[taejin] ZOMBIE.ZIP

By teemaland

22.2K 3.5K 1.5K

Dunia bukan lagi tempat yang aman. Maka seorang ilmuwan yang bertahan, Kim Seokjin, berusaha menemukan cara u... More

Before we start ...
The Beginning
One Chance
Company
Overwhelm
The Wolf
Converse High
Unfortunate Event
Secret Society
Hidden Plan
Familiar Face
Explosion
Last Survivor
Be Our Guest
Unmated
Helping Hand
Flounder
Regret
Explain
Vaccine
Grateful
Success
Betrayal
Want
Longing
Dark
Experiment
Plan
Promise
Pleasure
Love
Safe and Sound
Author's Note

Be With You

669 118 38
By teemaland

"Taehyung! Makan siang sudah siap!" seru Jimin nyaring dari dapur.

Kepalanya menengok melihat pintu kamar tidur Taehyung yang masih tertutup rapat. Tangannya yang sedang mendistribusikan piring langsung berhenti saat tahu Taehyung tidak merespon.

"Taehyung?" panggilnya lagi.

Masih tidak ada jawaban.

"Mungkin dia pergi?" gumam Jimin pelan. Ia kembali melanjutkan membagikan sumpit di meja.

Tepat saat itu, Hoseok datang dengan membuka pintu rumah lebar-lebar. Seluruh tubuhnya kotor oleh tanah dan darah.

"Oh, astaga! Dari mana saja kau?" jerit Jimin kaget. Matanya menatap horor tiap jejak Hoseok ke dalam rumah yang membuat lantai kotor.

"Kejar-kejaran dengan babi ternak di belakang halaman rumah Beomgyu," ungkap Hoseok sembari mencopot sepatu boot-nya tepat di ruang tengah. Lalu kausnya yang sobek ikut tanggal dari tubuhnya.

"Apakah itu darahmu?" Jimin menghampiri dengan wajah kusut. Ia terus-terusan memandang lantai rumah yang kotor akibat ulah Hoseok.

Hoseok menggeleng ringan. "Ini darah babi. Setelah selesai kejar-kejaran, mereka langsung aku sembelih. Hewan-hewan itu hanya tidak ingin mati di tanganku hari ini."

"Syukurlah jika kau tidak terluka," begitu komentar Jimin.

Omega tersebut pun melangkah ke kamar dengan cepat dan kembali bersama sehelai handuk bersih. Langsung ia lempar ke wajah Hoseok.

"Lain kali jangan bawa kotoran ke dalam rumah! Mandi di luar!" sentak Jimin tegas.

"Oh, iya. Maaf. hehe." Hoseok menyengir lebar. "Sebelum aku mandi, bolehkah aku meminta ciuman panas darimu?"

"Tidak," tolak Jimin mentah-mentah. Ia kembali ke dapur, tempat yang paling membuatnya aman. "Mandi dulu, kemudian bersihkan semua kotoran itu. Baru nanti aku beri kecupan."

"Hanya kecupan?" Hoseok membulatkan mata. "Tidak ada ciuman panas?"

"Tidak ada." Jimin menegaskan sekali lagi. "Cepat pergi sana."

Hoseok berdecak sebal. Lalu ia menyeret sepatu dan kaus bolongnya keluar.

"Jahat," Hoseok bergumam dengan bibir menekuk tajam.

"Oh, ya. Hoseok. Apakah kau melihat Taehyung seharian ini?" Jimin bertanya.

Tentu, Hoseok menggeram sebal karena Jimin sedang dalam mode bicara saat butuh.

Namun, sebagai Alfa yang baik untuk Omega tercintanya, Hoseok menjawab dengan dengusan, "Aku melihatnya di klinik Seokjin tadi pagi. Setelah itu, tidak tahu."

"Apa?"

Tanpa mendengar Hoseok lagi, Jimin terbirit menuju kamar Taehyung dan membuka pintunya lebar-lebar.

Kamarnya rapi. Namun, pintu kayu lemarinya terbuka lebar.

Sebagian besar pakaiannya hilang.

Jimin melihat sekeliling dengan panik. Lalu matanya menangkap secarik kertas, oh bukan. Itu tisu. Tapi ada tulisan dengan tinta di dalamnya.

Jimin menyambar tisu itu dengan kasar dan membaca isinya.

Aku ikut pergi bersama Seokjin. Jangan menyusul. -Taehyung.


