The Morning Star

Oleh Song_Hua

102K 12.2K 2.5K

[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] Chao Xing tidak ada pilihan lain selain setuju ak... Lebih Banyak

PENTING SEBELUM MEMBACA!!!
Chapter 2: Lawan Aku
Chapter 3: Kediaman Li
Chapter 4: Pengawal Baru dan Pohon Kebahagiaan
Chapter 5: Makan Malam
Chapter 6: Sandiwara adalah Keahliannya
Chapter 7: Ucapan Terima Kasih
Chapter 8: Kota Besar Taiyang
Chapter 9: Ujian
Chapter 10: Ujian Akhir
Chapter 11: Tabib dan Undangan
Chapter 12: Rumah yang Besar
Chapter 13: Ulang Tahun Pemimpin Sekte
Chapter 14: Wajah Li ZhangXun
Chapter 15: Patah Hati
Chapter 16: Mabuk dan Candu
Chapter 17: Festival Perahu Naga
Chapter 18: Malam yang Menyiksa
Chapter 19: Ketakutan
Chapter 20: Hukuman yang Pantas
Chapter 21: Tipuan
Chapter 22: Hukuman Lagi
Chapter 23: Keinginan yang Sederhana
Chapter 24: Mulai Bercerita
Chapter 25: Hutan Shemu
Chapter 26: Awan Putih, Langit Biru
Chapter 27: Di Kelas
Chapter 28: Qing Er
Chapter 29: Musim Gugur
Chapter 30: Pengobatan
Chapter 31: Lili Laba-Laba Merah
Chapter 32: Penjemput
Chapter 33: Bingung
Chapter 34: Waktu Berlalu Begitu Cepat
Chapter 35: Keluarga Kecil
Extra Chapter: Bagaimana Jika...

Chapter 1: Kedatangan Dua Kultivator Mencurigakan

8.1K 678 43
Oleh Song_Hua

Chapter 1

Kedatangan Dua Kultivator Mencurigakan

*****

Mata Chao Xing ditutupi kain. Pandangannya gelap. Ia merasakan tangan-tangan meremas pundaknya pelan, menuntunnya dengan lembut untuk terus melangkah.

"Sedikit lagi. Pelan-pelan saja."

Itu suara seorang pria. Hembusan napasnya yang menyapu telinga Chao Xing mampu membuat jantung gemetar. Chao Xing meneguk ludah--berusaha menenangkan diri, kemudian menarik napas.

"Astaga... Tubuh Hui Fan wangi sekali."

Indra penglihatannya ditutup sehingga penciumannya jauh lebih tajam. Ia bisa menangkap aroma musk yang berseliweran di sekelilingnya. Jika ia terus menciumnya lebih lama, bisa-bisa Chao Xing heat mendadak meski baru lima hari yang lalu dia selesai.

Pria yang bernama Hui Fan ini tidak melepaskan tangannya dari pundak Chao Xing. Ia terus melangkah, membimbing laki-laki yang lebih pendek darinya itu secara perlahan.

Ketika sudah sampai di tempat tujuan, Hui Fan membuka kain penutup mata Chao Xing, "A-Xing, bukalah matamu."

Chao Xing mengangkat kelopak mata pelan-pelan. Sepasang iris berwarna kebiruan terlihat.

Matanya mulai bersinar, takjub karena melihat sesuatu di depannya. Ia membuka mulutnya perlahan, ingin berteriak girang, namun ia memilih untuk menahan diri demi menjaga sikapnya. Akhirnya, Chao Xing hanya bisa tersenyum lembut meski matanya masih memancarkan kebahagiaan.

"Ge... Gege*... Ini...," Chao Xing gagap.

(Gege = Kakak laki-laki.)

"Hadiah untukmu. Selamat ulang tahun, A-Xing," Hui Fan tersenyum, membuat wajahnya yang tampan menjadi semakin tampan.

Di depan mereka ada seekor kuda putih cantik sedang memakan rumput. Chao Xing bergegas ke kuda tersebut kemudian memeluknya, mengekspresikan diri. Ia tidak mungkin memeluk Hui Fan, jadi sebagai gantinya, kuda inilah yang dipeluknya dengan erat.

