Kumpulan Cerpen

By MarentinNiagara

102K 6.8K 1.9K

šŸ‘‹šŸ‘‹ Hi haii šŸ‘‹šŸ‘‹ berjumpah lagi kita šŸ’‹šŸ’‹ Bosen sama cerita panjang kek sinetron??? šŸ¤”šŸ¤” Lebih suka nonton f... More

šŸ’ Menantu Idaman Ummi ??
šŸ’ Aku Tikung Kau diSepertiga Malam
šŸ’ Perempuan disarang Penyamun
šŸ’ Cucu untuk Ibu
šŸ’ Semburat Bianglala di Puncak Rembangan
šŸ’ Cinta dan Setir Bundar
šŸ’ The Apple Of My Eyes
šŸ’ Istri Untuk Suamiku
šŸ’ Senja di Atas Kereta
šŸ’ Cintaku dan Duri Ikan
šŸ’ Boneka Cinta dari Arosbaya
šŸ’ Rona Lima Warna
šŸ’ Pembantu Baru Ibu
šŸ’ Keluarga Dokter
šŸ’ Bully
šŸ’ Jodoh Pasti Bertemu
šŸ’ Pasangan Sejiwa
šŸ’ Heal Your Heart
šŸ’ Surgaku, Dunia Akhirat
šŸ’ Pelabuhan Terakhir
šŸ’ Aku Cinta Ibu
šŸ’ Tiba-tiba, Kita?
šŸ’ Bidadari Terakhir
šŸ’ Sein Kiri Belok Kanan
šŸ’ RESTU
šŸ’ Selamat Datang Cinta
šŸ’ Memantaskan Diri?
šŸ’ Balada Cinta Bangsawan Andi
šŸ’ Mantan TKW (1)
šŸ’ Bianglala Senja
šŸ’ Radio Amatir
šŸ’ Why never be Honest?
šŸ’ Mantan TKW (2)
šŸ’ Maaf, Aku tak Memilihmu
šŸ’ UTANG
Berdamai dengan Masa lalu (1)
Berdamai dengan Masa Lalu (2)
šŸ’ Ndanda, Aku kangen!

šŸ’ I Long For You, Frian Ardiera

1.3K 134 6
By MarentinNiagara

A story by @PlanetPulu

✏️✏️

Disaat itu aku memliki seseorang yang dapat membuatku tertawa, menangis, merasakan dunia ini hanya milikku dan melupakan setiap masalah yang aku hadapi.

Saat itu, dialah orang yang selalu ada untukku, apa pun situasi yang kuhadapi. Dia selau membantuku saat aku putus asa karena kehilangan arah dan tujuan hidupku, saat aku frustasi dengan setiap keadaan yang kudapatkan. Dia adalah orang yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun, tidak akan pernah walaupun penggantinya memiliki kekayaan yang berlimpah bahkan memiliki paras yang rupawan atau bagaimanpun wujudnya, orang itu tidak akan pernah bisa menggantikannya.

Hari demi hari sudah aku lewati tanpanya, hidupku sudah sangat tidak baik lagi saat ini. Seperti mati rasa perasaan di kehidupanku ini, hati yang lemah ini sudah membeku layaknya seseorang yang dikecewakan oleh orang orang di sekelilingnya, serta tidak ada lagi tawa ceria diriku yang kudengar dari telingaku sendiri.

Di hari minggu pagi ini, sebuah keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing. Sang pemimpin keluarga ini sibuk dengan koran serta secangkir kopi di hadapannya, sang pendamping pemimpi keluarga ini pun sibuk menyiapkan sarapan untuk kedua anaknya yang ia sayangi dan di sana juga terlihat anak perempuan yang sedang meminum susu coklat kesukaannya.

"Pagi cewek." Suara anak laki-laki dari pasangan suami istri tersebut terdengar menyapa adik kesayangannya.

"Genit banget sih! Heran." Cemberut adik perempuannya.

Aku adalah Fianisya Armeira. Yang memiliki kakak laki-laki yang bernama Frian Ardiera. Kami adalah kakak beradik yang sangat kompak, menjaga satu sama lain, serta senantiasa membantu kesulitan satu sama lain. Kami juga pernah beranggapan bahwa kami tidak akan pernah terpisahkan bagaimanapun caranya serta bagaimanapun keadaannya. Sudah semestinya anggapan kami itu menjadi contoh untuk kakak beradik lainnya.

