Way to Your Heart [TAMAT]

By Blooming_lady

2.9K 290 90

Kumpulan kisah-kasih antara dua insan manusia dalam meraih kebahagiaan dan juga hati orang-orang terkasih yan... More

Irene X Rajendra (1)
Irene X Rajendra (2)
Irene X Rajendra (3)
Selena X Damian (1)
Selena X Damian (2)
Selena X Damian (3)
Selena X Damian (4)
Kanako X Akihiro (1)
Akihiro X Kanako (2)
Akihiro X Kanako (3)
Akihiro X Kanako (4)
Angeline X Javier (1)
Angeline X Javier (2)
Angeline X Javier (3)
Angeline X Javier (4)
Elizabeth X Henry (1)
Elizabeth X Henry (2)
Elizabeth X Henry (3)
Katherine X James (1)
Katherine X James (2)
Katherine X James (3)
Katherine X James (4)
Maxon X Gemma (1)
Maxon X Gemma (2)
Maxon X Gemma (3)
Benedict X Allegra (1)
Benedict X Allegra (3)
Marion X Ardi (1)
Marion X Ardi (2)
Marion X Ardi (3)
Emiko X Daniswara (1)
Emiko X Daniswara (2)
Emiko X Daniswara (3)
Belinda X Respatih (1)
Belinda X Respatih (2)
Belinda X Respatih (3)
Belinda X Respatih (4)
Diska X Biantara (1)
Diska X Biantara (2)
Diska X Biantara (3)

Benedict X Allegra (2)

15 3 2
By Blooming_lady

"Kelompok nomor lima, kelompok nomor lima. Satu, dua, nah itu di sana yang nomor lima."

"Ini udah lengkap semua belum, orang-orangnya? Ada yang belum hadir atau nggak hadir mungkin?"

"Nggak tau deh, coba aja diabsen."

"Okay, yang namanya merasa dipanggil silakan menyatakan kehadirannya, setelah itu perkenalkan diri kalian, ya. Nanti sebelum bubar, baru kita semua saling tuker kontak. Dan akan gue usahakan secepatnya untuk membentuk grup chat buat kelompok kita."

"Okay, yang peertama, Dian."

"Hadir! Gue Dian, mahasiswi jurusan kesehatan masyarakat. Salam kenal, semuanya."

"Lanjut, Allegra."

"Halo semuanya, nama aku Allegra. Jurusanku ilmu gizi, salam kenal, ya."

"Allegra, okay. Selanjutnya Zivanka."

"Nama gue Zivanka, jurusan ekonomi. Salam kenal."

"Berikutnya, Benedict."

"Nama gue Benedict dari jurusan Teknik sipil."

"Benedict, udah. Dan yang terakhir adalah gue sendiri. Nama gue Haikal dari jurusan Teknik Elektro. Salam kenal ya, semuanya" ujar Haikal ramah, yang kemudian dibalas dengan sapaan singkat oleh seluruh anggota kelompok tersebut, "okay, karena semuanya udah saling memperkenalkan diri dan juga saling sapa, sekarang saatnya kita semua menentukan ketua kelompok kita sekaligus bertukar kontak, agar memudahkan komunikasi kita ke depannya nanti. Pertama-tama, mau buat grup chat dimana nih, WhatsApp atau LINE?"

"WhatsApp ajalah, kalau LINE kan ada yang pake ada yang nggak" Kata Dian memberikan usul.

"Gitu? Yang lain gimana, setuju nggak kalau grup chatnya di WhatsApp?"

"Gue sih, setuju-setuju aja. Toh, sama aja kok fungsinya. Yang penting kelompok kita punya grup chat, udah gitu aja." Ucap Ziva menimpali.

"Tapi, emangnya diatara kalian ada yang nggak pakai aplikasi LINE?" tanya salah satu seorang anggota lainnya.

"Gue nggak pake" sahut seseorang.

"Dan gue juga nggak" kata Benedict menambahi.