***


Seokjin berhasil menuruni gunung terjal dengan selamat tanpa bertemu dengan satu zombi pun.

Itu melegakan, namun memang muncul tanda tanya besar di kepala Seokjin.

Bagaimana bisa kemarin ada zombi di atas sana?

Sadar bahwa itu bukan menjadi pertanyaan prioritas, Seokjin berhenti di mulut pintu gerbang tol di kaki gunung Taebaek.

Sejauh mata memandang, Seokjin menangkap sejumlah zombi yang berjalan luntang-lantung di aspal rusak.

Selama Seokjin tidak membuat banyak suara, dia tahu dia aman.

Seokjin pun turun dengan senapan yang sudah ia modifikasi sedikit. Senapan itu tidak akan menembakkan peluru mesiu, tetapi formula ramuan yang telah Seokjin kerjakan sejak kemarin-kemarin. Bunyi tembakannya juga diredam sehingga takkan menimbulkan banyak suara.

Berdasarkan uji cobanya, peluru mikro yang ditembakkan akan otomatis menyuntikkan formula di dalam tubuh target. Semoga saja berhasil.

Ia sudah buat lebih dari seratus ramuan dengan variabel berbeda-beda, berharap setidaknya satu di antaranya bisa menjadi jalan keluar.

Seokjin bergerak sepelan mungkin. Gerbang tol itu merupakan wilayah yang luas dan terpapar sinar matahari. Seharusnya zombi takkan ada yang bertahan di bawah sinar matahari terlalu lama. Namun, Seokjin masih bisa melihat zombi berjalan tanpa perlindungan. Kulit-kulit mereka hangus pelan-pelan, terbakar sinar matahari.

Mendadak, Seokjin jadi teringat ucapan Namjoon kemarin malam.

Jikapun berhasil, bagaimana dengan proses pemulihan? Siapa yang akan mengkondisikan tujuh milyar jiwa setelah mendapat obat?

Seokjin langsung memejamkan mata. Hembusan napas keluar dari hidungnya. Ia rapatkan punggungnya pada badan mobil.

Betul jika Seokjin tidak memikirkan ini jauh-jauh. Tapi tidak ada salahnya jika ia mencoba.

Seokjin melangkah pelan menyusuri badan mobil menuju bagasi. Ia menargetkan zombi yang berjarak tiga meter dari ujung kiri mobilnya.

Peluru berisi formula telah ia masukkan ke dalam senapan, diurutkan sesuai nomor serinya.

Ketika ia sudah berjongkok di belakang bagasi, Seokjin mengangkat senapan. Membidik dari jarak yang cukup dan jari telunjuk siap menekan pelatuk.

Saat Seokjin sudah mendapat bidikan bagus,

"Hei, Seokjin. Kau sedang apa?"

Dor!

Seokjin menembak akibat kaget. Tembakannya mengenai kepala zombi yang menjadi target.

Di sana kesalahannya. Jika peluru mengenai kepala, zombi tidak akan mendapat efek obat. Makhluk tersebut hanya akan mati di tempat.

Dan satu kesalahan lagi. Senapannya berbunyi. Seokjin benar-benar sial sekarang.

Itu semua disebabkan oleh suara seorang omega yang sekarang sedang menyembulkan kepalanya dari balik terpal bagasi.

"Taehyung? Apa yang kau lakukan di sini?!" bisik Seokjin marah.

Omega yang ditanya hanya melepas senyum. Lalu ia keluar dari bagasi dengan sebuah ransel di punggung. Ransel yang Seokjin buang jauh-jauh tadi pagi.

Seokjin merasakan amarah tak terkontrol muncul dari dalam dirinya. Seluruh situasi ini benar-benar memojokkan Seokjin dan Seokjin benar-benar tidak menyangka betapa sial dirinya.

"Aku ingin ikut!" Taehyung merajuk dari tempatnya berdiri.

Tapi Seokjin sama sekali tidak ingin peduli.

Akibat suara berisik senapannya, ratusan zombi mulai tertarik. Mereka berbondong-bondong berjalan menuju mobil. Jantung Seokjin sudah terasa seperti meledak sekarang.

"Sial," umpatnya.

Ia tidak memikirkan ini. Ia pikir senapannya akan bekerja sebagaimana yang sudah ia coba di lab. Ia juga berpikir Taehyung tidak ikut. Hell, Seokjin bahkan tidak mencium feromon manis Taehyung selama perjalanan dari atas.

