The Morning Star

By Song_Hua

102K 12.3K 2.5K

[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] Chao Xing tidak ada pilihan lain selain setuju ak... More

PENTING SEBELUM MEMBACA!!!
Chapter 1: Kedatangan Dua Kultivator Mencurigakan
Chapter 2: Lawan Aku
Chapter 4: Pengawal Baru dan Pohon Kebahagiaan
Chapter 5: Makan Malam
Chapter 6: Sandiwara adalah Keahliannya
Chapter 7: Ucapan Terima Kasih
Chapter 8: Kota Besar Taiyang
Chapter 9: Ujian
Chapter 10: Ujian Akhir
Chapter 11: Tabib dan Undangan
Chapter 12: Rumah yang Besar
Chapter 13: Ulang Tahun Pemimpin Sekte
Chapter 14: Wajah Li ZhangXun
Chapter 15: Patah Hati
Chapter 16: Mabuk dan Candu
Chapter 17: Festival Perahu Naga
Chapter 18: Malam yang Menyiksa
Chapter 19: Ketakutan
Chapter 20: Hukuman yang Pantas
Chapter 21: Tipuan
Chapter 22: Hukuman Lagi
Chapter 23: Keinginan yang Sederhana
Chapter 24: Mulai Bercerita
Chapter 25: Hutan Shemu
Chapter 26: Awan Putih, Langit Biru
Chapter 27: Di Kelas
Chapter 28: Qing Er
Chapter 29: Musim Gugur
Chapter 30: Pengobatan
Chapter 31: Lili Laba-Laba Merah
Chapter 32: Penjemput
Chapter 33: Bingung
Chapter 34: Waktu Berlalu Begitu Cepat
Chapter 35: Keluarga Kecil
Extra Chapter: Bagaimana Jika...

Chapter 3: Kediaman Li

3.9K 503 125
By Song_Hua

Chapter 3

Kediaman Li

*****

Chao Xing duduk di dalam kereta kuda yang sedang berjalan santai. Pikirannya kosong.

Beberapa saat yang lalu, sebelum dia berangkat, Chao Xing bertemu Hui Fan. Pria itu datang untuk mengantar Chao Xing sampai ke depan gerbang Kota Huanxiang. Yang membuat Chao Xing hampir menangis adalah apa yang diberikan pria itu padanya.

Sebuah gelang giok yang cantik. Gelang sebagai hadiah ucapan selamat atas pertunangannya dan tanda perpisahan.

"Er Ge? Kau baik-baik saja?" suara Chao Qiu terdengar.

Chao Xing yang sedang memperhatikan gelang di pergelangan tangan segera tersadar dari lamunan. Ia melemparkan senyum pada adik bungsunya yang sedang duduk berhadapan dengannya.

"Aku baik-baik saja, A-Qiu," jawab Chao Xing lembut.

Chao Yue yang sambil mengayunkan kipas tiba-tiba berseru kepada kusir, "A-Yang, kapan kita sampai?"

"Sebentar lagi," suara Chao Yang terdengar dari luar. Dialah yang sedang mengendalikan kereta kuda ini.

Chao Qiu mengerutkan bibir, "San Ge* selalu mengucapkan kata yang sama setiap
Dage* bertanya. Sebentar lagi itu kapan? Aku kepanasan. Dage, pinjam kipas. Keringatku sudah bercucuran."

(San Ge = Kakak ketiga.
Dage = Kakak besar/kakak pertama.)

Chao Yue mengibaskan kipas pada adiknya, tapi Chao Qiu protes karena angin yang dihasilkan terlalu kecil. Chao Yue menjadi tersinggung sehingga kedua kakak beradik itu terlibat dalam perdebatan kecil.

Mengabaikan kedua laki-laki ini, Chao Xing menghela napas kemudian membuka tirai kereta kuda dan bersandar di jendela sambil memperhatikan sekitar.

