U R My ...? [Terbit✓]

By Wan_Lia

10K 2.9K 3.7K

Follow dulu sebelum membaca yak❤️ "Rei gak mau saudaraan sama Gean!" ucap Rei dengan nada sedikit kesal, kemu... More

Prolog
Antara Aku dan Rei
Hari Pertama Sekelas dengan Rei
Serumah Dengannya Itu ....
Cast U R My ...?
Akhir Pekan denganya ....
Fisika yang Membelah Diri
Pulang Duluan
Ge Suka Rei, Tenang Aja
Kalo Gue yang Suka Rei, Gimana?
Teman Sebangku Baru
Dream
Sakit
Rei Antagonis yang Mati
Gue Pikir Lo yang Benci Gue
Apa Itu Kencan?
Akhir Pekan dengannya .... (2)
Perasaan Apa Ini?
Bertemu yang Tidak Ingin Ditemui
Masa Lalu
Tidak Bisa Kutemukan

Bulan yang Datang

277 150 165
By Wan_Lia

Aku turun ke bawah untuk menemui Tante Mila, tampak ia masih sibuk bergelut dengan alat dapur. Perlahan aku dekati meja masaknya dan melihat wajah cantik wanita paruh baya itu seolah berkata, "Tanyai keperluanku sebelum aku mengatakannya terlebih dahulu, aku mohon ...."

"Ada apa, Ge?" tanya Tante Mila, setelah mengelap tangannya di celemek masak yang tengah dikenakan.

Entah kenapa, mendengar pertanyaan beliau, membuatku merasa Tante Mila bisa membaca isi pikiranku. Benar-benar lega tidak perlu mengatakan apa yang aku ingin terlebih dahulu.

"Hmm, anu, Tan. Ehm ... di atas bocor," ucapku sedikit gugup.

"Ha? Bocor? Di mana? Kamar kamu? Atau kamar Rei? Aduh ... harus panggil tukang ini," jawab Tante Mila, kemudian mencuci tangannya di wastafel.

"Maksudnya gak bocor yang itu, Tan," sanggahku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Loh? Jadi?" tanya Tante Mila bingung.

"Hmm ... ada pembalut gak, Tan?"

Mendengar ucapanku Tante Mila terlihat menahan tawa, sepertinya beliau mengetahui apa yang aku maksudkan dengan kata bocor sebelumnya. Baiklah, sepertinya, aku sering salah mendeskripsikan hal-hal tentang para gadis. Tidakkah kalian; perempuan, merasa semua tentang kalian itu rumit? Namun, kalian sangat istimewa dengan semua yang kalian miliki tersebut, itulah yang dikatakan ibuku ketika aku masih kecil.

"Si Rei?" tebak Tante Mila yang aku jawab dengan anggukan pelan.

"Gimana, ya, Ge? pembalut lagi abis, tante juga belum kelar masak. Kamu bisa tolong beliin di minimarket depan sana, gak?" pinta Tante Mila yang berhasil membuatku secara spontan menggeleng.

"Kalo gitu kamu gantiin masak aja, gimana?"

"Kalo gitu sini uangnya biar Gean yang beli, Tan." Mendengar kata masak, membuatku langsung memilih untuk pergi, bukan tidak bisa melakukannya, hanya saja, kali ini Tante Mila membuat menu yang sulit, terlebih lagi aku hanya bisa masak menu sarapan.

"Ambil di atas tv, Ge."

"Hm iya, Tan, kalo gitu, Gean siap-siap dulu," pamitku, kemudian berlalu menjauh dari sana, setelah mendapat jawaban dari Tante Mila.

Aku kembali ke kamar, mataku kembali tertuju ke arah kasur yang terkotori oleh noda darah. Setelah menyatukan semua kejadian hari ini, sepertinya aku paham kenapa kasurku bisa kotor seperti itu, pasti Rei merasa lelah setelah membantuku, kemudian duduk di sana tanpa sadar bahwa dia sedang datang bulan.

Menghela napas berat, kemudian aku meraih topi dan masker untuk pergi ke minimarket, tidak lupa juga mengenakan jaket dan kacamata hitam. Bisa dianggap berlebihan, tapi ini aku lakukan karena merasa malu, jika harus membelinya dengan cara terang-terangan. Setelah merasa siap, untuk bertempur; membeli pembalut Rei, aku pun keluar dari kamar.

"Akhhh! Astaga!" Aku terkejut saat melihat kepala menyembul dari pintu yang ada di depan kamarku.

