The Morning Star

By Song_Hua

102K 12.3K 2.5K

[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] Chao Xing tidak ada pilihan lain selain setuju ak... More

PENTING SEBELUM MEMBACA!!!
Chapter 1: Kedatangan Dua Kultivator Mencurigakan
Chapter 2: Lawan Aku
Chapter 3: Kediaman Li
Chapter 4: Pengawal Baru dan Pohon Kebahagiaan
Chapter 5: Makan Malam
Chapter 6: Sandiwara adalah Keahliannya
Chapter 8: Kota Besar Taiyang
Chapter 9: Ujian
Chapter 10: Ujian Akhir
Chapter 11: Tabib dan Undangan
Chapter 12: Rumah yang Besar
Chapter 13: Ulang Tahun Pemimpin Sekte
Chapter 14: Wajah Li ZhangXun
Chapter 15: Patah Hati
Chapter 16: Mabuk dan Candu
Chapter 17: Festival Perahu Naga
Chapter 18: Malam yang Menyiksa
Chapter 19: Ketakutan
Chapter 20: Hukuman yang Pantas
Chapter 21: Tipuan
Chapter 22: Hukuman Lagi
Chapter 23: Keinginan yang Sederhana
Chapter 24: Mulai Bercerita
Chapter 25: Hutan Shemu
Chapter 26: Awan Putih, Langit Biru
Chapter 27: Di Kelas
Chapter 28: Qing Er
Chapter 29: Musim Gugur
Chapter 30: Pengobatan
Chapter 31: Lili Laba-Laba Merah
Chapter 32: Penjemput
Chapter 33: Bingung
Chapter 34: Waktu Berlalu Begitu Cepat
Chapter 35: Keluarga Kecil
Extra Chapter: Bagaimana Jika...

Chapter 7: Ucapan Terima Kasih

2.5K 436 73
By Song_Hua

Chapter 7

Ucapan Terima Kasih

*****

Li Huan bersuara saat tiba di ambang pintu, "Chao Xing, aku masuk."

"Ya," sahut seseorang dari dalam rumah.

Li Huan datang tepat saat Chao Xing sedang sarapan. Ia meletakkan sebuah pedang ke atas meja, membuat alis Chao Xing terangkat.

"Pedang siapa ini?"

Li Huan duduk di hadapan Chao Xing, "Pedang dari ZhangXun. Untuk sementara, dia meminjamkan satu padamu. Setelah hukumanmu berakhir, kita akan ke pandai besi untuk membuat pedang khusus," jelasnya sambil mengambil mangkuk nasi dan beberapa lauk, seolah-olah ini adalah makanannya.

Chao Xing mengabaikan sikap seperti itu. Mungkin bagi beberapa orang, memang tidak sopan tindakan Li Huan yang seenaknya saja masuk dan makan tanpa dipersilakan, tapi bagi Chao Xing, dia menganggapnya biasa saja karena Li Huan adalah temannya. Dengan Li Huan yang seperti ini, justru malah membuat Chao Xing semakin akrab dengannya.

Chao Xing menatap pedang itu. Sarungnya terbuat dari logam hitam yang terdapat ukiran naga emas yang melilitnya. Gagang dari pedang itu sendiri adalah kepala naga yang memiliki mata merah menyala terbuat dari batu delima. Ketika Chao Xing mengangkatnya, pedang itu sedikit berat. Ada bunyi yang bisa membuat gigi ngilu saat pedang itu ditarik keluar.

"Ini... pedang yang bagus. Li ZhangXun tidak perlu meminjamkan pedang sebagus ini," gumam Chao Xing, terpana pada bilah pedang yang mengkilap, memantulkan bayangannya seperti cermin.

"Dia masih banyak pedang yang lebih bagus dari ini," Li Huan mengunyah makanannya sambil memperhatikan Chao Xing yang sedikit menggoyangkan pergelangan tangan saat menggenggam pedang.

"Aku harus berterima kasih padanya," Chao Xing meletakkan pedang itu kembali ke tempatnya kemudian melanjutkan makan.

"Omong-omong," Li Huan menelan nasinya, "kudengar semalam kau pingsan. Lagi?"

"Oh... Iya. Aku pingsan," jawab Chao Xing pelan. Jujur saja, dia malu mengakui kalau dia pingsan karena bertemu Li ZhangXun.