Tatapan malasnya membelalak saat mata Chao Xing menangkap pemandangan yang luar biasa indah di samping kanan kereta kuda. Kereta kuda berjalan di jalan setapak, di tepi danau. Chao Xing tidak bisa mengalihkan perhatian dari danau luas yang terbentang di depan sana. Sinar matahari yang lembut menimpa air di danau, membuatnya menjadi berkilauan. Chao Xing tidak hanya dibuat takjub oleh danau itu, tetapi gunung-gunung luar biasa besar terpapar di sisi danau juga menarik perhatiannya dan perhatian ketiga saudaranya sehingga keempat laki-laki itu menjatuhkan rahang mereka.

"Apakah itu rumahnya?" Chao Qiu menunjuk keluar, pada penampakan beberapa bangunan yang dilindungi tembok gelap tak jauh dari mereka.

Chao Yue dan Chao Xing menatap rumah itu sejenak. Mereka kompak meneguk ludah dan saling bertetapan, lalu berseru, "Woah!"

Chao Yang yakin ketiga saudaranya sudah tidak sabar lagi, jadi dia memacu kecepatan kedua kudanya menuju rumah itu.

Kereta kuda semakin dekat pada rumah, berjalan dan terus berjalan hingga tampaklah sebuah gerbang bercat hitam yang menyambut mereka.

Dua orang laki-laki tampan yang menjaga gerbang mengangkat kepala, bersiap siaga pada siapa yang datang.

Chao Yang segera turun dari kuda, "Kami dari Keluarga Chao mengantar dan mengatur kepindahan Chao Xing."

Chao Xing turun bertepatan saat namanya disebut. Dua penjaga itu memandangnya dan sedikit ragu.

Chao Yang menyerahkan sebuah token Keluarga Chao pada seorang penjaga.

Setelah melihat token itu, seorang penjaga berkata, "Kami sudah menunggu kedatangan kalian. Silakan masuk."

Pintu gerbang segera dibuka oleh dua penjaga itu menggunakan kekuatan spritual. Saat gerbang terbuka, rahang Chao Yue, Chao Xing, dan Chao Qiu jatuh lagi.

Rumah ini ternyata lebih indah ketika dilihat dari dekat! Ia memiliki halaman depan yang luas. Bangunan pertama yang menjadi penghubung antara halaman depan dan tengah sangatlah cantik. Ada banyak bunga bermekaran dan dua kolam ikan di sisi-sisi halaman depan.

Chao Yue serta dua saudaranya terus melangkah, masih terkagum-kagum sementara Chao Yang berbalik untuk membawa kereta kuda masuk.

"Ini baru halaman depan," gumam Chao Yue masih memperhatikan bangunan pertama.

Chao Xing mengangguk. Ia meneguk ludah lagi tanpa mengucapkan apapun.

Ketiga orang itu tiba di pintu besar yang sudah terbuka. Ada dua laki-laki yang berdiri di sisi pintu, seperti penjaga, tapi bukan penjaga dilihat dari pakaian mereka yang sedikit berbeda.

Chao Xing terkejut ketika sadar bahwa wajah kedua laki-laki ini sangat mirip, seperti seseorang yang berdiri di depan cermin. Yang membedakan mereka adalah warna jubahnya. Yang satu berjubah merah gelap bagai api menyala dan satu lagi berjubah biru seperti laut.

"Selamat datang di Kediaman Li," ucap dua laki-laki itu bersamaan.

"Saya Li Huo, Kepala Pelayan di rumah ini," ujar laki-laki yang berjubah merah sambil membungkuk hormat. Setelah diperhatikan, dia memiliki garis wajah yang tegas dan memiliki tatapan mata penuh energi positif.

Laki-laki berjubah biru juga menangkupkan kedua tangan. Wajahnya yang lebih cantik tersenyum lembut, membawa ketenangan seperti air. "Saya Li Shui, yang akan menjadi pelayan pribadi Tuan Muda Chao."

Chao Xing dan kedua saudaranya terpana akan pesona dua laki-laki ini. Mereka sungguh menawan!

Segera saja, Chao Bersaudara membalas hormat mereka, membuat kedua laki-laki kembar itu saling bertatapan, bingung atas sikap mereka.

Li Huo buru-buru berkata, "Tuan Muda sekalian, tidak perlu memberi salam pada dua pelayan rendahan ini."