Frian, laki-laki yang menganggap aku sebagai separuh dari bagian hidupnya, ia sendiri berjanji pada dirinya bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan aku yang berperan sebagai adik kesayangannya serta dia akan selalu ada apapun suasana yang aku hadapi baik itu bisa membuat ku sedih ataupun gembira.

"Kak, duduk sini deh kak. Liat deh, menurut Fia ini gak ada bagus-bagusnya," ucapku kecewa. Tapi aku heran karena kakakku tidak marah saat aku menunjukkan nilai raport ku yang tak memuaskan itu. Ia malah melangkah meninggalkan meja makan menuju ke lantai dua. Aku mengikuti langkahnya, karena seperti itu lah aku ketika memberitahunya suatu kejadian dan ia malah memilih pergi, sudah pasti aku akan mengikutinya.

Ternyata ia menuju ke kamarnya, aku tetap mengikuti nya. Dia duduk di sudut tempat tidurnya sedangkan aku masih saja berdiri di depan pintu kamar yang sudah tertutup ini.

"Sini deh, duduk dekat Kakak." Ajaknya.

"Nilai kamu standart untuk orang seperti kamu, orang yang jarang belajar dan lebih memilih untuk main bareng kakak dan temen kakak. Ini udah bagus, hanya saja kamu harus tingkatkan lagi kinerja belajar kamu, terapkan metode yang gak buat kamu bosen Fi. Kalau kamu bosen atau ngerasa kesulitan kamu bisa minta bantuan kakak. Kakak bakalan ada buat kamu Fi, percayakan?" aku diam tak membalas perkataanya. Dia benar-benar orang yang selalu ada untukku apapun situasinya.
Di Senin pagi terdengar teriakan dari dalam rumah ini.

"Fia ... ayo berangkat. Nanti kamu telat loh." Suara teriakan itu berasal dari ruang depan yang terdengar hingga kamarku. Itu suara kak Frian.

"Iya bentar Kak. Dikit lagi selesai," ucapku tak kalah kuat.

Tak lama kemudian aku pun keluar dari kamarku menuju sumber suara yang memanggilku dengan suara teriakannya tadi.

"Hayuk." Ajakku kepada kakak kesayanganku ini.

"Kamu lama banget sih. Nanti kamu telat yang disalahkan kakak bilangnya Kakak sih bawa motornya kurang ngebut, padahal Kakak mah udah ngebut." Omelnya.

"Dih ngomel, kayak ibu-ibu kost yang uang kost nya belom dibayar tau Kak." Ledekku.

"Udah ayo berangkat, ntar kamu beneran telat," geramnya.

Kami berdua pun langsung saja bergegas berangkat meninggalkan rumah bak surga ini. Apakah pembaca disini merasa aku dan kakakku kurang ajar atau tidak menghargai orang tua kami karena kami tidak berpamitan dengan mereka? Akan ku perjelas, orang tua kami sudah sibuk dengan dunia kerjanya masing-masing, bahkan mereka pergi lebih pagi dari pada kami yang berkegiatan menuntut ilmu di perguruan kami masing-masing.

Saat telah tiba di depan gerbang sekolahku.

"Nanti jangan lupa makan siang ya, kayaknya nanti Kakak gak bisa jemput kamu. Kakak bakalan suruh Dippo yang jemput kamu soalnya jadwal dia kosong pas siang nanti. Oke?" ucap kak Frian sambil memperlihatkan cengiran khas nya yang menampakkan lesung di pipi sebelah kirinya.

"Kenapa harus kak Dippo sih kak? Gak ada kandidat lain yang bisa jemput aku? Jangan kak Dippo dong kak. Aku ngerasa aneh kalau dia yang jemput, diliatin terus sama anak-anak disini," rengekku.

"Ya gak papa dong, malah bagus kan? Jadi makin banyak yang tau kamu," ucapnya enteng.

"Ish Kakak mah," kesalku. Tapi dia tidak memperdulikan rengekanku bahkan perkatanku tadi. Dia memang seperti itu, apa yang dia perintahkan itulah yang akan dijalankan.

"Udah masuk sana, nanti kak Dippo yang jemput. Bye bye adekku," ucapnya lagi sambil meghidupkan mesin motor hijau kesayangannya yang bersiap untuk pergi.