"Kau baik-baik saja? Aku bisa meminta tabib untuk memeriksamu."

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Aku sehat," Chao Xing menggigit bibir, diam sejenak.

Li Huan berpikir sebentar kemudian berkata sambil menatap Chao Xing dengan mata sayu dan senyum menyebalkan, "Jangan bilang kau pingsan karena ketakutan pada Li ZhangXun?"

Chao Xing terkesiap, wajahnya memerah. Li Huan yang yakin dugaannya adalah benar, langsung terbahak.

"Kupikir... kau tidak takut pada ZhangXun lagi karena kau sudah berani melawannya!" Li Huan memukul meja makan.

Chao Xing merengut, "Tidak lucu, Li Huan!"

"Tentu saja lucu. Lucu! Hahahaha! Chao Xing, kau memang menggemaskan!"

Chao Xing semakin marah. Ia menjulurkan kaki di bawah meja, hampir membuatnya terbaring di lantai hanya karena ingin menyentak kaki Li Huan. "Cukup! Kau tidak kuizinkan makan di sini kalau terus mengejekku!"

Li Huan mendapat tendangan di perut, membuatnya tersedak. Kaki Chao Xing muncul dari bawah meja. Ada timbul pikiran jahil saat tahu bahwa kaki Chao Xing tidak mengenakan alas kaki. Jadi, kesempatan inilah diambil Li Huan untuk menyambar sebelah kaki itu dan menggelitik telapak kaki Chao Xing yang putih. "Dapat kau!"

Kerutan di wajah Chao Xing berangsur menghilang, digantikan oleh senyuman yang tak tertahankan ketika rasa geli menyerang kaki kanannya. Chao Xing akhirnya tertawa dan terlentang dengan pasrah di lantai. "Li Huan... Li Huan... Berhenti! Ahahahaha!"

Li Huan ikut tertawa dan semakin menggelitik kakinya. Chao Xing menendang-nendang, berusaha melepaskan diri dari Li Huan tetapi tidak bisa karena cengkraman pria itu lebih kuat.

Sebelah kaki Chao Xing yang satunya juga ikut menendang dan Li Huan juga menggelitiknya. Alhasil, Chao Xing terbahak sambil berguling di bawah meja, membuat meja bergetar.

Rasa geli itu bukannya hilang, malah semakin bertambah. Chao Xing berjuang untuk lepas. Kakinya terhentak-hentak di bawah meja. Dan akhirnya, makanan di atas meja tumpah, bahkan sampai jatuh ke lantai.

Li Huan berhenti setelah melihat kekacauan ini dan bergumam, "Oh, tidak..."

Sementara itu, Chao Xing terbaring lemas di lantai dengan napas terengah. Sudah lama dia tidak tertawa terbahak-bahak seperti tadi. Jadi, itu membuatnya kelelahan.

Rasa geli Chao Xing menghilang ketika merasa kedua lututnya berkedut nyeri akibat menghantam bagian bawah meja dalam upayanya untuk meloloskan diri. Ia perlahan duduk lalu membelalak ketika melihat Li Huan yang sedang merapikan meja makan.

Chao Xing kembali mengerutkan dahi, "Lihat apa yang sudah kau perbuat!"

"Aku akan meminta Li Shui membuatkan ulang," kata Li Huan meletakkan piring dan mangkuk di meja. "Shui! Shui, kemari. Bersihkan ini dan buatkan sarapan yang baru."

Li Shui yang menunggu di luar rumah segera masuk, "Baik."

Chao Xing kehilangan selera makan. Dengan ketus, dia berkata, "Sudahlah. Lupakan. Aku sudah kenyang."

Chao Xing ingin membantu Li Shui, tapi Li Shui segera mencegahnya, "Biarkan saya saya yang membereskan."

"Aku ingin membantu. Lagipula, ini karena kesalahanku," kemudian Chao Xing melemparkan tatapan tajam pada Li Huan, mengingatkan pria itu bahwa ini semua salahnya.

Li Huan pura-pura tidak melihat dan bersiul, masang tampang bodohnya.

"Tuan Muda, ini adalah tugas saya. Biarkan saya yang melakukannya sendiri," kata Li Shui tersenyum lembut.