"Terima kasih, Gege. Aku suka. Gege sangat baik," Chao Xing mengelus surai kuda yang sangat lembut di tangan.

Hui Fan tersenyum sambil meletakkan kedua tangan di belakang, "Akan kau beri nama siapa?"

Wajah cantik Chao Xing berubah sejenak. Ia terlihat berpikir keras. Setelah beberapa saat, dia menyerah. "Tidak tahu. Bagaimana kalau Gege membantuku?"

Hui Fan mendekati kuda dan mengelus kepalanya, "Sebelumnya aku memanggil dia Xiao Bai."

"Xiao Bai...," Chao Xing mengangguk paham. Bibirnya yang kecil berwarna semerah ceri melengkung ke atas secara gemulai. "Nama yang bagus. Kalau begitu, Xiao Bai."

"Tidak mau nama lain?"

Chao Xing menggeleng, sedikit mengerutkan bibir, "Tidak."

"Kemarilah. Akan kuajarkan kau cara berkuda."

Chao Xing berbinar lagi. Ia bergegas ke samping Hui Fan. Pria itu segera membantunya naik ke punggung Xiao Bai, membuat Chao Xing merona ketika merasakan kedua tangan besar itu berada di pinggangnya. Setelah Chao Xing naik, Hui Fan yang berikutnya.

Jantung Chao Xing semakin tidak karuan ketika aroma musk itu tercium lagi. Ia sadar akan posisi mereka. Chao Xing di depan dan Hui Fan di belakang sambil memegang tali kekang kuda.

"Letakkan tanganmu di sini," Hui Fan menempatkan sebelah tangan Chao Xing pada tali kekang kemudian tanpa sengaja menggenggamnya.

Pikiran Chao Xing menjadi kacau. "K--Kalau begini terus... jantungku bisa meledak!"

Chao Xing memegang tali sambil membenarkan posisi duduknya. Kemudian, Hui Fan mulai menyentak Xiao Bai pelan dan kuda cantik ini pun mulai bergerak.

"Tetap pada posisi ini. Jangan ragu saat kau menungganginya," Hui Fan menjelaskan, tanpa tahu bahwa wajah Chao Xing sudah semerah tomat.

"Baik," Chao Xing gugup.

Kedua laki-laki itu melintasi rerumputan. Langkah kuda semakin lama semakin cepat ketika Hui Fan menyentaknya lagi. Chao Xing tersenyum semakin lebar saat kecepatan Xiao Bai meningkat. Angin awal musim semi segera menerpa lembut kedua wajah laki-laki itu. Rambut panjang mereka menjadi bergelombang dan jubah yang dikenakan melambai-lambai dengan gemulai.

Chao Xing akhirnya tertawa, membuat Hui Fan semakin melebarkan senyum di wajah tampannya.

***

Chao Xing turun dari Xiao Bai dengan lancar. Hanya beberapa jam, ia sudah bisa mengendarai kuda jantan cantik itu meski kadang masih agak ragu. Ia mengelus kuda itu sejenak sambil menatap Hui Fan yang berada di kudanya sendiri.

"Gege, terima kasih. Aku sangat senang," Chao Xing melemparkan senyuman lembutnya.

Hui Fan menanggapi, "Kau tidak perlu berterimakasih padaku secara terus menerus, A-Xing. Memang sudah seharusnya aku membuatmu senang, bukan?"

Chao Xing terkekeh pelan. Jantungnya berdesir mendengar perkataan itu.

"Hui Fan Gege...," panggil Chao Xing hati-hati.

"Ya?"

Ada jeda beberapa saat. Kemudian, Chao Xing menggeleng, "Tidak. Lupakan saja."

Hui Fan bingung, "Mn? Baiklah...," kemudian dia memutar arah kudanya, "A-Xing, sudah waktunya aku pulang. Sebentar lagi malam."

Chao Xing masih mempertahankan senyuman, "Iya. Berhati-hatilah."

