperti apa kalau begini jadinya.

"Halo, apa kamu mendengar saya?"

Senja tergelak, gadis itu langsung melotot menatap Naga yang menunggu jawabannya. Senja menipiskan bibirnya sembari menggaruk kepalanya, air matanya mengering begitu saja karena sekarang otaknya didominasi oleh kebingungan dan juga kelinglungan.

"S-saya mendengarkan Bapak kok," balasnya tergagap. Senja menatap takut-takut bola mata Naga yang menghujam matanya. "Saya Anaise Loura Senja, Pak," lanjutnya dengan membalas tatapan Naga.

"Memangnya Anaise Loura Senja itu siapa saya?" tanya laki-laki lagi dengan santai, Pak Naga tidak seperti orang amnesia pada umumnya. Laki-laki itu memang banyak bertanya, tetapi gayanya itu santai sekali.

Senja menghela napas dalam, "Saya mahasiswa Bapak." Senja tak berani berkata kalau dirinya adalah kekasih pria itu, Senja takut Naga akan menolaknya dan berakhir menghujatnya karena mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. Sungguh, Senja tidak ingin terluka lagi ... lebih baik seperti ini saja.

Naga di depannya terdiam sembari mengasah memori di otaknya, mahasiswa? Jadi selama ini dia bekerja jadi dosen, ya? Lantas, kalau gadis di hadapannya ini hanya mahasiswanya—kenapa gadis itu menjenguknya? Seperti orang sudah saling mengenal lama saja.

"Kamu yakin, kalau kamu hanya mahasiswa saya?"

Astaga, pertanyaan telak Pak Naga cukup meresahkan jiwanya. Senja bingung harus berkata apalagi. Pak Naga bukanlah orang yang mudah dibohongi, bahkan walaupun sedang amnesia Pak Naga tetap mencari informasi dengan memilah-milahnya juga, tidak menampung semua yang didengarnya.

"Saya mahasiswa Bapak." Itu kenyataannya, selama ini dirinya adalah mahasiswa Naga yah walaupun mahasiswa dengan ada plus-plus-nya.

Pria itu tampak tidak percaya, kedua bola matanya menatap mengintimidasi Senja guna mengetahui segalanya.

Keningnya berkerut saat melihat ekspresi ketakutan gadis itu, sepertinya ... memang ada yang sedang disembunyikan.

Naga memijat pelipisnya pelan, kelopak matanya menutup, pria itu tampak mengingat-ingat sesuatu yang sempat ia lupakan karena kepalanya terbentur keras.

Sekarang saja perban melingkar erat di kepalanya, kakinya juga tampak diperban mungkin karena patah tulang, selain itu juga badannya terasa nyeri. Banyak juga luka-luka di tubuhnya yang tadi sempat dilihatnya.

Kepalanya pusing jika dipaksa mengingat sesuatu. Namun, ada satu hal yang sebenarnya tak pernah ia lupakan.

"Di ingatan saya ...," ujarnya pelan, sembari mengingat-ingat semuanya.

"Apa, Pak?" tanya Senja antusias, Senja berharap Naga bisa segera mengingat segalanya.

Naga menatap Senja lembut, "Anaise Loura Senja bukan hanya mahasiswa saya. Dia adalah masa depan saya juga. Saya tidak lupa itu semua, saya hanya mengetes kamu saja."

Senja melongo di tempatnya, ternyata Pak Naga benar-benar menipunya.

Ceburin Pak Naga di kolam cintanya Senja boleh tidak? Senja gemas sekali soalnya. Kalau boleh, Senja otw melakukannya.


•••♥•••

"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?"

Senja menatap tajam Naga, hidungnya sudah kembang-kempis karena memendam amarahnya. Gadis itu juga sudah mengepalkan tangannya karena terlampau murka.

Asem kecut, gula legi. Pak Naga benar-benar asem! Kalau tidak sedang sakit Senja akan menggeplak Pak Naga saat ini juga! Tapi, sayangnya itu semua tidak akan terlaksana.

Gadis itu hanya bisa meremas rambutnya kesal, ia melupakan kekesalannya, kemarahannya pada dirinya sendiri. Senja tak tega jika harus meluapkan emosinya pada Pak Naga, pria itu masih sakit. Tubuhnya aja dibalut perban begitu, bagaimana Senja tega menganiaya Pak Naga untuk balas dendamnya kalau begitu keadaannya?