"Okay, kalau gitu sepakat ya, semuanya, grup chat kita akan dibuat diaplikasi WhatsApp. Nah, selanjutnya tolong tuliskan nama beserta kontak kalian di buku ini dan di HP gue, agar bisa gue buatkan grup secepat mungkin. Gue sengaja minta dua, biar nggak ada back-upannya dan juga biar nggak ada nomor anggota yang ketinggalan. Kali aja nanti ada yang kelupaan nulis. Silakan ya, yang mau nulis, sok atuh." Ujar Haikal sambil menyodorkan HP dan juga buku tulisnya kepada seluruh anggota kelompok.

Lalu, tanpa perlu menunggu waktu yang terlalu lama, semua nomor telah tercantum di buku serta ponsel pintarnya tersebut, sehingga hal terakhir yang perlu ia lakukan sebelum membubarkan diri adalah memilih kandidat yang dapat menjadi ketua dari kelompok tersebut.

"Karena kita semua sudah bertukar nomor kontak, sekarang hal terakhir yang perlu kita lakukan hanyalah memilih ketua kelompok. Ada yang mau mengajukan diri, nggak? Atau mungkin ada yang mau memberikan usulan kira-kira siapa yang pantes buat dijadiin ketua kelompok kita."

"Kenapa nggak lo aja, Kal? Gue rasa lo udah cocok, kok" kata Ziva menyampaikan pendapatnya.

"Iya, lo aja, Kal" ujar yang lain menyetujui.

"Yaudah, polling deh biar adil. Apakah semuanya menyetujui kalau gue yang jadi ketuanya?" tanya Haikal lantang. Lalu, dengan mantap seluruh anggota kelompok pun mengungkapkan persetujuan mereka atas ide tersebut, sehingga secara otomatis Haikal-lah yang akan menjadi ketua kelompok ini, "Okay, karena semuanya setuju untuk mencalonkan gue sebagai ketua, maka dengan ini diputuskan bahwa gue, Haikal dari jurusan Teknik Elektro, akan menjabat sebagai ketua kelompok lima dalam program KKN ini. Gimana semuanya, sah?"

"SAH" koor mereka.

"Alhamdulilah, yaudah yuk bubar-bubar. Informasi selanjutnya akan gue infokan melalui grup chat ya. Makasih ya, guys, atas perhatian dan waktunya. Kita akan ketemu dilain waktu untuk membahas perkembangan persiapan program KKN ini."

"Udah nih, Kal, begini aje? Nggak ada makan-makannya?"

"Lo kata lagi kondangan? Udah sana, bubar. Masuk kelas nggak, lo?" kata Haikal mengusir sisa semua temannya yang masih bergeming di tempatnya masing-masing tersebut, "Sana, hush, hush. Susah bener sih, bocah, dikasih tau. Udahlah, gue balik duluan ya, guys. Mau makan sekalian beres-beres. Kelas berikutnya sudah menunggu, coy. Bye!"

"Dah, Haikal!

"Dadah, guys!

***

Seiring dengan berjalannya waktu, maka semakin sibuk pulalah mereka semua dalam menjalani hari. Tidak hanya disibukkan dengan kegiatan perkuliahan tetapi juga persiapan untuk menghadapi program KKN yang sudah di depan mata kini. Dan persiapan tersebut mencakup mulai dari barang-barang pribadi dan kelompok, bahan-bahan penting yang sekiranya diperlukan untuk membantu mereka menyelesaikan setiap kegiatan yang ada, hingga ide-ide cemerlang yang mungkin saja mereka butuhkan pada sewaktu-waktu nanti. Sehingga, guna memenuhi seluruh daftar persiapan tersebut, mereka semua sepakat untuk membagi tugas. 

Pembagian ini tidak hanya bergantung pada orang-orang tertentu untuk menjalankan suatu fungsi, tetapi bagi siapa saja yang bisa, mau dan bersedia untuk melakukan hal tersebut, maka akan dipersilakan untuk melakukannya. Keputusan ini terbentuk, lantaran seluruh anggota memiliki jadwal kuliah yang berbeda-beda, hingga nyaris untuk disatukan titik temunya. Jangankan untuk melakukan persiapan, bertemu untuk membahas progres persiapan saja sulitnya bukan main. Malah lebih sering mereka berdiskusi secara online dibandingkan offline. Padahal semuanya masih berkuliah di universitas dan kampus yang sama. 