Sekarang aku disini tepat di depan pintu kamarnya. Sebuah ruangan yang selalu jadi tempat favorit ku saat aku sedang putus asa, sedih bahkan senang karena hasil ujianku ataupun karena kejadian lainnya. Kamar dengan pintu abu-abu yang bertuliskan nama pemiliknya serta sedikit quotes yang berbunyi "PATAH HATI, PATAH TULANG, PATAH APAPUN ITU GAS AJA. DUNIA KEJAM!!!" Aku tersenyum memandangi tulisan di pintu itu. Kuraih gagang pintu dan membukanya. Isi ruangan tersebut masih sama, sama persis seperti saat pemiliknya masih menempati tempat ini. Semuanya barang-barang di ruangan ini masih tersusun rapi bahkan koleksi AVENGERS nya pun masih berada di tempat yang sama. Hanya saja suasana saat ini yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, sangat-sangat berbeda bahkan. Ruangan ini membuat dada ku sesak sampai aku benar-benar kesulitan untuk bernafas, jantung kecil ku terus berdetak sangat cepat saat aku melihat gambar diri seseorang yang paling aku sayangi melebihi apapun. Foto dengan tanda tangan sang pemiliknya dan juga tulisan 'Frian Ardiera'.

"Kak, aku kangen," lirihku.

"Fi ... liat deh ini, tuh ... Kakak punya koleksi Thor yang baru dong ... " ucap kak Frian dengan bangganya.

"Dih Kakak mah koleksi mulu yang dilengkapi. Adiknya gak diperduliin." Ucapku

"Lah, cemburu dia. Ini cuman pajangan kan, Fii. Nanti juga kalau kita gak punya uang atau butuh uang mendadak kita bisa jual ini gak perlu minta sama mama apa lagi sama papa, " ucapnya sambil tertawa kecil.
Otakku berpikir dan benar juga apa yang diucapkan kakak kesayanganku ini.

"Udah gak usah dipikirin. Pusing ntar." Ledeknya,yang mengetahui kalau aku memikirkan itu.

Kenangan demi kenangan terus berputar di otakku. Hingga kenangan terakhir saat aku bersama dengan nya.

Riwuh suara khas jalanan terdengar jelas di telinga saat aku melewati jalanan ramai ini. Tapi jalanan ini lebih ramai dari biasanya. Ada suatu sisi jalanan yang dikerumuni banyak orang. Aku terus bertanya-tanya ada apa disana? Kenapa banyak sekali orang berkumpul? Apa mereka sedang berorasi? Atau ada artis yang sedang menyamar menjadi pengemis? Dengan keyakinan penuh, aku melangkahkan kaki ku menuju ke kerumunan itu. Menerobos orang-orang hingga aku bisa melihat jelas apa yang sedang mereka kerumuni.

Hal pertama yang aku lihat adalah kumpulan darah kental yang terus mengalir dari kepala seseorang yang tergeletak di tempat ini, tanpa satu orang pun yang menyentuhnya. Mereka hanya menontoni hal yang menurut mereka menarik dan memperihatinkan ini. Air mataku menetes dengan deras dan aku dengan sigap langsung menempatkan tubuhku tepat disamping orang tersebut.

"Kak ... Kakak ... Kak. Bangun Kak!" ucapku sambil menangis tak tertahankan.
Darah terus saja mengalir saat aku memegangi bagian kepalanya.

"Kakak bangun ... Kak. Kakak." Tangisku pecah.

Kulihat orang di sekeliling ini. "Tidak adakah yang sejak tadi menolong kakakku untuk segera ke rumah sakit? Apa kalian manusia? Dimana belas kasihan kalian? TOLONG CEPAT TELEPONKAN AMBULANS!! SAYA MOHON CEPAT TELEPON AMBULANS!!!" Teriakku kepada siapapun yang mau mendengarkanku.

Kenangan terus berputar, hingga tangisku tak tertahan lagi.

Tangan nya meraih wajahku dengan kesadaran nya yang aku rasa sudah hampir habis.

"Fia, Kakak gak papa. Jangan nangis gitu. Jangan cengeng. Kakak gak papa Fi ... " ucapnya susah payah.

Aku tidak sanggup membalas perkataanya. Aku hanya bisa membalasnya dengan pelukanku yang rasanya aku tidak ingin melepaskannya. Dan akhirnya ambulans datang. Dengan sigap para petugas langsung membawa kakakku masuk ke ambulans yang segera menuju rumah sakit. Di dalam perjalanan, kakak ku Frian masih bisa tersenyum sambil menggenggam tanganku. Dia seperti mengirimkan energi yang dia punya agar aku tidak lemah karena kejadian ini.

"Kakak gak papa Fi. Kakak gak papa," ucapnya lemah.