"Kamu kenapa, Senja?" Naga di hadapannya ini bertanya dengan wajah tak berdosa sama sekali, bahkan pria itu tertawa riang. Senyum Naga yang sebelumnya berharga triliunan itu malah terkembang dengan begitu mudahnya.

Benar-benar asem!

Enak sekali ya Pak Naga terhibur setelah mengerjainya, kalau begitu maunya—ya sudah, Senja akan mengikuti jejak Pak Naga.

Senja mengulas senyum tipis, gadis itu mencoba menekan emosinya terlebih dahulu. Tadi Pak Naga bertanya dirinya kenapa, 'kan? Oke, kalau begitu Senja akan begitu senang dan mudah menjawabnya.

"Saya sedang tidak baik-baik saja, Pak Naga. Soalnya saya habis ditipu, padahal tadi saya udah nangis, udah bingung, linglung, dan takut banget kalau dia benar-benar kenapa-napa ... eh ternyata, pada akhirnya itu hanya tipuan semata. Itu keterlaluan nggak, sih?  Padahal saya udah nunggu dua bulan lamanya, udah berdoa, udah ngarep kalau dia baik-baik saja. Eh ternyata, dia pura-pura lupa. Gimana saya bisa baik-baik saja?"

Air mata Senja tiba-tiba luruh begitu saja, padahal tadi Senja sudah berusaha sekuat mungkin untuk menahannya. Ternyata kecengengannya benar-benar sudah masuk stadium akhir. Dia yang marah, dia yang menangis. Ajaib sekali.

Ia terisak, ingusnya pun sudah meleleh, gadis itu bahkan suda berulang kali menyeka air matanya dan juga ingusnya, tetapi kenapa tidak berhenti juga? Senja harus bagaimana? Kan tidak ada jasa ataupun alat yang bisa mengatur kapan jatuhnya ingus dan air mata, sekaligus alat untuk menghentikan keduanya.

Akhh! Senja bisa gila kalau begini caranya!

"Senja."

Kali ini Pak Naga memanggil namanya, kali ini sorot mata Pak Naga menyendu, tampak gusar, dan terlihat penyesalan di sana.

Oh, astaga. Ternyata pintu kepekaan Pak Naga terbuka juga. Alhamdulillah kalau begitu jadinya.

Senja mengusap ingusnya, kedua matanya yang memerah menatap sendu Naga. "A-ada ap-pa, P-Pak?" tanyanya dengan tergagap karena diselingi isakannya yang tak kunjung reda.

"Mendekatlah," pinta Pak Naga dengan kesungguhan hatinya.

Gadis itu menurut dan mengikis jarak yang tercipta, Senja bingung sendiri menunggu apa yang ingin dilakukan Pak Naga. Pria itu sibuk menatapnya, tidak ada tanda-tanda jika Pak Naga akan mengucapkan sesuatu padanya.

Dengan gerakan pelan dan cukup kesulitan, Naga meraih telapak tangan Senja dengan tangannya. Tangan kirinya memang dipasang infus, tetapi itu tidak menyulutkan keinginannya untuk menggenggam telapak tangan Senja. Rasa nyeri di bahunya ia abaikan begitu saja.

Tangan kanan Naga merambat ke atas dan mengusap pipi Senja yang penuh air mata dengan penuh kelembutan. Pria itu berubah menjadi manis dan penuh perhatian. Hati Senja tersentil, rasanya begitu bahagia.

Namun, saat merasakan jitakan di jidatnya ... Senja sadar, harapannya tidak akan terwujud.

"Saya jengkel dengan kamu, Senja," ujar Naga lelah. "Asal kamu tahu, saya sudah bangun sejak tiga hari yang lalu, dan apa ... kamu bahkan tidak ada di saat saya pertama kali membuka mata. Bahkan yang saya dengar, selama saya koma kamu malah dekat dengan Rian. Bagaimana saya tidak jengkel sekaligus kecewa, Senja? Kamu seharusnya di sisi saya, menemani saya, harusnya seperti itu. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu—dan satu lagi, menurut saya ... penipuan yang saya lakukan itu bukan apa-apa dibandingkan dengan semua yang kamu lakukan selama ini pada saya."