"Rei buat aku kaget," ucapku dengan tangan yang masih berada di dada.

"Maaf," balas Rei dan menatap datar ke arahku.

"Btw, kenapa lo kayak gitu?" tanya Rei sambil melihat penampilanku. Mungkin, ini terlihat aneh di matanya.

"Karena mau beli pembalut buat Rei."

"Mama?"

"Tante belom kelar masak, kalo gitu aku pergi dulu, ya," pamitku dan menutup pintu kamar.

"Ge?"

"Hm," jawabku, lalu kembali berbalik.

"Makasih."

Blam!

Rei mengucapkan itu, kemudian menutup pintu sedikit kuat, membuat jantungku hampir meloncat untuk kedua kalinya. Lagi dan lagi, tingkah Rei sangat sulit untuk aku tebak, entah apa maksud dari bantingan pintunya itu. Apa semua gadis suka membanting ketika mengucapkan terima kasih?

"Sama-sama!" balasku sedikit berteriak, agar dia bisa mendengar suaraku.

Sesampainya di minimarket, aku hanya diam saja sambil melihat-lihat semua merk pembalut, di sini banyak warna dan berbagai ukuran, bahkan aku sampai bingung Rei menginginkan yang mana.

"Harus gue foto dulu ni, nanti kirim ke Rei biar dia yang pilih," gumamku, kemudian mengeluarkan ponsel dari saku dan mencari posisi yang enak untuk mengambil gambar.

"Ih kok difoto-foto gitu sih."

"Jangan nethink dulu, mungkin titipan."

"Tapi 'kan gak perlu difoto juga. Liat aja, dandanannya gitu, pasti orang aneh."

Belum sempat aku mengambil gambar, ada dua gadis yang memperhatikan dan mempermasalahkan tingkahku sekarang. Aku sedikit kesal dan memandang ke arah mereka. Oh, ayolah! Aku juga tidak ingin melakukan ini, jika tidak terpaksa, aku pasti menolak untuk membeli benda yang bernama pembalut itu.

"Mbak, saya mau tanya," ucapku setelah berjalan mendekat ke arah kedua gadis itu. Aku membuka kacamata, topi dan masker yang aku kenakan, mencoba tampil dengan wajah setampan mungkin, agar terlihat menawan di depan para gadis ini.

"Pembalut buat cewek umur 17-an yang mana, ya?" tanyaku sedikit ramah.

"Maaf, Mas, sebelumnya yang mau Mas foto tadi itu bukan pembalut, tapi popok buat orang dewasa," jawab salah satu di antara mereka.

"Oh ... gitu," balasku singkat karena merasa malu.

Padahal aku sudah berusaha untuk tampil sedingin dan seangkuh Rei. Namun, sepertinya aku kurang berpengalaman dalam hal ini. Lebih parahnya, aku berusaha mengambil foto popok dewasa itu, beberapa detik lalu. Memalukan.

"Kalo pembalut ceweknya ada di sana, Mas," jelas teman si gadis yang bertubuh lebih kecil.

"Oh ... gitu, Mbak. Makasih banyak, ya," sahutku dan tersenyum lebar.

Aku pun segera berjalan menuju ke arah yang ditunjuk oleh gadis tersebut dan sesampainya di tempat, aku semakin bingung dibandingkan sebelumnya. Bukan tanpa sebab, melainkan kali ini ada yang bertuliskan night, mungkin itu artinya untuk malam? Pikirku.

Selain itu, nama dari tiap pembalutnya pun semakin banyak. Ada yang sirih, cool, slim guard, relax night, active day, protect comfort, dan masih banyak lagi. Oh, Tuhan! Mengapa kau berikan hamba cobaan yang begitu sulit ini?

Aku kembali mengeluarkan ponsel untuk mengambil gambar, tapi mengurungkan niat begitu sadar bahwa reaksi pembeli lain mungkin akan sama, seperti 2 gadis yang aku temui sebelumnya.

"Ada yang perlu saya bantu, Mas?" tanya salah seorang pria menggunakan seragam minimarket, yang datang ke tempatku berdiri sekarang.

Entah kenapa, rasanya seperti melihat malaikat penolong, aku sangat bahagia, ketika pria berseragam cerah itu bertanya demikian kepadaku. Apa ini aneh? Aku bahkan bisa melihat sayap imajiner di punggung tegapnya. Aku pikir Tuhan menjawab do'aku. Oh, Tuhan ... aku tarik kembali mengenai keluhanku beberapa saat lalu.