Dan mereka berpikir, dari pada menunggu dan membebankan satu tugas untuk masing-masing anggota, yang risiko tertunda atau tidak dikerjakan justru semakin besar, ya lebih baik berdasarkan persiapan tersebut dilakukan berdasarkan kesanggupan saja. Lagi pula kalau seperti ini, kan persiapan tetap berjalan. Tinggal, nanti mereka bantu saja setelah proses perkuliahan mereka berakhir. Mudah, bukan?

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Allegra ceria, setelah sebelumnya gadis itu mengucapkan sapaan singkat sekaligus permintaan maaf terburu-buru, lantaran sudah membuat Benedict menunggu dirinya dalam waktu yang cukup lama.

"Ke pasar senen" balas Benedict cuek.

"Ha? Pasar senen? Kok, kesana?"

"Yaiyalah, emang mau kemana lagi? Kita kan mau cari barang, non" kata Benedict bingung. Emangnya mau kemana lagi, coba? Kalau nyari barang belanjaan yang murah dan lengkap, ya ke pasar senenlah tempatnya. Masa ke supermarket? Yang ada tekor duluan.

"Iya, tapi emangnya harus ke pasar senen banget? Di sana kan sumpek! Mana panas lagi" ucap Allegra tak setuju.

"Eh, kita itu mau belanja perlengkapan buat KKN, bukannya mau belanja perlengkapan Make-up lo. Masa iya, kita nyari barang ke mall? Ya, mana ada!"

"Tapi, kan kamu bisa cari tempat lain yang lebih adem dari pada pasar senen."

"Bawel banget, sih jadi cewek. Panas doang, juga."

"Yaudah, ntar kalau aku pingsan gegara kepanasan, kamu yang tanggung jawab ya."

"Iya, cerewet."

Dan dengan begitu saja, percakapan mereka pun terputus. Sehingga selama perjalanan, hanya berisikan keheningan saja, lantaran keduanya lebih asyik dengan dunianya masing-masing dibandingkan bila harus berinteraksi dengan satu sama lainnya. Untung saja, keheningan tersebut didukung dengan sedikitnya kemacetan yang harus mereka hadapi. Jadi, keduanya tidak perlu berlama-lama terjebak di dalam mobil yang penuh dengan aura mencekam tersebut.

"Turun, kita udah sampe."

"Ini tempatnya?"

"Iya, kenapa mau protes lagi?" ucap Benedict galak.

"Ih, galak banget, sih. Aku kan Cuma nanya. Lagian setau aku, pasar senen kan nggak begini bentukannya." jawab Allegra cemberut.

"Makanya, mainnya jauhan. Jangan Cuma di mall, doang. Udah lama kali, Non, pasar ini di renovasi masa pemprov DKI. Lo-nya aja yang kudet."

"Ya, kan Namanya nggak tau. Emangnya nggak bisa apa, ngomongnya lembutan dikit? Dasar cowok judes!" gerutu Allegra.

"Udah, ayo masuk. Jangan pake banyak ngomong, deh. Keburu kesorean, terus toko-tokonya pada tutup. Belum lagi macetnya, mau lo pulang jam sepuluh malem?"

"Iya, iya, ini juga udah mau turun, kok" ujar Allegra, "yuk, jalan. Katanya buru-buru."

"Eh, tunggu, tunggu. Lo yakin, mau masuk ke dalam kaya gitu aja?"

"Emangnya kenapa? Ada yang salah sama baju aku?"

"Baju lo, sih nggak ada masalah. Tapi, tas lo itu yang bahaya. Taruh ajalah tas lo di mobil gue, terus bawa aja yang penting-penting. Kaya HP sama uang. Yang lain mah, nggak usah. Selain ribet, rawan kecopetan juga. Ntar malah nyusahin gue lagi, lo-nya" kata Benedict menjelaskan, namun melihat Allegra yang masih saja tampak tidak terima dirinya dinasihati, Benedict pun melanjutkan, "kenapa? Nggak terima? Udah, nggak usah pake bantah. Males gue kalau nanti harus ngurusin kerepotan lo, juga. Taruh aja tas gembolan lo itu. lagian mobil gue juga aman."

"Tapi-"

"Buruaan. Kalau nggak, gue tinggal nih."