"Rendahan?" Chao Xing mengerutkan alis. "Kami tidak menganggap kalian rendahan. Jangan merendahkan diri berlebihan seperti itu."

Keluarga Chao memang dulunya keluarga besar dan memiliki banyak pelayan, tapi Chao Xing dan saudaranya tidak tumbuh dalam lingkungan yang memiliki hirarki seperti itu. Chao MoShang tidak punya pelayan dan tidak mau mempekerjakan seorang pun. Anak-anaknya harus hidup mandiri. Chang Xian telah mengajarkan kepada keempat anaknya bahwa pelayan atau bukan, orang-orang itu tetaplah manusia, jadi harus diperlakukan dengan setara. Oleh sebab itu, Chao Yue, Chao Xing, dan Chao Qiu membalas salam, menunjukkan rasa hormat mereka meski di depan ini adalah pelayan.

Li Shui tersenyum, "Kami mengerti, Tuan Muda."

"Mari, saya antar ke ruangan Tuan Muda Chao. Kami akan membantu menyusun barang-barang yang dibawa," kata Li Huo.

Chao Yang menyusul saudara-saudaranya dan mereka kembali melangkahkan kaki. Setelah bangunan pertama yang merupakan ruang tamu dilewati, mereka tiba pada halaman tengah.

Lagi, mereka terkagum-kagum. Halaman tengah bahkan lebih luas dan indah! Di sisi kiri dan kanan ada bangunan yang lebih kecil daripada bangunan tingkat tiga di depan sana. Di tengah-tengah halaman terdapat sebuah pohon tanpa daun dan bunga. Di sekeliling pohon tersebut ada empat jembatan di atas air danau yang saling terhubung untuk menuju ke tiga bangunan tersebut. Jika ingin ke bangunan mana saja, Chao Xing dan yang lain harus melewati jembatan kecil itu dulu.

"Izinkan saya menjelaskan," Li Huo berdeham. "Bangunan yang kita lewati tadi adalah aula dan ruang tamu. Sebelah kanan ini adalah halaman kanan, ruangan untuk Tuan Muda Chao, yang terhubung langsung dengan halaman belakang. Ruangan Tuan Li ada di kiri kita dan jauh di belakangnya sana ada tempat tinggal para pelayan. Kemudian, bangunan yang paling tinggi ini adalah bangunan utama yang digunakan untuk perkumpulan anggota sekte, perpustakaan, dan ruang perjamuan besar."

Setelah menjelaskan, mereka berjalan menuju bangunan di sisi kanan, tempat yang akan ditinggali Chao Xing.

Chao Xing pikir, ia akan tinggal di sebuah kamar biasa, seperti kamarnya di rumah, tapi dia salah. Ternyata, ruangan yang dimaksud adalah sebuah rumah kecil, lengkap dengan halamannya! Jika ini ditinggali oleh Chao Xing seorang diri, bukankah ini terlalu besar?!

Setelah melewati gerbang bulan batu, Chao Xing bisa melihat 'ruangan' yang akan ditinggalinya ini. Di sisi kiri bangunan, ada jalan setapak menuju halaman belakang dan di kanannya ada sebuah pohon besar serta gazebo kecil, sangat pas untuk bersantai.

"Aku... Aku akan tinggal di sini?" Chao Xing tergagap, hampir kehilangan kewarasannya.

"Itu benar," jawab Li Shui tersenyum.

Chao Qiu mendesah, "Kalau begini... Kalau tahu begini, aku juga mau dijodohkan dengan Li ZhangXun Gege!"

Chao Yue mengangguk-angguk setuju, masih terperangah, "Aku akan bahagia tinggal di sini..."

Li Huo berkata setelah membuka pintu bangunan ini dan mereka semua masuk, "Tuan Muda Chao Xing, dimana barang-barang Anda akan diletakkan? Kami akan membantu."

"Terima kasih, tapi kurasa tidak perlu," Chao Xing tersenyum, "Aku dan saudaraku sudah cukup untuk menyusun barang-barangku."

Li Shui berpendapat, "Jika dikerjakan lebih ramai, akan cepat selesai."

Chao Yue setuju, "Barang-barang adikku tidak banyak."