"Mas? Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya lagi dan aku langsung mengangguk sekuat tenaga.

"Mas, saya cari pembalut," jawabku sambil menunjuk ke arah pembalut yang sudah tersusun rapi di raknya.

"Biasanya pake yang mana?" tanya pria itu dengan tersenyum.

"Mas, saya cowo, bukan saya yang pake," balasku sedikit kesal.

"Maksud saya yang titip beli sama Mas biasanya pake yang mana?"

"Ooo ... itu, saya gak tau Mas, gimana, tuh?"

"Ya kalo gitu saya gak tau juga, Mas."

"Mas ini kok gak ngebantu sama sekali, ya," ucapku tanpa merasa bersalah, kemudian mengambil salah satu pembalut yang ada di sana dan berjalan ke kasir untuk membayar.

Setelah membayar, aku pun keluar dari sana dan merasa lega, akhirnya diri ini bisa membeli apa yang tengah dibutuhkan oleh Rei sekarang.

Ting!

Suara notifikasi pesan masuk ke ponselku membuat tangan ini dengan cepat meraih benda pipih itu. Tertera kontak yang bernama Sahabat Kecil di sana. Rei.

Beli yang mana aja, Ge, terserah. Asal jangan yang warna pink.

Setelah membaca pesan tersebut, aku segera melihat isi kantong plastik yang tengah ku jinjing.

"Pink," gumamku dan menghela napas kasar.

Akhirnya, aku kembali lagi ke dalam dan mengambil yang warna oranye, sesampainya di depan kasir, aku mengeluarkan pembalut berbungkus merah muda yang sempat aku beli.

"Maaf, Mas, gak bisa dikembalikan," ucap sang kasir minimarket.

"Ya saya tau, Mbak. Ini buat Mbak aja, saya ikhlas dan rela, Mbak," kataku dengan wajah lesu, kemudian keluar dari sana setelah melakukan transaksi pembayaran.

***

"Gean pulang," ucapku saat membuka pintu dan melihat tidak ada siapa-siapa di ruang tamu.

Aku pun berjalan ke atas menuju kamar Rei, sesampainya di sana aku mengetuk pelan pintunya.

Tok!

"Rei?" Panggilku pelan.

Cklek!

Pintu dibuka dari dalam, Rei kembali menyembulkan kepalanya dari dalam sana, kemudian mengambil bungkusan yang aku berikan.

"Makasih," ucapnya dan kembali masuk, lalu menutup pintu rapat.

"Tante ke mana!" tanyaku sedikit berteriak.

"Pergi ke sebelah," jawab Rei dari dalam sana, mungkin sebelah yang ia maksud adalah tetangga. Ah, entahlah, aku tidak tau pastinya.

Setelah mendengar jawaban darinya, aku pun berjalan menuju ke arah kamar dan bersiap untuk membersihkan diri. Haaa ... rasanya terlalu berat padahal hanya membeli pembalut, seperti bertempur di medan perang saja.

Aku mengambil handuk dan langsung pergi ke kamar mandi, saat hendak menggantung benda yang aku bawa. Terlihat di sana ada kaus hitam berlengan pendek. Aku mengambil kaus itu dan membukanya.

"Wangi," ucapku spontan.

Sepertinya ini milik Rei, bukankah tadi dia ke sini? Untuk mengganti pakaiannya dengan milikku. Aku membawa baju Rei ke luar kamar mandi, meletakkan kaus itu tepat di atas ranjangku.

Aku kembali melanjutkan aktivitasku, mengguyur tubuh dengan pancuran air hangat, demi menghilangkan penat hari ini. Rasanya sangat nyaman.

Tok! Tok!

"Masuk aja," jawabku, setelah menyembulkan kepala dari pintu kamar mandi.

"Ge, makan malam udah siap," ucap Tante Mila dari luar sana.

"Iya, Tan, nanti Gean turun."

"Ge?"

"Iya, Tan?"

"Baju Rei kok bisa di atas kasur kamu, Ge?"

Astaga! Aku lupa jika baju Rei masih ada di atas sana. Pasti akan menjadi pertanyaan bagi Tante Mila, karena telah melihat itu. Kenapa rasanya masalah sering kali datang belakangan ini Tuhan?

Continue Reading

You'll Also Like

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
1.1M 9.6K 22
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1.6M 23.6K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...