"Iya, iya, ini juga mau naro, kok. Bukain dong, pintunya" pinta Allegra, "Nih, udah aku taro ya, tasnya aku. Udah, kan? Yaudah, sekarang ayo jalan."

"Yee, udah dinasihatin yang baik-baik, malah nyuruh-nyuruh. Dasar ngeselin" ujar Bendict sambil berlalu meninggalkan Allegra seorang diri.

"Tunggu, dong! Udah tau, kaki kamu panjang. Jalan kaya dikejar maling gitu. cepet banget sih, kamu jalannya. Kan akunya jadi capek."

"Siapa suruh jalan kamu lelet banget. Ayo, buru. Apa aja yang harus dibeli?"

"Tali, terus plastik sampah, abis itu-"

"Woy, satu-satu kali. Dikata gue jin, yang sekali lo ngomong langsung dapet barangnya. Kan gue mesti nyari juga."

"Lah, tadi kan kamu nanya, ya aku jawab."

"Duh, susah deh ya ngomong sama cewek seribet lo. Udah sini, ikutin gue. Ntar ilang, repot lagi urusannya" kata Benedict seraya menggenggam pergelangan tangan sang gadis. 

Sedangkan Allegra yang sudah lelah dengan adu mulut mereka, hanya bisa pasrah mengikuti langkah Benedict yang besarnya, nyaris menyamai dua kali langkahnya itu.

"Nih, kita udah dapet talinya, terus plastik sampah juga udah, apalagi yang udah?"

"Isolasi juga udah, gunting?"

"Gunting, udah."

"Hm, kayanya udah semua deh."

"Yakin? Cek, dulu yang bener. Gue nggak mau ya, ada yang ketinggalan. Ogah banget gue, disuruh kesini lagi sama lo."

"Idih, siapa juga yang mau nemenin lo lagi. Kalau tau, bakalan jadi begini, mending tadi-"

"Sst! Bisa diem, nggak? Udah lanjutin aja ngecek barangnya. Ngocehnya nanti aja" ucap Benedict judes, yang mau tak mau diangguki oleh Allegra mesti terpaksa. 

Lalu, setelah keduanya yakin bahwa seluruh barang pada daftar belanjan mereka telah semuanya terpenuhi, Benedict pun mengajak Allegra pulang, guna menghindari kemacetan Jakarta yang sudah melampaui batas manusiawi tersebut.

"Udah, nih ya? Yaudah, yuk pulang. Udah sore, lagian bentar lagi jam-jamnya macet."

"Gue pulang sendiri aja, dari pada lo repot nganter-nganterin gue pulang."

"Boleh, aja sih. Tapi, tas lo gue tahan, ya?"

"Yah, kok gitu?"

"Kan, lo yang mau tadi. Gue sih, oke-oke, aja."

"Maksud gue tuh, ambil tas dulu baru pulang."

"Kalau ambil tas, ya pulang bareng guelah. Gue pantang ya, pergi sama cewek terus nyuruh dia pulang sendiri. Nggak da tuh, ceritanya begitu. Kalau lo mau pulang, ya lo mesti pulang sama gue, atau lo pulang sendiri tanpa tas lo itu. pilih yang mana?"

"IIh! Yaudah, deh gue pulang sama lo."

"Nah, gitu dong. Kan, enak. Ayo, pulang" ajak Benedict dengan senyum terkembang, sedangkan Allegra hanya bisa menggerutu pelan sembari mengikuti langkah lebar milik pria pemaksa tersebut.

'Apes aku, apes! Lain kali, nggak lagi-lagi deh berurusan sama ini beruk. Cuma bikin kesel doang. Iiih, sebeeel!'

***

Continue Reading

You'll Also Like

19.4K 228 18
Ditantang seorang News Anchor terkenal untuk menikahinya membuat pengacara seksi Yummy Rizal Agiana pratama melepaskan masa lajang di usia 29 tahun...
798 213 2
Spin of Aww-dorable You Kesalahan di masa remaja membuat Yashmine Fahreza kini sulit untuk meminta atau menerima bantuan dari orang lain. Baginya, t...
R E - W R I T E By Julie

General Fiction

492K 20.2K 9
WARNING 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! Hidupku sebuah cerita. Yang kelam dan penuh drama. Tapi jika aku harus menulis ulang, kamu lah yang akan kujad...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...