Naga menatap Senja.

"..., anggap saja ini adalah bentuk pembalasan dendam saya."

Pak Naga tetaplah Naga Aswara Dewa seperti biasanya. Laki-laki itu benar-benar tengil, menyebalkan, kurang asem, suka seenaknya. Bahkan di saat-saat seperti ini Naga masih sempat menyudutkannya. Pria itu juga melakukan balas dendam yang tak perlu sebenarnya. Katanya kemarin Pak Naga tidak apa-apa, tapi sekarang malah mengungkitnya.

Senja harus menjawab apa? Apa yang Naga ucapkan itu tidak benar semuanya. Ada beberapa hal yang salah dan perlu diluruskan.

"Bapak dengar itu dari mana?!" sergahnya.

"Bisa diam dulu?"

"Enggak, Pak! Saya mau l—"

Naga sudah duluan menutup mulutnya sebelum ia sempat menjelaskan segalanya.

"Diam dulu," ujar Naga lembut. Ia melepaskan bekapannya, "saya tahu, tidak semua yang saya ucapkan tadi benar. Saya sangat yakin kamu akan begitu memperhatikan saya, kamu tidak akan meninggalkan saya, dan soal Rian—kamu tidak mungkin sedang melakukan pendekatan dengan pria itu, karena saya yakin kamu hanya mencintai saya."

"Lalu, kenapa Bapak mengatakan itu semua pada saya tadi kalau sudah tahu itu belum tentu benar?" Senja bingung, Pak Naga ini ... walaupun sedang sakit, otaknya masih ruwet juga.

"Ada alasannya, Senja," jawab Naga cepat. Naga menyentuh lembut kedua pipi gadisnya, pria itu menatap Senja dengan begitu dalam."Karena saya tidak ingin semuanya benar-benar menjadi kenyataan. Saya ingin kamu menemani saya selamanya. Kamu harus bersedia, soalnya kamu sudah mengantungkan perasaan saya berkali-kali, dan saya rasa itu sudah cukup. Mari kita menikah dan mulai lembaran baru hidup kita. Hanya ada Naga dan Senja di sana, tidak ada orang ketiga ataupun yang lainnya."

Aih, Pak Naga bisa saja. Kenapa sempat-sempatnya melamarnya lagi dalam keadaan seperti ini? Laki-laki itu baru saja sembuh dari komanya, kenapa langsung melamarnya begitu saja?

Benar-benar luar biasa.

Kalau Senja semakin baper bagaimana jadinya? Sudah pasti Senja tidak akan bisa menolak Pak Naga lagi.

Sudah jelas lah kalau Senja akan menerima Pak Naga bagaimanapun keadaannya. Laki-laki sudah lama memendam luka dan menunggu karenanya, dan saat ini juga Senja akan memutus penantian Pak Naga. Yah, walaupun sekarang bukan waktu yang tepat.

Senja menyentuh wajah tampan Pak Naga yang sekarang dibumbui oleh goresan luka yang tampak mengering. Senja menyentuh luka itu pelan, kedua bola mata Naga memejam saat merasakan sentuhan lembut kekasihnya.

Gadis itu mendekatkan wajahnya, dan menyentuhkan bibirnya di dahi Naga yang dilapisi dengan perban. Senja tersenyum kecil, air matanya kembali luruh. Namun, kali ini air mata yang turun adalah air mata kebahagiaan.

"S-saya bersedia menjadi pendamping hidup Bapak, Bapak tidak usah khawatir."

Beban di dada Naga serasa lepas begitu saja, sudah dua tahun masa penantiannya ternyata sekarang Senja benar-benar mantap ingin menjadi pendamping hidupnya. Walaupun ini adalah lamaran yang ketiga kalinya. Tapi, tak apa Naga tetap bahagia karena gadis itu mau menerimanya.

"Terima kasih banyak, Senja." Sebenarnya Naga ingin sekali mendekap erat tubuh kekasihnya. Namun, dengan keadaannya yang sekarang Naga tidak bisa memeluk Senja lagi untuk sementara. Ia hanya bisa menyentuh wajah gadisnya.