Hui Fan mengangguk kemudian menyentak kuda. Pria itu perlahan menghilang dari pandangan diiringi lambaian tangan Chao Xing.

Ketika pria itu sudah pergi, suasana di sekitar Chao Xing mendadak sunyi. Meski rumahnya berada di antara rumah-rumah yang lain, tapi dia tidak bisa mendengarkan suara lain kecuali suara debaran jantungnya sendiri. Tangan Chao Xing mendekap di dada, merasakannya bergetar.

Setiap kali bersama pria itu, keadaan jantung Chao Xing tidak pernah normal. Wajahnya juga selalu memerah, semakin membuat sosoknya jadi lebih cantik dan menggemaskan.

Chao Xing menarik napas, berusaha menenangkan perasaannya.

Tadi, hampir saja dia keceplosan mengatakan sesuatu yang selama ini ditahannya. Lain kali, Chao Xing harus berhati-hati. Bisa gawat kalau ada yang tahu tentang perasaannya terhadap Hui Fan.

Baru-baru ini Chao Xing menyukai Hui Fan. Meski mereka sudah berteman sedari kecil, Chao Xing baru sadar akan perasaan sendiri. Hui Fan selalu baik dan selalu perhatian padanya. Pria itu juga tampan, mempesona, dan berbakat. Jadi, tidak heran bila Chao Xing menyukainya. Selain itu, Hui Fan merupakan anak ketiga dari pemimpin sekte terbesar di Kota Huanxiang.

"Kuda siapa ini?" sebuah suara mengejutkan Chao Xing dari lamunan.

Dia menoleh ke asal suara di belakangnya. Berdiri seorang laki-laki tinggi berwajah tampan. Meski dia menawan, wajahnya tanpa ekspresi, bisa membuat orang sekitar menggigil. Apalagi aura alpha-nya sangat mendominasi.

Chao Xing menjawab dengan tersenyum, "Dari Hui Fan Gege."

Laki-laki itu tidak berekspresi banyak meski kedua alisnya sedikit terangkat, menunjukkan dia sedang terkejut, "Apa?"

"Sebagai hadiah ulang tahunku," jawab Chao Xing halus.

"Dia pria yang baik," gumamnya.

"Dia memang selalu baik."

Chao Xing tidak berbicara lagi. Ia melewati laki-laki itu sambil menarik Xiao Bai ke belakang rumah dimana ada sebuah kandang kuda yang cukup besar di sana.

Setelah memasukan Xiao Bai ke kandang, Chao Xing masuk ke rumah. Laki-laki berwajah dingin yang tadi bicara dengannya mengikuti dari belakang.

"Ada dua kultivator mencurigakan yang bicara dengan Ayah dan Papa," katanya memberitahu.

Chao Xing mengerutkan alis, "Kenapa kau bilang begitu? Apanya yang mencurigakan?"

Setelah beberapa langkah, laki-laki itu berkata, "Intip saja sendiri."

Chao Yang, adik laki-laki pertama Chao Xing yang berusia 18 tahun ini berbicara dengan sangat serius. Chao Xing melihat kakak laki-lakinya yang berusia 25 tahun sedang mengintip ke ruang depan, bersama adik laki-laki bungsunya yang baru 15 tahun. Chao Yue sangat penasaran sedangkan Chao Qiu yang sedang makan bakpao isi daging ayam hanya ikut-ikutan kakaknya mengintip.

Chao Xing menjulurkan kepala di antara Chao Yue dan Chao Qiu, sedangkan Chao Yang berada paling atas. Keempat bersaudara itu mengintip ke ruang tamu dimana ada ayah dan ibu laki-laki mereka, serta dua orang pria berpakaian mewah sedang bercakap-cakap dengan santai. Terdapat cangkir teh dan banyak kudapan di atas meja yang menemani.

"Ada apa?" Chao Xing berbisik.

"Tidak tahu. Mereka sudah bicara sejak satu jam yang lalu," jawab Chao Yue tidak kalah pelan.

Chao Qiu yang masa bosan tiba-tiba tersentak, "Mereka pergi. Mereka pergi."