Tahu bahwa nasibnya tidak begitu bagus padahal baru dua jam mereka pergi dari desa, Seokjin langsung menarik Taehyung dari sana dengan kasar.

"Masuk ke mobil. Masuk sekarang!"

Taehyung didorong paksa untuk masuk ke dalam mobil. Lalu Seokjin mengikuti.

Seokjin bisa merasakan tangannya gemetaran saat ia buka laci dashboard untuk melempar sebuah handgun ke arah Taehyung.

"Tembak mereka di tepat kepala setelah dapat aba-aba dariku." Ia berkata cepat.

Setelah itu, barulah mesin mobil dinyalakan. Seokjin mengira dirinya cukup beruntung karena mobilnya penuh bensin dan tidak mogok. Satu kali tarikan gas, mobilnya pergi dari sana.

Bunyi decit ban dan mesin mobil berderu tentu menjadi pusat perhatian zombi. Yang awalnya hanya berjalan pelan, sekarang mereka sudah berlarian menyusul.

Seokjin sama sekali tidak melepaskan kaki dari pedal gas. Jalanan yang rusak membuat mobil berguncang dengan hebatnya.

Sebuah suara geraman nyaring disertai dengan guncangan hebat dari belakang membuat Seokjin tahu bahwa ada zombi yang meraih mobilnya. Dari kaca spion di atas kepala, Seokjin melihat beberapa sedang memanjat di atas terpal.

Seokjin langsung membuka sunroof mobilnya dan menarik Taehyung. "Tembak mereka dari sini!"

Taehyung tidak banyak komentar. Ia langsung memanjat ke atas dan menyembulkan sebagian tubuhnya.

Ada tiga zombi dengan mulut penuh darah di atas terpal bagasi. Taehyung langsung membidik tanpa ragu.

Dor! Dor! Dor!

Kepala meledak satu per satu, tiga zombi tersebut terlempar keluar. Taehyung pun mengarahkan pistolnya ke samping, menangkap segerombolan zombi sedang berlarian mengejar.

Lima sampai tujuh kali Taehyung menembak, semua tepat sasaran di kepala para zombi tersebut.

"Kau tidak punya granat?!" tanya Taehyung ketika pelurunya habis. Handgun dibuang sembarang ke bawah jok mobil.

Zombi-zombi memang tidak bisa dianggap remeh. Mereka tidak punya yang namanya stamina seperti orang biasa sehingga tidak sulit bagi mereka untuk mengejar mobil yang mengebut di jalan raya yang rusak dan penuh mobil lain yang menghalangi. Seokjin dan Taehyung butuh sesuatu yang bisa menambah jarak antara mobilnya dan para mayat berjalan itu.

"P-punya, punya! Sebentar!"

Seokjin yang masih mengebut betul-betul tidak peduli apa yang ada di depan mobilnya. Beberapa zombi dan benda-benda lain yang menghalangi jalan Seokjin tabrak tanpa pikir.

Hal tersebut membuat Taehyung terpaksa masuk kembali ke dalam agar tidak terkena barang-barang yang berterbangan setelah tertabrak.

"Dimana?!" Taehyung menyentak.

Seokjin sedang meraba-raba tubuhnya yang dibalut rompi penuh senjata dengan sebelah tangan. Mendadak ia lupa dimana ia menyimpan dua buah granat yang ia persiapkan kemarin.

Taehyung menggeram frustasi. Detik saat matanya menatap dua bola granat di pinggang Seokjin, Taehyung menyambarnya tanpa permisi dan langsung naik lagi ke atas sunroof.

Matanya membelalak ketika melihat ke belakang. Ratusan zombi berlarian di belakang, masing-masing berlomba agar bisa mencapai mobil.

Tanpa banyak berpikir, Taehyung menyalakan sumbu granat pertama dan melemparnya ke arah kerumunan zombi tersebut.

Ledakan besar dan disertai cahaya menyilaukan membuat Taehyung menurunkan tubuhnya lagi ke dalam mobil. Mata terpejam dan dua tangan menutup telinga. Mobil mereka sampai hampir terjungkir jika Seokjin tak bisa manuver dengan baik.

"Wow. Sepertinya dosis pengisinya terlalu besar," ucap Seokjin sembari melihat ke kaca spion yang sudah retak.