Senja tersenyum kecil, gadis itu melingkarkan lengannya di pundak Naga membawa pria itu ke dalam dekapannya. Naga memang tidak bisa lepas memeluk Senja namun, Senja bisa.

"Terima kasih kembali, Pak. Maafkan saya selama ini yang suka plin-plan dan seenaknya mempermainkan perasaan Bapak. Maafkan saya yang kekanakan, yang suka menyakiti Bapak, dan saya meminta maaf juga atas kesalahan saya yang lainnnya. Mulai sekarang, saya akan berusaha menjadi dewasa dan berusaha menjadi pendamping hidup yang baik untuk Bapak. Saya akan berusaha sekuat yang saya bisa, Pak. Saya akan berusaha membuat Pak Naga bahagia untuk selamanya. Itu janji saya, dan saya akan menepatinya."

"Hmm ... saya mencintai kamu, Senja."

Ah, pipi Senja memanas. Baru kali ini Pak Naga mengungkapkan cintanya secara jelas. Biasanya Pak Naga lebih sering diam dalam menunjukkan cintanya. Kalau begini jadinya kan hati Senja kembali berbunga-bunga.

"Kamu tidak mencintai saya?" tanya laki-laki itu tiba-tiba, laki-laki itu bahkan mendorong tubuhnya dan melepas pelukan hangat tadi.

"Eh, enggak, Pak! Saya mencintai Bapak juga kok!"

"Bagus. Saya pikir setelah saya koma dan jadi lemah begini kamu tidak akan menyukai saya lagi."

Senja terkikik, "Mau Bapak jelek pun saya tetap akan mencintai Pak Naga. Soalnya Bapak kan Pak Naga yang saya cinta."

Netra Naga melebar, "Kamu belajar menggombal dari mana?"

Ternyata selama dua bulan dia koma ada yang berubah dari Senja.

Senja tersenyum lebar, "Dari Bapak lah, soalnya selama ini Bapak yang mengajarkan saya apa arti cinta itu sebenarnya."

Astaga! Kenapa ekspresi Senja saat menggodanya menggemaskan sekali? Naga kan jadi ingin membungkus Senja hanya untuknya saja. Apalagi sekarang ia rasa pipinya sudah merona dikarenakan godaan dari gadisnya itu. Senja benar-benar luar biasa.

Kalau Naga tambah baper awas saja, Senja! Dia akan benar-benar mengurung Senja di dalam hatinya. Gadis itu tidak bisa keluar tanpa izinnya walaupun sudah mencoba untuk kabur ataupun memohon-mohon padanya. Soalnya, siapa suruh Senja menenggelamkan dirinya di dalam jurang cinta yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

•••

Halo gimana part ini?🤣 semoga nggak senyum-senyum sendiri 🤭🤭

Super panjang kan? Semoga kalian nggak ngos-ngosan bacanya🤣🤣

Gimana baper nggak sama kemesraan Naga Senja? Buat kalian yang kena prank aku minta maaf ya🥺 sebenarnya aku pengen buat Naga benar-benar amnesia, tetapi kalau aku lakuin itu nanti malah ngerusak alur yang udah aku buat sendiri 🤧

Udah sekian ya🤣 sampai jumpa lain waktu, jangan lupa spam vote dan comment ya biar updatenya makin cepat🥰

Btw, satu atau dua part lagi Naga Senja benar-benar finish. Nanti aku kasih ekstra part, tenang aja ya🤣 tapi ekstra partnya masih rencana, dan itu flashbackan Naga Senja.

Sekian, sampai jumpa lain waktu🥰

Semoga kalian bahagia dengan adanya part ini🥰

Siap-siap menuju ending🥰

Continue Reading

You'll Also Like

912K 9.3K 24
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
16.3K 1.4K 27
Anila refleks memejam kala cowok beralis tipis itu menyejajarkan wajah, embusan napas dapat dia rasakan. Kerongkongannya semakin tandus, oksigen suli...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

195K 1.8K 16
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
145K 3K 5
Seri kedua Goodbye Winter Kayan seolah sedang menjalani karmanya. Menjadi orangtua tunggal dan mendidik putranya sendirian. Serta berusaha mendapat k...