Kemudian, Chao Yue mengulurkan tangan kanan ke depan. Seberkas cahaya temaram keluar dari cincin ajaib yang ia kenakan. Cahaya itu redup ketika beberapa barang berukuran besar muncul di hadapannya.

Cincin yang dipakai adalah cincin ajaib, tempat untuk meletakkan semua barang. Biasanya disebut Cincin Penyimpanan. Semua kultivator setidaknya memiliki satu.

Chao Yue dan Chao Xing mengeluarkan beberapa barang. Ketika semuanya dikeluarkan, barang-barang itu pun disusun untuk memenuhi ruangan. Walaupun begitu, ruangan tetap terasa luas setelah semua barang diletakkan di tempat yang diinginkan Chao Xing.

"Tenang saja, nanti ruangan ini akan penuh dengan barang Tuan Muda ketika sudah tinggal di sini lebih lama," Li Shui terkekeh.

Chao Xing memperhatikan ruangan ini sejenak kemudian bertanya, "... Di mana Li ZhangXun?"

Memang aneh rasanya jika ada yang pindah ke rumahnya, tapi sang pemilik rumah tidak ada di tempat.

Li Shui berkata dengan sedih, "Tuan masih banyak urusan, diperkirakan akan pulang sore hari. Kami mewakili permohonan maaf beliau. Maafkan Tuan yang tidak bisa menyambut Tuan Muda."

Chao Xing segera menurunkan tangan Li Shui yang sedang terangkat, "Tidak perlu minta maaf. Aku mengerti."

Ada sedikit perasaan lega di hati Chao Xing. Dia memang penasaran seperti apa sosok calon suaminya ini, tapi dia masih belum siap untuk bertemu dengan pria itu.

"Karena kita sudah selesai, kami akan menyiapkan makan siang untuk kalian," Li Huo berkata dengan sopan.

Li Shui berjalan ke meja makan, "Silakan duduk di sini. Tolong tunggu sebentar lagi."

Chao Xing dan tiga saudaranya duduk di ruang makan, kemudian sepasang laki-laki kembar itu meninggalkan ruangan.

Saat itulah, Chao Yue, Chao Xing, dan Chao Qiu tidak bisa menahan diri untuk tidak berbisik-bisik.

"Er Ge hebat! Kau punya pelayan. Pelayan!" Chao Qiu bersemangat. "Hidupmu akan menjadi enak! Bangun tidur kau dibantu berpakaian, kau tidak perlu repot-repot memasak, kau juga tidak akan membuang tenaga untuk membersihkan rumah. Sungguh luar biasa!"

"Pasti pelayannya sangat banyak. Kita baru saja bertemu dua," Chao Yue berbinar. "Mereka semua mempesona!"

Chao Xing membelalak, "Rumah ini sangat besar. Bahkan luasnya setara dengan gabungan antara rumah kita, rumah Paman Ming, Rumah Makan Chan, dan rumah Kakek Tang beserta kandang sapinya!"

"Butuh berapa banyak uang untuk membangun rumah ini, Dage?"

"Mungkin ratusan ribu emas? Tidak. Pasti lebih. Aku tidak bisa memperkirakan harganya."

"...," Chao Yang hanya diam, mendengarkan ocehan saudara-saudaranya ini sambil menatap ke luar. "Lihat ke jendela," katanya kemudian.

Ketiga saudara itu segera menjulurkan kepala untuk melihat sesuatu dari jendela dan mereka ber-woah-ria lagi.

Jendela yang mengarah ke luar menunjukkan pemandangan danau dan gunung. Ternyata, tepat di bawah ruang makan ini ada air biru indah yang beriak tenang yang mengalir dari danau. Karena tadi fokus menyusun barang-barangnya, Chao Xing baru akan memeriksa ke beberapa ruangan.

