The Morning Star

By Song_Hua

102K 12.3K 2.5K

[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] Chao Xing tidak ada pilihan lain selain setuju ak... More

PENTING SEBELUM MEMBACA!!!
Chapter 1: Kedatangan Dua Kultivator Mencurigakan
Chapter 2: Lawan Aku
Chapter 3: Kediaman Li
Chapter 4: Pengawal Baru dan Pohon Kebahagiaan
Chapter 5: Makan Malam
Chapter 6: Sandiwara adalah Keahliannya
Chapter 7: Ucapan Terima Kasih
Chapter 8: Kota Besar Taiyang
Chapter 9: Ujian
Chapter 10: Ujian Akhir
Chapter 11: Tabib dan Undangan
Chapter 12: Rumah yang Besar
Chapter 13: Ulang Tahun Pemimpin Sekte
Chapter 15: Patah Hati
Chapter 16: Mabuk dan Candu
Chapter 17: Festival Perahu Naga
Chapter 18: Malam yang Menyiksa
Chapter 19: Ketakutan
Chapter 20: Hukuman yang Pantas
Chapter 21: Tipuan
Chapter 22: Hukuman Lagi
Chapter 23: Keinginan yang Sederhana
Chapter 24: Mulai Bercerita
Chapter 25: Hutan Shemu
Chapter 26: Awan Putih, Langit Biru
Chapter 27: Di Kelas
Chapter 28: Qing Er
Chapter 29: Musim Gugur
Chapter 30: Pengobatan
Chapter 31: Lili Laba-Laba Merah
Chapter 32: Penjemput
Chapter 33: Bingung
Chapter 34: Waktu Berlalu Begitu Cepat
Chapter 35: Keluarga Kecil
Extra Chapter: Bagaimana Jika...

Chapter 14: Wajah Li ZhangXun

2.6K 386 53
By Song_Hua

Chapter 14

Wajah Li ZhangXun

*****

Pemenang perlombaan itu dimenangkan oleh sekte lain. Chao Qiu hampir merengek karena tidak terima pada kekalahan. Bendera yang berhasil mereka kumpulkan hanya 160-an, sedangkan yang lain ada sampai 200 atau lebih. Setelah itu, diadakan lagi perlombaan lainnya tapi Chao Xing terlalu lelah untuk berpartisipasi. Jadi, ia hanya duduk santai bersama Chao Yue di ruangan perjamuan makan, berpisah dengan Li Huan yang tiba-tiba dipanggil untuk mengurus sesuatu.

"Kenapa wajahmu murung lagi?" tanya Chao Yue sambil menggigit kulit biji bunga matahari di tangannya.

Chao Xing mendesah sambil bertumpu dengan sebelah tangan, "Li Huan pergi bertugas lagi..."

Chao Yue merengut, "Apa-apaan kau ini? Kau seperti seorang istri yang merindukan suaminya yang sedang bertugas di luar. Kau terlihat seperti Papa yang hampir satu menit sekali menghela napas memanggil nama Ayah."

Chao Xing juga merengut tetapi wajahnya memerah, "Gege, jaga bicaramu. Li Huan temanku. Aku tidak puas hanya bertemu dengannya sesaat."

Chao Yue mencibir, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi.

Tepat setelah itu, Li XuJun tiba-tiba masuk dan berseru, "Chao Xing Gege! Pegang ini! Sembunyikan!" sambil menyodorkan sesuatu pada Chao Xing secara kasar.

Chao Xing menunduk untuk melihat sesuatu di tangannya. Matanya membulat ketika melihat selembar kain hitam di genggamannya. Tahu bahwa kain ini bukan kain biasa, Chao Xing ingin bertanya pada Li XuJun tapi laki-laki pendek itu segera melarikan diri.

Belum sempat Chao Xing menyembunyikan kain itu, pintu ruang makan dibuka dengan kasar. Chao Xing dan semua orang yang ada di sana melonjak kaget. Mereka semua menoleh ke arah pintu. Ada seorang pria berjubah hitam berdiri, mengahalangi cahaya masuk. Ia menatap seisi ruangan dengan alis menyatu. Beberapa orang segera berkata, "Li ZhangXun."

Sialnya, Chao Xing tidak bisa melihat wajah pria itu karena seseorang berdiri menghalangi pandangannya. Ia hanya bisa melihat bagian belakang kepala Li ZhangXun tanpa adanya pita kain yang biasa melingkar di sana.

Li ZhangXun menoleh kepada Chao Xing dan segera menutupi wajahnya dengan lengan jubah yang panjang sebelum melangkah pergi sambil menggerutu.