Chao Xing akhirnya tidak memaksa diri untuk membantu setelah Li Shui mengucapkan itu. "Baiklah... Terima kasih, Li Shui."

Chao Xing masih duduk di tempatnya, bergeser ke sudut dinding agar Li Shui bisa bergerak sedikit bebas. Chao Xing meringis saat lututnya kembali berdenyut. Sambil mengusap lututnya selembut mungkin, Chao Xing menarik jubah bagian bawahnya sampai ke atas lutut.

Li Huan mendekatinya, "Ada apa?..."

Lalu Li Huan mengatupkan mulut rapat-rapat karena tidak sengaja melihat betis dan kaki di hadapannya yang mulus tanpa rambut lebat sedikit pun. Kaki itu seindah dan sebening batu giok. Sayang, putihnya kaki itu sedikit terganggu karena ada warna merah di kedua lutut.

"Kau baik-baik saja?" tanya Li Huan, sedikit ragu mendekati Chao Xing.

Chao Xing masih mengusap lututnya. Nada bicaranya terdengar lembut, tapi bibirnya sudah melengkung ke bawah karena cemberut, "Iya. Hanya sakit sedikit."

"Maafkan aku," ujar Li Hujan sungguh-sungguh.

Chao Xing menoleh ke arahnya. Li Huan sekarang tertunduk, tidak berani mengangkat kepala karena rasa bersalah. Chao Xing menghela napas sesaat kemudian. Pria ini, meski menyebalkan, dia tidak serius menindas Chao Xing. Ia hanya ingin bersenang-senang, yang salah satunya yaitu menggoda dan mengganggu Chao Xing. Jika candaannya sampai membuat Chao Xing menderita, Li Huan akan segera meminta maaf.

Chao Xing perlahan tersenyum, "Sudah, sudah. Kau jelek kalau memasang wajah seperti itu."

Sebenarnya, jika melihat Li Huan yang menunduk seperti ini, mengingatkan Chao Xing pada Pei Pei, anak anjing peliharaan tetangganya yang lucu dan menggemaskan.

Chao Xing segera berdiri sambil merapikan jubahnya, "Ayo, kita latihan. Ajari aku terbang."

Mendapat senyuman dari Chao Xing, Li Huan juga ikut tersenyum, "Baiklah. Ikut aku."

Kedua laki-laki itu segera menuju halaman belakang untuk berlatih.

***

Ketika sore menjelang, Li Huan dan Chao Xing menyudahi latihan mereka hari ini.

Tapi, ada rada tidak puas di hati Chao Xing, "Kenapa kau tidak mengajarkan aku caranya naik ke pedang terbang?"

Li Huan menatapnya dengan malas, "Apa kau tadi sudah bisa mengayunkan pedang dengan benar?"

Chao Xing menggeleng.

"Apa kau tadi bisa membuat pedang terbang?"

Chao Xing menggeleng lagi.

"Aku kau sudah cukup berkonsentrasi?"

"..."

"Apa kau sudah--"

"Belum," jawab Chao Xing cepat. Dia cemberut.

"Kalau begitu, kau belum siap, Muridku," Li Huan menepuk kepala laki-laki yang lebih pendek darinya ini dengan senyum polos yang dibuat-buat.

"Murid?" Chao Xing meliriknya, semakin sebal.

"Oh, jelas. Aku, kan, gurumu sekarang. Panggil aku Shifu*."

(*Shifu = Guru.)

Chao Xing melipat kedua tangan, tanpa sadar mengembungkan pipi dan menaikkan sedikit kedua pundak, membuatnya terlihat menggemaskan.

Li Huan tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi bulat itu. Ia terkekeh, "Menggunakan pedang tidak semudah yang kau kira. Kalau kau sudah menguasai teknik dasarnya, kau harus mendekatkan diri pada pedang. Pedang sihir itu punya jiwa, jadi kau tidak bisa sembarangan berbuat seenaknya."

Chao Xing mengabaikan Li Huan yang mencubit pipinya. Dia hanya menjawab, "Hm," pelan.

Li Huan melepaskan cubitan itu, meski di dalam dirinya ada dorongan untuk mencubit pipi Chao Xing lagi dan lagi. "Sekarang bersiaplah untuk makan malam. Jangan pingsan lagi."