Rumah ini berbentuk huruf "十" (shí) . Ada tiga ruangan yang hanya dipisah oleh sekat, yaitu; kamar tidur dan kamar mandi di barat, ruang belajar di timur, ruang makan di utara. Dari kamar tidur, Chao Xing bisa melihat halaman belakang beserta pemandangan indahnya--danau, gunung, dan paviliun cantik. Kalau dari ruang belajar, pemandangan yang terlihat adalah sebagian kecil danau dan hutan yang membentang. Halaman kanan ini tepat di atas danau, membuat siapa saja yang berada di sini merasa tinggal di atas air. Hampir semua jendela dibuka--mengizinkan sinar hangat mentari masuk, memberikan sensasi seperti berada di tengah-tengah danau yang luar biasa indah.

"Sungguh, aku ingin jadi istri kedua Li ZhangXun Gege," ucap Chao Qiu sembarangan sambil berseri-seri. Pandangannya masih fokus pada air danau.

Chao Xing yang kembali setelah memeriksa ruang belajar merengut, "Jika kau istri kedua, dimana kau akan tinggal?"

"Di dalam air danau pun aku rela!" kata Chao Qiu dan Chao Yue tertawa mendengarnya.

Adalah nilai tambahan bahwa rumah ini sangat luas dan indah. Chao Xing sudah mengantisipasi, jika saja Kediaman Li tidak sebagus rumahnya, dia sebisa mungkin untuk menghabiskan waktu di luar karena tidak betah. Tapi, semua diluar ekspektasinya. Rumah Li ZhangXun sangat luar biasa! Chao Xing bisa betah tinggal di sini sendirian. Dia juga punya pelayan pribadi sekarang dan dia tidak perlu repot-repot untuk mengurus diri. Sekarang hidupnya jadi lebih baik.

Tapi, setelah mengingat bahwa ini adalah tempat asing baginya, yang jauh dari ayah, ibu, dan saudara-saudaranya, senyuman Chao Xing perlahan memudar. Meski dia tidak benar-benar satu kamar dengan Li ZhangXun--dan ada kemungkinan bahwa mereka jarang bertemu--Chao Xing tidak bisa bahagia. Apalagi sekarang dia sedang patah hati. Tinggal bersama orang yang tidak dikenalnya sama sekali membuatnya tidak nyaman walaupun dia tinggal di rumah istimewa sekali pun.

Chao Xing berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya, jadi dia tersenyum pada saudara-saudaranya, "Omong-omong, kalian akan menginap di sini, kan?"

Chao Yue menggeleng lemah, "Tidak, A-Xing. Maaf. Sehabis makan siang, kami akan segera pulang."

"... Baiklah. Terima kasih sudah membantuku pindah, Gege, A-Yang, A-Qiu."

Hati Chao Xing semakin sedih mendengarnya.

Tidak lama kemudian, hidangan pun datang. Chao Qiu tidak bisa menahan suara desahannya dan air liur yang menetes. Makanan yang disajikan oleh beberapa pelayan sangat beragam dan mengeluarkan aroma yang bisa membuat perut memberontak. Bahkan Chao Yang yang berwajah dingin pun bisa meleleh karena hal ini.

Chao Bersaudara segera makan dengan lahap. Chao Qiu yang hobi makan tidak henti-hentinya mengunyah sambil menggumamkan kata-kata untuk memuji betapa enaknya makanan ini. Memang tidak dipungkiri lagi bahwa makanan ini sangat lezat dan memanjakan lidah.

Selesai makan, keempat saudara itu berbincang-bincang sejenak sebelum Chao Yue dan dua adiknya berpamitan pulang.

"Kalian kapan-kapan berkunjunglah ke sini," kata Chao Xing enggan berpisah dari mereka. Sekarang dia berada di halaman tengah, untuk mengantar tiga saudaranya ke pintu ruang tamu.

"Akan kami usahakan untuk ke sini seminggu sekali," Chao Yue tersenyum sambil menepuk pundak Chao Xing.

"Aku akan ke sini tiga hari sekali!" ujar Chao Qiu sambil tersenyum lebar, bicara sembarangan lagi.

Chao Yang merangkul adiknya itu di bawah ketiak, hampir mencekik lehernya, "Er Ge, kami pulang dulu."

Chao Xing tersenyum, "Berhati-hatilah di jalan."