Chao Yue yang juga tidak bisa melihat wajah Li ZhangXun segera bertanya, "Siapa pria tinggi itu?"

"Gege-ku. Kalian lihat wajahnya?" Li XuJun yang ternyata bersembunyi di bawah meja segera menyembulkan kepala, membuat Chao Yue terpekik pelan.

Chao Xing menjawab, "Aku tidak lihat. Li XuJun, apa yang sedang kau lakukan pada kakakmu?"

Li XuJun merangkak keluar dan duduk di kursi kosong di sebelah Chao Xing sambil mengambil kue di meja, "Mencuri kain penutup wajah Gege."

"Sepertinya Li ZhangXun marah," gumam Chao Xing.

"Dia tidak akan berani memukulku. Tenang saja. Jika dia melakukannya, Papa akan memukul pantatnya dengan bambu. Hahaha!" Li XuJun terbahak kemudian tersedak karena makan sambil bicara.

Chao Xing menyerahkan kain itu pada Li XuJun, "Kembalikan."

Li XuJun meraih cangkir kosong dan menuangkan teh milik Chao Xing, "Chao Xing Gege saja yang kembalikan."

"Kau yang mengambilnya. Jadi, kau harus mengembalikannya."

Li XuJun meminum tehnya sambil mendorong tangan Chao Xing menjauh, "Tidak mau. Kain itu bau mulut! Ewww!"

Chao Xing dengan polosnya refleks mencium kain itu, membuat Li XuJun melotot ngeri. "Tidak ada bau apa pun."

Malah ia mencium aroma mint yang samar.

Li XuJun bergidik, "Bohong. Mulut Gege bau seperti napas naga tua peliharaan Kakek Ketiga!"

Tiba-tiba sebuah sumpit melayang ke dahi Li XuJun.

"Aiyah!" seru Li XuJun, mengusap dahinya yang memerah.

"Nagaku tidak bau!" seru suara tua dari meja yang cukup jauh dari meja Chao Xing. "Kau cucu nakal! Aku harus memberimu pelajaran!"

Li XuJun beranjak dari kursinya. Wajahnya berubah pucat, "Aku harus pergi! Sampai nanti!"

Kepergian Li XuJun malah membuat pria tua itu semakin emosi, tapi ia segera ditenangkan oleh cucu-cucunya.

Chao Yue tidak tahan untuk tidak berkomentar, "Ada-ada saja. Li XuJun dan Chao Qiu tidak ada bedanya, sama-sama nakal."

Chao Xing mengangguk setuju sebelum menatap kain di tangannya lagi. Ia kembali mencium aromanya. Tidak ada aroma yang aneh selain campuran antara mint, cendana, dan gaharu. Sambil menggenggamnya, Chao Xing terpikir akan sesuatu.

Kira-kira, seperti apa wajah Li ZhangXun ini? Kenapa dia sangat menutupinya, tapi sebenarnya tidak terlalu ditutup-tutupi? Bukankah artinya wajahnya baik-baik saja? Wajahnya mungkin saja sudah sembuh dari bekas cakaran monster--atau apa pun itu yang dikatakan rumor.

Chao Xing menjadi sangat penasaran. Sebaiknya ia mencari cara untuk melihat wajah Li ZhangXun.

***

Chao Xing kembali ke kamar Li ZhangXun. Ia membulatkan tekad untuk bicara dengan pria itu sebelum ia tidur bersamanya.

Chao Xing menunggu dan menunggu, tapi Li ZhangXun tidak kunjung datang. Akhirnya Chao Xing tertidur di ranjang, sendirian.

Keesokan harinya, Chao Xing bertemu Li ZhangXun saat sarapan. Pria itu mengenakan kain yang baru meski Chao Xing tidak menemukan adanya perbedaan dengan kain sebelumnya. Selama sarapan, Chao Xing diam-diam melirik Li ZhangXun.

Pria itu makan dengan kepala menunduk saat menggerakkan sumpit ke bawah mulutnya. Ia sedikit mengangkat kain di wajah agar mempermudah suapannya. Gerakannya elegan walaupun sedikit aneh. Sayangnya, Chao Xing tidak pernah melihat apa pun di balik kain hitam itu meski untuk dagunya saja!

Selama festival perayaan ulang tahun Pemimpin Sekte Zhulong Li, Chao Xing jarang bertemu Li ZhangXun karena mereka mempunyai urusan masing-masing. Jadi, Chao Xing menguburkan niatnya untuk melihat wajah pria itu. Ia akan menggali kembali niatnya jika mereka sudah pulang nanti.