Mengingat ini, ekspresi Chao Xing mengendur. Dia kembali takut, tapi berusaha tegar. "Oh, iya. Di mana dapur yang digunakan untuk memasak makanan Li ZhangXun?"

"Di bangunan utama," jawab Li Huan santai.

Omong-omong, Chao Xing belum pernah menginjakkan kaki ke bangunan utama yang besar dan bertingkat tiga itu. Jadi, rasa penasaran dan tidak sabar meningkat di hatinya.

"Ayo," Chao Xing menarik tangan Li Huan keluar dari halaman belakang menuju jalan setapak yang mengarah ke bangunan utama.

"Memangnya ada apa?" Li Huan bingung.

"Aku ingin berterima kasih pada Li ZhangXun yang telah meminjamkan aku pedang," ujar Chao Xing tersenyum tipis. "Aku ingin memasak makan malam untuknya."

Kedua mata malas Li Huan terangkat, menjadi lebih cerah. Cahaya mentari sore memantul di mata emasnya. Ia bergumam, "Kau... Kau yang memasak?"

"Mn," jawab Chao Xing sambil mengangguk yakin.

Senyuman Li Huan merekah. Kini, ia yang menarik tangan Chao Xing, "Kalau begitu, ayo! Buatkan aku juga. Aku suka masakanmu."

Chao Xing terkekeh, "Seharusnya kau bilang dari awal kalau kau suka masakanku. Kalau begitu, untuk sarapan dan makan siang, aku yang masak. Bagaimana?"

Senyuman Li Huan merekah, "Serius? Benarkah?"

Chao Xing tersenyum sombong, "Sepertinya kau menyukai masakanku ya?"

"Tentu saja. Ingat kemarin aku makan bersama keluargamu di rumah orang tuamu? Bukankah sebagian besar kau yang memasak? Itu sangat enak!"

"Terima kasih."

Akhirnya ada yang bisa dibanggakan Chao Xing meski kultivasinya jelek. Siapa sangka, ada yang menyukai masakannya selain keluarganya sendiri. Oleh karena itu, Chao Xing semakin sombong. Ia berjalan dengan tegap dan membusungkan dada sambil, "Hehehehehe," tanpa henti seperti seorang juru masak yang profesional.

Halaman belakang tidak hanya terhubung dengan halaman kanan, tetapi juga terhubung dengan bangunan utama. Jadi, dari pintu belakang, Chao Xing sudah tiba di dapur. Ia membelalak ketika melihat dapur yang sangat besar seperti halaman rumah orang tuanya. Dapur ini terlihat nyaman dan rapi. Ada banyak bahan makanan dan peralatan memasak yang lengkap disusun sedemikian rupa di dinding, rak, serta lemari. Ada 5 orang berada di dapur, sedang memasak. Mereka adalah pelayan-pelayan yang belum pernah ditemui Chao Xing.

"Ini... dapur yang indah," puji Chao Xing. Matanya berbinar.

Dapur seperti ini adalah dapur impiannya!

Melihat ada yang datang, pelayan-pelayan itu segera menghentikan aktifitas mereka sejenak. Mereka segera berbaris di hadapan Li Huan dan Chao Xing untuk memberi salam.

"Selamat sore, Saudara Huan, Tuan Muda Chao," kata mereka serempak.

Li Huan mengangkat tangannya tanpa mengucapkan kata-kata, jelas menunjukkan mereka bahwa pangkatnya jauh lebih tinggi. Berbeda dari Li Huan yang sok angkuh, Chao Xing tersenyum kepada mereka dan memberi salam.

"Selamat sore, semuanya. Ini adalah pertama kali kita bertemu. Senang bertemu dengan kalian," Chao Xing tersenyum lembut, melemparkan senyuman menawannya yang memikat hati.

Para pelayan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan itu langsung jatuh cinta pada Chao Xing.

Li Huan berdeham, merasa kurang senang melihat bawahannya ini memandang ke arah Chao Xing dengan terpesona. "Kalian, bubar. Lakukan sesuatu selain di dapur."

Seorang pelayan yang tersadar dari hipnotis Chao Xing segera mengerjap, "Tapi, Saudara Huan..."

"Tuan Muda Chao ingin memakai dapur ini," kata Li Huan sebal.