Tangisku semakin pecah hingga tubuhku tergerak untuk memeluk tubuh lemahnya ini.

"Jangan nangis. Kakak pasti bakalan tetep sama kamu. Kakak janji." Ucapnya tepat di telingaku.

Hingga alat deteksi jantung yang dipasang oleh petugas rumah sakit tadi berbunyi dan menampilkan gambar garis lurus. Rasanya nyawaku seperti tidak berada di tubuhku lagi dan dibawa pergi oleh malaikat. Aku berteriak histeris memanggil namanya hingga ku peluk erat tubuhnya ini. Tubuh yang sudah tidak ada lagi nafas serta detak jantung yang bekerja semestinya. Dan sudah tidak ada lagi kata-kata menenangkan yang terucap dari nya.
"Tuhan, kenapa Kau ambil nyawa nya? Dia milikku Tuhan. Hanya dia yang mengerti aku, hanya dia yang perduli denganku Tuhan. Kau terlalu jahat Tuhan, Kau jahat karena telah merebutnya dariku. Seharusnya, jika Kau ambil nyawanya, ambil juga nyawaku. Kau tau bagaimana aku nantinya tanpa dia. Kau jahat Tuhan." Ucapku yang terus saja menyalahkan sang pencipta.

Keadaanku sangat memperihatinkan saat ini.

Aku semakin memperhatikan potret di setiap ruangan ini hingga pandanganku terhenti di potret dengan gambaran sepasang insan yang saling tersenyum mengarah ke kamera, itu potretku dan kak Frian.

"Kakak kenapa bohong? Kakak bilang saat itu kakak baik-baik saja dan Kakak gak bakalan ninggalin aku. Tapi Kakak malah pergi Kak. Kakak malah nggak ada lagi di sini. Aku bahkan gak tau harus gimana jalani hidup aku Kak. Aku bodoh tanpa Kakak. Aku gak bisa nyelesaiin masalahku sendiri, aku gak bisa membedakan suasana di diriku lagi Kak, bahkan juga di sekitarku. Kak, sebentar lagi aku akan lulus dari sekolah menengah atasku Kak. Kakak janji akan datang mendampingi ku di perayaan kelulusanku. Kakak sudah janji Kak. Kakak inget kan Kak?" ucapku panjang hingga aku tak tersadar air mataku sudah menetes sepenuhnya.

"Kak, aku sendiri sekarang Kak. Mama dan papa tetap seperti sebelum Kakak meninggalkan dunia yang kejam ini. Mereka tetap sibuk dengan segala urusan mereka Kak dan mereka melupakan bahwa masih ada aku yang harus mereka jaga dan mereka perhatikan. Aku gak butuh dengan uang mereka Kak. Aku hanya butuh Kakak dan kasih sayang orang tua kita Kak." Tangis ku yang semakin menjadi.
Kakak ku benar, dunia ini terlalu kejam untuk di huni oleh manusia lemah sepertiku.

"Aku yakin kak. Pasti kakak udah seneng disana. Ya kan kak?" Ucapku sambil memandangi foto-foto nya di ruangannya ini.

Aku harus tetap menjalankan hidupku. Tanpanya, tanpa seorang pun yang tau perkembangan kehidupanku. Aku akan merelakannya, mengikhlaskan kepergiannya walaupun sangat sulit hal itu bisa untuk ku lakukan dan aku akan hidup sebagaimana mestinya aku hidup, sambil menunggu giliranku agar aku bisa bertemu dengan nya dikehidupan selanjutnya.

✏ -- the end -- ✏

Thanks Fanisa ArmiFia Hrp sudah bergabung di sini 🙏🙏

Blitar, 07 Juni 2020

wkwkkwkwkwk, baru sempet buka  🙏🙏🙏 maaphken

Mana yang nulis, yang nulissss inihhhh mana???? 😂😂😂😂

Silakan kirim ke email author ke
marentin_niagara@yahoo.com

Akan saia publish tentunya melalui proses editing typo tanpa mengurangi isi cerita.

Berminat untuk gabung?
Ayo...ayooo...ayoooooo 😍😍😍

  

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 78.2K 53
"Pernikahan itu terjadi atas dasar kontrak bukan cinta, dan aku hanya pengganti bukan pemilik." - Gracellina Edellyn Tak terlintas barang secuil pu...
Istri Kedua By safara

General Fiction

78.7K 2.4K 36
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
46.3K 2.9K 18
Akankah lian kembali membuka hati untuk salma? ikuti cerita aku terus yaa
668K 5.7K 18
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...