"Mn," sahut Chao Yang.

Ayah dan ibu mereka berdiri bersaman pria-pria itu. Mereka saling memberi salam kemudian pergi dari ruang tamu. Keempat laki-laki itu akhirnya bernapas lega, terbebas dari berdesak-desakan.

"Pakaian mereka sangat mewah," komentar Chao Qiu menggigit bakpao-nya lagi.

"Kultivator tingkat tinggi," ujar Chao Yang.

Chao Yue berpikir sejenak, "Sepertinya tidak asing."

Tidak berapa lama, seorang pria cantik kembali dari pintu depan. Ia berkata kepada keempat saudara itu, "Jangan kalian pikir kami tidak tahu keberadaan kalian meski kalian sembunyi-sembunyi. Sangat tidak sopan!"

Mereka bungkam dan menunduk.

Seorang pria yang sangat tampan menyusul di belakangnya sambil terkekeh, "Siapa pun pasti akan penasaran jika kedatangan kultivator tingkat tinggi ke rumah."

Pria cantik yang sedikit pendek itu mendengus. Kemudian, bibirnya melengkung ketika menatap Chao Xing, "Karena hari ini ulang tahun saudara kalian, ayo kita makan di luar. Berkemaslah."

Senyum cerah merekah di wajah empat laki-laki ini. Chao Yue buru-buru kembali ke kamar, Chao Yang dengan tenang berjalan, sedangkan Chao Qiu hampir tersandung ketika ia berlari.

Chao Xing sebelum mengganti pakaiannya, dia berkata pada pria paling tampan di rumah ini, "Ayah, Hui Fan Gege memberiku kuda baru, Xiao Bai. Dia kutempatkan di kandang."

Ayah Chao Xing terkejut, "Benarkah? Itu bagus," lalu dia menggaruk tengkuk, "Sedangkan Ayah... ugh... belum memberimu sesuatu."

Chao Xing terkekeh, "Tidak apa-apa, Ayah. Kapan pun bisa."

Chao Xing kembali ke kamar untuk berganti pakaian.

Setelah semua orang sudah siap, mereka segera meninggalkan rumah dan menuju ke sebuah restauran di pasar malam.

Anggota keluarga Chao Xing semuanya laki-laki. Ayahnya yang bernama Chao MoShang, alpha, menikahi Chang Xian yang seorang omega. Mereka dikaruniai empat orang anak laki-laki yaitu; Chao Yue, beta, kemudian Chao Xing yang merupakan omega, Chao Yang sebagai satu-satunya putra mereka yang terlahir alpha, dan Chao Qiu yang juga seorang beta. Mereka tidak ada di klan atau sekte mana pun karena sisa anggota Keluarga Chao yang lain sudah tiada. Sedangkan dari sisi Chang Xian, ia telah memutuskan hubungan dari sektenya sendiri sejak menikah dengan Chao MoShang. Meski mereka sendiri dan mandiri, Keluarga Chao sangat bahagia. Tidak pernah sekali pun mereka terlibat konflik internal--kecuali pertengkaran biasa yang dilakukan antara saudara.

Selesai makan, Chao MoShang dan keluarga kecilnya akan berjalan-jalan di sekitar kota sejenak kemudian pulang ke rumah.

Saat Chao Xing ingin kembali ke kamar, ayahnya memanggil, "Xing Er*, bisa kita bicara sebentar?"

(*Er sebagai akhiran untuk menyebut 'Anak'. Xing Er = Nak Xing)

Chao Xing sedikit mengerutkan alis. Ia selalu merasa aneh saat melihat pernah ayahnya berekspresi serius seperti ini.

Ia ke ruang belajar Chao MoShang dimana ibunya sudah menunggu. Chang Xian sedang menuangkan teh lalu melempar senyuman pada anaknya. Kemudian, pemikiran positif masuk ke kepala Chao Xing. Ayah dan ibunya pasti akan memberikan hadiah!

Dugaan Chao Xing benar. Setelah ia duduk, ayahnya menyodorkan sebuah kotak kayu panjang padanya.