Tubuh pendek Chao Qiu diseret. Lehernya masih diapit dan dia memberontak sambil berpura-pura nyawanya terancam bahaya. "San Ge. San Ge! Kau mencekikku. Kau membunuhku!"

Chao Yue terkekeh pelan saat menyaksikan dua remaja itu kemudian berkata kepada Chao Xing sambil menyatukan kedua tangan di depan, "Jaga dirimu, Adikku."

"Gege juga. Sampaikan salamku pada Ayah dan Papa," Chao Xing membalas dengan melakukan gerakan yang sama.

"Baik."

Chao Yue menyusul adiknya yang menuju kereta kuda. Mereka segera naik, tidak lupa melambai pada Chao Xing. Chao Xing juga ikut melambai ke arah mereka sampai kereta itu keluar dari gerbang. Saat saudara-saudaranya menghilang dari pandangan, ia menghela napas berat, alisnya melengkung sedih.

Tepat saat Chao Xing membalikkan badan, telinganya menangkap suara kereta kuda yang mendekat. Senyumannya muncul lagi.

"Gege, apa ada yang ketinggalan?--"

Lalu Chao Xing bungkam ketika melihat kereta kuda yang berbeda. Senyumannya memudar seiringan si kusir turun dan membuka pintu kereta kuda tersebut.

Sebelah kaki yang mengenakan sepatu hitam menjejal di tanah, diikuti sebelah kaki yang lainnya. Jubah hitam yang panjang segera terseret ketika orang itu melangkah. Pandangan Chao Xing sedikit naik. Ia meneguk ludah ketika menatap orang itu secara keseluruhan.

Yang datang ini adalah seorang pria berbadan tinggi dan besar. Dia memiliki pundak yang lebar serta lengan-lengan kokoh di balik jubah gelapnya. Ketika dia berjalan, langkahnya tegap dan kuat, seperti jenderal perang. Chao Xing merasakan bulu tengkuknya meremang ketika merasakan aura yang mengintimidasi serta aroma alpha yang pekat dan mendominasi. Ia tidak bisa menahan untuk tidak meneguk ludah saat pandangannya teralihkan pada tubuh bagian atas pria itu.

Wajah pria itu tidak terlihat sama sekali. Ada kain hitam yang menutupi dahi, mata, serta wajahnya, membuatnya menjadi misterius.

Chao Xing gemetar. Apakah ini... Apakah ini orangnya?!

Beberapa perkataan Chao Yue dan Chao Qiu melintas di kepalanya.

"Kau dijodohkan dengan Li ZhangXun? Kau tidah tahu rumor yang beredar di wilayah Tianji? Aku bukan bermaksud menakut-nakutimu, tapi si Li ZhangXun ini adalah orang yang kejam."

"Dia sudah membunuh ribuan orang saat seusia San Ge. Saat seusia Er Ge, dia membunuh iblis. Ada yang bilang baru-baru ini dia bertarung melawan Dewa."

"Orang-orang tidak berani menyebut namanya loh... Dia sangat mengerikan. Wajahnya pernah dicakar monster sampai rusak. Dan karenanya, Li ZhangXun harus menggunakan kain untuk menutupi wajah hancurnya."

"Er Ge, aku tidak tahu apa yang dipikirkan orang tua kita, tapi berjuanglah!"

Tiba-tiba suara Li Shui terdengar, membuat jantung Chao Xing hampir lepas dari dadanya, "Tuan datang lebih cepat dari perkiraan saya."

Li Huo yang sedari tadi di belakang Chao Xing untuk mengantar saudaranya tadi bergegas menghampiri tuannya dan memberi salam, "Tuan Li ZhangXun, selamat datang kembali."

"Li... Li ZhangXun?!"

Bibir Chao Xing kelu. Kakinya gemetar ketika pria itu mendekat. Setiap langkah yang diambil, menimbulkan suara yang sangat nyaring di telinga Chao Xing, bergema kuat-kuat. Tiap satu langkah, jantung Chao Xing akan meledak.

Awalnya dia tidak mempercayai rumor itu, tapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri, Chao Xing hampir kencing di celana!

Jika saja dia melakukan kesalahan, bisa-bisa pria ini membunuhnya dalam sekali kibasan ringan. Li ZhangXun bisa menghilangkan nyawanya dengan mudah.