"Li Huan, tidak perlu sampai mengusir mereka," Chao Xing tersenyum lagi ke para pelayan. "Bagian makan malam untuk Li ZhangXun biarkan aku saja yang membuat, ya?"

Para pelayan dibuat jatuh cinta lagi. Wajah mereka berseri-seri sambil mengiyakan ucapan Chao Xing tanpa pikir panjang.

Li Huan kebetulan melihat ada sebuah sapu di dekatnya. Ia mengambil sapu itu kemudian mengibaskannya di bawah kaki para pelayan seperti mengusir kucing liar. "Bubar, bubar. Hush!"

Para pelayan segera bubar, kembali ke tempat masing-masing.

"Chao Xing, kau ingin membuat apa?" tanya Li Huan melihat Chao Xing menggulung rambutnya dan melepas jubah bagian luar.

"Apa makanan kesukaan Li ZhangXun?" Chao Xing mengeluarkan tali wol untuk mengikat lengan pakaiannya yang panjang ke belakang, menjadikannya lebih pendek sehingga dia bisa lebih leluasa untuk bergerak.

Li Huan segera memberitahu dan Chao Xing mendengarkan jawabannya dengan seksama, tidak memperhatikan bagaimana ekspresi pria itu karena dia sudah sibuk mengeluarkan alat dan bahan dengan cekatan.

Li Huan segera menawarkan diri untuk membantu memasak. Chao Xing dengan senang hati menerima bantuannya meski Li Huan kadang bingung apa yang harus dilakukan.

Di tengah-tengah sesi memasak, Li Huan berkata, "Memasak ternyata menyenangkan. Chao Xing, bagaimana kalau kau mengajariku memasak?"

Senyuman Chao Xing menjadi cerah, "Dengan senang hati! Kalau begitu, panggil aku Shifu," ia menepuk dadanya sendiri dengan elegan tapi sebenarnya dia sedang menyombong.

Li Huan ingin protes akan hal ini. Akhirnya Chao Xing bisa membalas kata-katanya. Kemudian, Li Huan menghela napas yang pura-pura terpaksa kemudian ia tersenyum, "Baik. Kau Shifu-ku saat di dapur, tapi saat di halaman, aku Shifu-mu."

Chao Xing terkikik, menunjukkan deretan giginya yang putih, "Baik," kemudian beralih pada tangan Li Huan. "Ah, itu harus terus diaduk."

Li Huan kembali mengaduk sup dan Chao Xing menambahkan bumbu-bumbu yang tidak diketahui Li Huan ke dalam sup. Setelah beberapa saat, Chao Xing mengambil sendok sup dari tangan Li Huan. Ia menyendok sedikit sup itu dan meletakkannya di piring tembikar berukuran kecil untuk mencicipi rasa sup krim kental tesebut.

Chao Xing menyodorkan piring itu pada Li Huan, "Bagaimana rasa yang ini? Sudah pas?"

Li Huan memegang tangan Chao Xing untuk meletakkan tepi piring ke bibirnya. Rasa gurih segera menyerang lidah saat sup itu masuk ke mulutnya. "Mmm... Ini enak! Rasanya sudah pas."

"Benarkah?" Chao Xing tersenyum. "Kau yakin, Li ZhangXun menyukai ini?"

"Mn. Pasti dia suka," Li Huan juga ikut tersenyum, menyakinkan Chao Xing.

Para pelayan yang sedari tadi merasakan atmosfer aneh di antara keduanya tidak tahan untuk tidak ke sudut dapur, untuk berbisik-bisik dengan ribuan pertanyaan di kepala mereka.

"Hei, hei. Apa aku saja yang merasa, atau keduanya memang mesra?"

"Sejak kapan mereka akrab begini?"

"Kudengar mereka teman dekat. Jadi wajar kalau mesra?"

"Kalian berlebihan. Bukankah kalian seperti itu juga ketika memasak dan mencicipi makanan?"

"Ini jauh berbeda. Coba kau lihat Suadara Huan. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, bukan?"

"Mn, mn! Kau benar."

Meski ada orang yang saling berbisik di belakang, Chao Xing maupun Li Huan tidak memperhatikan sekitar. Mereka terlalu fokus untuk memasak.