Taehyung ikut melihat ke belakang. Zombi-zombi terbakar dan meleleh di belakang, hampir tak menyisakan satu pun.

Zombi yang tersisa hanya bisa luntang-lantung di tempat, berteriak-teriak tidak jelas.

Setidaknya, Seokjin dan Taehyung sudah bisa lebih tenang sekarang. Keduanya menghela napas lega bersamaan.

Mereka pun sudah bisa menghindari lokasi perkotaan karena jalanan sempit dan gelap punya resiko keberadaan zombi yang lebih besar.

Seokjin membawa mobilnya menuju jalan tol antar kota dengan padang rumput luas di kanan dan kiri. Tidak terlalu jauh dari tempat ledakan terakhir, Seokjin putuskan untuk istirahat.

Ketika mesin mobil sudah mati, kesunyian melanda keduanya. Yang bisa terdengar hanya bunyi napas berderu dan degup jantung yang tidak tenang. Kejadian beberapa menit lalu masih tergambar dengan sangat jelas.

Mereka benar-benar bisa mati di sana.

Seokjin menjatuhkan kepalanya ke atas stir. Ia lelah, frustasi, dan merasa gagal. Walau ramuannya masih banyak, Seokjin sudah ingin menyerah saja.

Ini semua karena Omega yang sedang duduk di sampingnya.

"Mengapa kau harus datang?" tanya Seokjin geram, menoleh ke arah Taehyung. "Kau tahu betul konsekuensinya dan kau tetap mengikutiku dengan bodoh."

Sementara Taehyung hanya bisa menatap dashboard mobil sembari menggigiti bibir bawahnya.

"Fuck, kita bahkan sudah tidak bisa pulang. Kita tidak bisa kembali sekarang." Seokjin kembali jatuhkan kepalanya yang semakin harinya semakin berat.

"Aku hanya ingin membantu." Taehyung berbisik, nyaris tak terdengar.

Namun, keadaan sedang sangat sepi. Tentu saja Seokjin mendengar.

"Jika saja kau tidak--"

Seokjin memotong omongannya sendiri dengan hembusan napas frustasi. Wajah tenggelam di balik dua telapak tangannya.

Taehyung memang penyebab kekacauan ini terjadi. Namun, jika dipikir kembali, jika Seokjin sendiri yang mengacau, Seokjin sendiri tidak yakin apakah dia bisa keluar dari mimpi buruk barusan tanpa bantuan Taehyung.

Sial.

"Baiklah. Sekarang kita terperangkap dengan satu sama lain. Aku tidak akan pulang sampai percobaanku selesai. Jadi jangan sekali-kali kau meminta pulang atau mencoba untuk menggangguku."

Seokjin menunjuk dengan marah. Setelah itu, ia turun dari mobil untuk memeriksa barang bawaan di bagasi.

"Tapi aku tidak akan mengganggumu, Seokjin," bisik Taehyung dengan dua mata memerhatikan wajah kotor Seokjin yang teramat serius dari balik kaca mobil.

Taehyung memangku dagu menyaksikan Seokjin yang bekerja dengan barang-barangnya entah apa itu. Air wajahnya melambangkan ia sedang jatuh cinta pada pesona alfa yang Seokjin punya.

Ini adalah yang kedua kali setelah pertemuan pertama mereka. Dua kali Taehyung jatuh pada pesona Kim Seokjin. Taehyung benar-benar tidak menyesali apapun.

"Aku hanya ingin bersamamu. Tidak lebih, tidak kurang."


***


To be continued


please tell me what you think about this part!!

love you always 💜

Continue Reading

You'll Also Like

38.5K 2.4K 54
#1 di ramalan #2 di moongoddess lahirnya yang diselimuti bulan biru membawa banyak suka cita di dunia immortal. dialah sang gadis ramalan yang akan m...
3K 239 21
Tidak pernah terpikir pun oleh ku, nasib malang yang menimpa diri ku. Keluarga ku di kenal dengan keluarga yang kuat, ayah ku seorang mafia terkenal...
85.2K 3.4K 26
Hidup noval semakin hancur saat 3 orang alpha memperkosannya secara bergikir. tak hanya itu mereka juga mengigit leher belakang noval hingga berdarah...
75.6K 7.9K 49
bukan kami yang hendak memilih memiliki takdir seperti apa, sudah ketentuan moon goddess yang sudah menulis jalan kehidupan.... andai kami bisa di...