Li Shui tersenyum dan memberi hormat, "Selamat datang kembali, Tuan."

Kepala Li ZhangXun mengangguk kemudian bergerak ke arah Chao Xing, membuat laki-laki itu semakin tidak bisa menahan dorongan untuk buang air kecil.

Chao Xing mencoba menyatukan kedua tangan dan membungkuk. Dia jelas gemetar ketakutan. Ia tidak bisa menutup-nutupinya sekarang. "S... Se... Selamat datang kembali, Tu--Tuan Li ZhangXun."

Li ZhangXun sedikit menggerakkan kepala, menandakan adanya rasa ingin tahu dalam dirinya. "Apakah ini... Tuan Muda Kedua Chao, Chao Xing?"

Mendengar suaranya, hampir membuat Chao Xing pingsan! Suaranya kasar dan terdengar menyeramkan, seperti disamarkan, bukan suara asli.

Bahkan suara pun disembunyikan orang ini?

"Y... Ya. Ini saya," Chao Xing masih membungkuk, terlalu takut untuk mengangkat kepala.

Li ZhangXun mendengus, "Hmph! Ternyata orang seperti ini? Temui aku setelah kau selesai ganti baju," dan dia pun berlalu.

Chao Xing menggigit bibir dan wajahnya merah padam saat dia menunduk ke bawah. Hanfu* hijau mudanya basah. Ia bisa merasakan air yang hangat mengalir di antara selangkangannya.

(Hanfu = Pakaian tradisional China.)

Sial! Sial! Sial!

Betapa malunya Chao Xing! Lebih baik dia mati di tempat!

Sebelum air itu mengalir sampai jatuh ke tanah, Chao Xing segera melarikan diri ke halaman kanan sambil menahan tangis. Li Shui buru-buru mengejarnya.

Benar-benar memalukan! Kesan pertama Li ZhangXun pada Chao Xing pasti sudah sangat jelek!

"T--Tuan Muda, izinkan aku membantu?" Li Shui mengetuk pintu ruangan Chao Xing yang segera dikunci dari dalam.

Chao Xing terisak sambil mengusap wajahnya, "Tidak perlu."

Dia benar-benar tidak mau bertemu siapa pun untuk saat ini. Lagipula, sebenarnya ini ulah Li ZhangXun sendiri yang membuat Chao Xing membasahi celananya, bukan? Aura yang menyeramkan dan misterius itu bisa membuat siapa saja ketakutan sampai mati.

Setelah mengganti pakaian dan menenangkan diri, Chao Xing menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Dia melakukannya sebanyak beberapa kali untuk menenangkan diri.

Sekitar setengah jam, Chao Xing sudah tenang meski sekarang dia gugup. Ia membuka pintu perlahan dan Li Shui menyambutnya dengan senyuman.

"Tuan Muda... Anda baik-baik saja? Anda membuat saya khawatir," Li Shui cemas.

"Aku baik-baik saja," kata Chao Xing berusaha tersenyum. "Li Shui, tolong tunjukan di mana letak ruangan Li ZhangXun."

Li Shui mengangguk, "Baik. Mari ikuti saya."

Li Shui menuntun jalan ke halaman kiri dimana letak ruangan Li ZhangXun berada. Chao Xing tidak bisa menikmati pemandangan indah di tempat ini karena ia kembali merasa takut. Jadi, dia tidak menaruh perhatian penuh pada tempat Li ZhangXun. Yang dia tahu, tempat ini jauh lebih luas daripada halaman kanan.

Li Shui mengumumkan dengan tenang ketika memasuki tempat Li ZhangXun, "Tuan Muda Chao sudah datang."

Chao Xing menahan napas ketika dia melihat seorang pria tinggi sedang duduk sambil meminum teh. Aura yang menakutkan itu masih saja menempel pada Li ZhangXun, sehingga Chao Xing lagi-lagi gemetar.

"Masuk," kata Li ZhangXun singkat dan beralih kepada Li Huo yang sedang menuangkan teh, Li Shui, dan seorang penjaga di dalam ruangan ini. "Kalian semua, pergi. Li Xue, tutup pintunya."