***

Tak terasa satu minggu berlalu dan akhirnya Li ZhangXun pamit pulang pada keluarganya. Wen Chen dengan berat hati melepas Chao Xing. Ia belum menceritakan semua rahasia Li ZhangXun pada calon menantunya. Chao Xing hanya tahu bagaimana ketika Li ZhangXun masih kecil.

Li ZhangXun akan merengek saat dia tidak dibelikan mainan. Wen Chen juga memberitahu bahwa Li ZhangXun pernah tersedak mi, membuat mi itu keluar dari hidungnya. Selain itu, Li ZhangXun bukanlah anak yang sempurna. Saat seusia Li XuJun, ia pernah kencing di celana ketika bertemu para tetua, yang mana membuat Chao Xing hampir terbahak-bahak mendengarnya. Dan masih ada beberapa kisah memalukan lainnya, yang bahkan Chao Xing sendiri ikut malu mendengarnya. Dalam hal ini, Wen Chen tidak tanggung-tanggung membeberkan aib anaknya sendiri. Ia malah berkata, "Aku akan menceritakan rahasia yang lain saat kita bertemu lagi," diiringi kikikkan pelan.

Li ZhangXun dan Chao Xing disambut para pelayan serta pengawal saat tiba di Kediaman Li. Seperti biasa, Li ZhangXun tidak begitu menanggapi mereka sedangkan Chao Xing membalas sambutan dengan hangat, serta berterima kasih kepada mereka yang telah menjaga rumah, membuat orang-orang itu terpesona padanya.

Sedangkan Li ZhangXun, ia akan berbunga-bunga ketika Bubu menyambutnya dari halaman kiri. Kemudian, pria itu akan menghilang di balik pintu sambil berbicara pada si anak kucing. Yang bisa Chao Xing dengar hanyalah, "Bubu, kau merindukanku? Mn. Aku juga merindukanmu."

***

Chao Xing menyiapkan makan malam seperti biasa. Akhirnya, setelah beberapa hari makan bersama orang banyak, Chao Xing bisa berdua lagi dengan Li ZhangXun.

Li ZhangXun tidak pernah terlambat datang makan malam. Ketika dia makan, suasana canggung yang tidak pernah dirasakan lagi akhirnya kembali.

Meski Chao Xing tidak bicara, Li ZhangXun memperhatikan gerak-geriknya. Li ZhangXun tahu bahwa Chao Xing akhir-akhir ini sering meliriknya diam-diam.

Mungkin Chao Xing berpikir, tindakannya ini tidak diketahui, tapi nyatanya Li ZhangXun menyadarinya. Tidak tahan untuk berdiam diri dan membiarkan Chao Xing menelitinya lebih jauh, Li ZhangXun bertanya, "Apa yang kau lihat?"

Chao Xing tersedak, tidak menyangka Li ZhangXun menyadari lirikannya. "Sialan! Dia tahu?!"

Li ZhangXun menghela napas. Ia menuangkan air di cangkir Chao Xing. Laki-laki itu dengan kikuk menyambutnya dan segera minum.

Setelah Chao Xing berhenti batuk, Li ZhangXun bertanya lagi, "Ada yang aneh dengan penampilanku?"

Chao Xing menggeleng, "Tidak. Tidak aneh."

"Kau pikir aku tidak sadar akan lirikanmu itu, huh?"

Chao Xing menggigit bibir, "Maaf. Aku membuatmu tidak nyaman."

"Jadi, apa yang sebenarnya yang kau perhatikan?"

"Tidak ada. Sungguh."

Kemudian Li ZhangXun mengeratkan genggamannya pada sumpit. Atmosfer yang santai dan canggung tiba-tiba berubah menjadi dingin. Li Shui dan Li Xue yang selalu berdiri tak jauh dari meja makan segera keluar.

Jantung Chao Xing berdegup kencang. Dia tahu bahwa pria ini mulai marah.

"Aku... Aku hanya penasaran dengan wajahmu," jawab Chao Xing dalam satu tarikan napas. Keringatnya mulai membanjiri punggung.

Li ZhangXun mengendurkan pundaknya, membuat suasana yang mencekam itu perlahan memudar. Chao Xing pelan-pelan bernapas lega.

"Kenapa kau penasaran dengan wajahku? Bukankah kau takut?" Li ZhangXun meletakkan sumpitnya. Ia tiba-tiba merasa kenyang karena topik pembicaraan ini.