"Hadiah untukmu," ujar Chao MoShang tersenyum, memuji diri sendiri.

Senyuman Chao Xing perlahan memudar. Dia tahu apa yang ada di dalam kotak ini. Ayahnya setiap tahun akan memberikan hadiah yang sama meski penampilannya agak berbeda. Tidak hanya Chao Xing, saudaranya juga menerima hal serupa.

Sikap lemah lembut Chao Xing hilang seutuhnya, menjadikan dia seperti sosok orang lain. Wajahnya ditekuk, bibirnya mengerut, hidungnya berkedut.

"Yang benar, Ayah?!" Chao Xing membelalak ketika membuka kotak itu. Ada sebuah pedang cantik di dalamnya.

"Xing Er, jaga sikapmu. Itukah kalimat pertama setelah kau mendapatkan hadiah dari ayahmu?" tegur Chang Xian setelah menyesap tehnya.

Pundak Chao Xing merosot. Dia tidak bisa beringas ketika di depan ibunya seperti ini. "Maaf... Terima kasih, Ayah."

Dididik harus menjadi orang yang bisa menjaga sikap, Chao Xing akan lemah lembut di hadapan orang lain. Dia tidak akan meninggikan suaranya atau bertingkah ceroboh--kecuali jika dia memang sedang kesal.

Chang Xian kemudian tersenyum. Ia juga mengeluarkan sebuah kotak kayu yang lebih kecil. Chao Xing yang melihat kotak itu membalas senyumannya meski urat di kepalanya membentuk sudut siku-siku.

"Terima kasih, Papa," Chao Xing membuka kotak itu. Lagi, dugaannya benar. Setiap tahun ibunya akan memberikan aksesoris rambut padanya.

"Bagaimana? Kau suka?" Chao MoShang mengangkat dagu, berbangga diri sambil tertawa 'hohoho' sementara istrinya tertawa 'hihihi'.

Chao Xing semakin kesal, tapi ia tidak bisa meluapkan emosinya karena ada Chang Xian di sini. Jika laki-laki itu tidak ada, Chao MoShang mungkin akan melihat meja terbalik.

Chao MoShang berhenti tertawa setelah berdeham. Ia dan istrinya diam sejenak sebelum membenarkan posisi duduk mereka. Chao MoShang menatap anak keduanya yang duduk di seberang meja sementara Chang Xian membuka kipasnya.

Melihat perubahan suasana ini, Chao Xing tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Apa? Ada apa? Kenapa wajah kalian begitu?"

Chao MoShang menarik napas kemudian meletakkan kedua tangan di meja, di bawah dagunya. Wajahnya yang tampan menjadi agak menyeramkan. Chao Xing merasa seperti penjahat yang baru saja melakukan pembunuhan masal dan ditangkap serta harus diinterogasi dalam ruangan gelap.

Chao MoShang membuka mulut, "Xing Er, kau mau, tidak, menikah?"

"Hah?"

*****

To be continued...

----------
Nah, sekian dulu kali ini.
Mohon vote dan komentar 😆😆❤

Pssttt. Kalo aku mendapat minimal 5 vote dan 2 komentar, aku bakalan update besok 😆😆😆

Senin, 1 Juni 2020.
----------

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

57.3K 7.9K 69
[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] Han Zhi terbangun dari tidurnya dengan sakit yang luar biasa. Hal pertama dilihatnya adal...
37.2K 4.2K 14
Pernikahan tanpa cinta hanya akan membawa luka. Lu Liyang terpaksa menikah dan memendam cinta rahasia pada suaminya. Tetapi pada akhirnya kenyataan m...
336K 2.2K 12
After the disabled God of war became my concubine Author : Liu Gou Hua 刘狗花 Tahun : 2021 Chapter : 123 + 13 extra pic : pinterest sin...
37.2K 3.5K 13
Ji Yan dan Yang Lin sama-sama berasal dari keluarga kaya terkenal di kota Y. Keduanya merupakan teman masa kecil sejak mereka lahir. Siapa sangka ket...