Sekitar satu jam lebih, makan malam pun siap dihidangkan. Li Huo sempat terkejut ketika melihat bahwa Chao Xing-lah yang memasak, tapi laki-laki itu tidak banyak berkomentar dan segera mengantarkan makanan ke meja Li ZhangXun. Sementara makanan disajikan, Chao Xing mengganti pakaian.

Memang Chao Xing masih takut untuk menghadapai Li ZhangXun, tapi mengetahui bahwa masakannyalah yang dihidangkan, Chao Xing menjadi percaya diri. Rasa takutnya benar-benar menghilang. Sekarang, dia tidak lagi membayangkan sosok iblis yang sedang menunggu untuk membunuhnya, melainkan sosok seorang juru masak dari luar negeri yang datang untuk menilai makanannya.

Jadi, kali ini Chao Xing duduk dengan tenang di hadapan Li ZhangXun, nyaris tidak bisa menahan senyumannya untuk terkekeh-kekeh seperti orang gila. Dalam hatinya, dia berseru, "Akan kubuat kau jatuh cinta dengan masakanku!"

Setelah mempersilakan calon suaminya makan, Chao Xing diam-diam meliriknya.

Li ZhangXun sempat memandang hidangan di depannya sambil berpikir, ini semua makanan kesukaannya. Ia segera mengambil mangkuk sup dan meminumnya.

Selang sedetik kemudian, Chao Xing mendengar erangan dari Li ZhangXun. Aura yang mendominasi dan menyeramkan itu berubah total menjadi lembut. Kedua pundak Li ZhangXun merosot dengan tidak berdaya. Ia bahkan merasakan tubuhnya meleleh seperti telur setengah matang yang sedang dimakannya sekarang.

Chao Xing terkejut luar biasa menyaksikan ini, begitu juga Li Shui dan Li Xue yang masih ada di ruangan.

Bagaimana mereka tidak terkejut kalau sosok yang menyeramkan, yang kasar, yang terkenal sadis, yang misterius, yang mendominasi, bisa dilumpuhkan hanya dengan makanan?!

Aura yang semula berwarna hitam pekat berubah menjadi merah muda yang lembut, selembut bunga yang bermekaran di musim semi.

Chao Xing hampir tidak bisa menahan tawa.

Akhirnya dia tahu cara untuk menaklukkan Li ZhangXun!

Entah sudah berapa kali Chao Xing mendengar erangan dan gumaman dari pria ini. Yang jelas, Li ZhangXun sangat menikmati makanannya. Makan malam kali ini berjalan dengan sangat lancar.

Selesai makan, Chao Xing kembali ke halaman kanan sendirian tanpa Li Shui, karena ia meminta laki-laki itu untuk memberikan makanan yang sudah ia masak untuk Li Huan. Sambil berjalan, Chao Xing hampir melompat-lompat karena rasa senang.

Menyerah untuk menahan perasaannya, Chao Xing akhirnya tertawa terbahak-bahak.

"Muhahahahaha!"

Dua malam yang lalu, dia menangis. Kemarin malam, dia pingsan. Malam ini, dia tertawa-tawa. Kalau malam besok, apa yang akan terjadi?

*****

To be continued...

----------
Maapkan kelakukan absurd Chao Xing 🤣

Ini chapter 7, jadi bolehkah aku minta 7 komentar dan votenya? 😉

Besok lanjut lagi kalo syaratnya tercapai 😆

Terima kasih~

Kamis, 11 Juni 2020.
----------

Continue Reading

You'll Also Like

7.7K 778 7
Seri kedua dari Married The Enemy : Rebirth From Hell, yang menceritakan kisah tentang Lu Heng, bawahan Ji Guozhen yang di anggap sebagai saudara dan...
666K 113K 88
[BL TERJEMAHAN] [TERJEMAHAN MANUAL] [BAHASA INDONESIA] Judul Asli: 重生豪门总裁的O妻 Author: Hanmen Yatou Genre: BL, Mpreg, Omegaverse, Transmigrasi, Terjema...
39.1K 3.7K 13
Ji Yan dan Yang Lin sama-sama berasal dari keluarga kaya terkenal di kota Y. Keduanya merupakan teman masa kecil sejak mereka lahir. Siapa sangka ket...
147K 15.8K 31
Di umurnya yang ke 17 tahun, Hayashi Natsume yang telah kehilangan ibu serta kakak laki-laki harus tinggal di desa kelahirannya lagi bersama kakek da...