Chao Xing tidak menatapnya, "Ya... Aku memang takut, tapi aku juga penasaran. Sepertinya... wajahmu tidak menyeramkan seperti yang rumor katakan," kemudian Chao Xing mengeluarkan kain penutup wajah itu dan mengembalikannya pada Li ZhangXun.

"Ho? Kalau begitu, jangan kencing di celana lagi."

Li ZhangXun berjalan ke meja Chao Xing. Ia berdiri tegap dan tangannya segera meraih dagu Chao Xing yang sedang duduk di lantai.

"Kau yakin ingin melihat wajahku?" tanya Li ZhangXun.

Chao Xing menggigil, tapi rasa penasaran semakin membuatnya bersemangat, "I--Iya!"

Seperti apa wajah Li ZhangXun? Tampan? Cantik? Atau biasa-biasa aja? Apa pun itu, Chao Xing sangat ingin tahu.

"Baiklah kalau begitu..."

Chao Xing tidak berkedip sekali pun saat tangan Li ZhangXun mulai bergerak pada tali kain yang melingkar di kepalanya. Jari-jari yang panjang itu menariknya hanya dengan satu gerakan, yang berarti bahwa kain ini tidak sungguh-sungguh diikat.

Kemudian, kain jatuh dari wajah Li ZhangXun. Mata Chao Xing membelalak saat melihat sepasang mata hitam yang berlubang dan mulut yang terbuka lebar. Kulit wajahnya pucat dan hancur. Banyak darah dan nanah yang keluar dari sana, menetes-netes tanpa henti.

Ini bukan wajah yang cantik atau tampan atau apa pun, tapi wajah hantu yang menyeramkan!

Detik berikutnya Li Xue dan Li Shui mendengar teriakan yang sangat, sangat keras disusul suara tubuh yang jatuh ke lantai. Kedua orang itu segera masuk dan terkejut melihat wajah Li ZhangXun.

"Tuan... Tuan! Anda sudah keterlaluan!" Li Shui memarahi, tapi Li ZhangXun hanya terkekeh saat meraih punggung Chao Xing.

"Sesekali bersenang-senang. Dia mudah digoda," ujar Li ZhangXun mengusap wajahnya sendiri. Ilusi wajah yang menyeramkan itu segera menghilang dari sana.

"Bagaimana jika Tuan Muda trauma?" tanya Li Xue yang mulai khawatir. Sejujurnya, ia merasa kasihan pada Chao Xing yang dijahili seperti ini.

Li ZhangXun mengangkat tubuh ramping itu di kedua tangan, "Biarkan saja. Dengan ini, dia tidak penasaran lagi pada wajahku."

Li Shui kurang senang mendengarnya, "Kenapa Tuan tidak menunjukan wajah Anda yang sebenarnya? Luka-luka itu sudah hilang. Sekarang Anda sudah kembali tampan."

"Aku punya alasanku sendiri," Li ZhangXun berjalan meninggalkan ruang makan.

***

Keesokan harinya, Chao Xing menolak keluar kamar. Ia tidak mau menemui Li ZhangXun meski pria itu mengancam nyawanya. Ia bahkan tidak mau makan malam lagi bersama pria itu. Ketika Li Shui memaksanya, Chao Xing malah semakin memeluk bantalnya sambil bergumam, "Aku ingin pulang! Aku ingin pulang!"

Mau berapa kali Li Shui berkata bahwa itu bukan wajah asli Li ZhangXun, tapi tetap saja membuat Chao Xing ketakutan. Ia tidak berani lagi memikirkan seperti apa wajah Li ZhangXun. Akan lebih baik jika pria itu tidak pernah membuka kainnya!

*****

To be continued...

----------
Duhh kasian sama Chao Xing yang dibully terosss 🤣🤣

Jangan lupa vote dan komentar yaa 😉
Marahin Li ZhangXun. Ntar kebiasaan pula 🤣

Selasa, 23 Juni 2020.
----------

Continue Reading

You'll Also Like

7.8K 788 7
Seri kedua dari Married The Enemy : Rebirth From Hell, yang menceritakan kisah tentang Lu Heng, bawahan Ji Guozhen yang di anggap sebagai saudara dan...
106K 10.8K 56
Novel BxB (yaoi, boyslove, ABO) terjemahan.... Novel ini bukan punya saya, saya hanya menerjemahkan saja, Novel ini saya terjemahan hanya untuk kesen...
1.3M 68.4K 38
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
20.5K 1.4K 35
Author: Catcher A Obat aktif yang memungkinkan laki-laki memperkosa laki-laki dan menyebabkan mereka hamil berhasil dikembangkan. Segera setelah beri...