Ketiga pria itu membungkuk dengan sangat hormat kemudian meninggalkan Li ZhangXun dan Chao Xing seorang diri. Chao Xing melonjak ketika pintu di belakangnya ditutup. Seketika itu juga, ruangan menjadi sepi. Meski ada cukup pencahayaan di ruangan, kesan mengerikan tidak bisa dihilangkan dengan mudah jika ada Li ZhangXun di sini.

"Kemari," ujar Li ZhangXun tegas, mampu menggerakkan kaki Chao Xing dengan sendirinya.

"Duduk," ucapnya lagi dan Chao Xing pun duduk dengan patuh, layaknya anjing menggemaskan yang sudah dilatih bertahun-tahun.

"..." Chao Xing diam, tidak berani mengangkat kepala.

Li ZhangXun meneguk tehnya beberapa saat dan Chao Xing melirik setiap gerakan pria itu, yang membuatnya semakin berdebar ketakutan.

Suara cangkir yang diletakkan di kesunyian membuat Chao Xing terperenjat.

"Bukan berarti aku menyetujui perjodohan ini aku akan bahagia," ucap Li ZhangXun kemudian.

"Aku juga tidak akan bahagia," Chao Xing hanya bisa berucap dalam hati.

"Kau memang diizinkan tinggal di sini, tapi jangan seenaknya. Dilarang ke halaman kiri tanpa perintahku."

"Aku mengerti..."

"Kau mungkin sudah mendengar rumor tentangku."

"..."

"Aku ingin tahu pendapatmu setelah melihat aku yang sebenarnya."

"Tentu saja aku sekarang percaya pada rumor itu!"

"Menurutku...," Chao Xing meneguk ludah untuk mengumpulkan keberanian. "Menurutku, rumor hanyalah rumor, dan itu tidak benar--mffh!"

Kedua pipi Chao Xing disambar oleh satu tangan besar Li ZhangXun. Chao Xing membelalak, ketakutan, dan berkeringat dingin seketika. Tangan yang mencengkram ini sebenarnya cukup halus, tapi memiliki tenaga yang kuat sehingga membuat pipi Chao Xing sakit.

"Aku benci pembohong," desis Li ZhangXun. "Tidak akan kuizinkan pembohong tinggal di rumahku."

Chao Xing pucat pasi. "Maw...Maafkwn akuw, Tuwan."

Li ZhangXun berdecih kemudian melepaskan cengkramannya pada pipi Chao Xing dengan kasar. "Kau tahu bahwa aku kejam. Aku tidak peduli apakah kau tunanganku atau bukan, aku bisa membunuhmu kapan saja karena sebenarnya aku tidak menyukaimu."

Chao Xing meneguk ludah ketika ia merasakan jakunnya disentuh oleh sesuatu yang dingin seperti es. Li ZhangXun menodongkan pedang padanya! Jika salah bergerak sekali saja, kepalanya bisa putus.

Chao Xing tidak bisa menahan diri. Akhirnya dia pingsan karena ketakutan setengah mati.

*****

To be continued...

----------
Aduhh kasian Chao Xing ampe ngompol wkwkwkw 🤣🤣

Btw ini, danau dan gunung di Kediaman Li.

Untuk rumah Li ZhangXun itu sendiri, silakan berimajinasi. Aku ngga nemu gambar yang pas jadi patokan. Heheheheh 😂

Jangan lupa vote dan komentar yaa 😁
Kalo ada 5 komen, besok up lagi 🤭

Kamis, 4 Juni 2020.
----------

Continue Reading

You'll Also Like

1M 59.8K 58
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
426K 85.6K 175
Author(s): Ye Yiluo Deskripsi: Lu Lin telah berhenti dari pekerjaannya di kota besar kembali ke kampung halamannya dan mewarisi toko serba ada Lu dar...
988K 83.5K 40
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
7.8K 788 7
Seri kedua dari Married The Enemy : Rebirth From Hell, yang menceritakan kisah tentang Lu Heng, bawahan Ji Guozhen yang di anggap sebagai saudara dan...