[taejin] ZOMBIE.ZIP

By teemaland

22.2K 3.5K 1.5K

Dunia bukan lagi tempat yang aman. Maka seorang ilmuwan yang bertahan, Kim Seokjin, berusaha menemukan cara u... More

Before we start ...
The Beginning
Company
Overwhelm
The Wolf
Converse High
Unfortunate Event
Secret Society
Hidden Plan
Familiar Face
Be With You
Explosion
Last Survivor
Be Our Guest
Unmated
Helping Hand
Flounder
Regret
Explain
Vaccine
Grateful
Success
Betrayal
Want
Longing
Dark
Experiment
Plan
Promise
Pleasure
Love
Safe and Sound
Author's Note

One Chance

1.1K 167 27
By teemaland

Seokjin tidak mengerti mengapa ia selalu bangun kesiangan. Padahal ia sudah berusaha segiat mungkin untuk bangun sesaat setelah alarm berbunyi. Namun, ia tidak pernah bisa mendengar alarm itu. Terlebih setelah ia menjalani masa rut. Seokjin sudah sangat menggila.

Matahari sudah berada di atas kepala. Artinya, hari sudah sangat siang dan tidak lama lagi matahari itu akan kembali bergeser ke barat. Bisa gawat jika Seokjin terlalu lama diluar.

Namun, bukan Seokjin namanya jika ia menyerah dan diam di apartemen mencari keamanan. Seokjin tetap keluar dengan senapannya. Kali ini dengan menyemprotkan penghalang bau karena bau alfa pasca-rut masih berlumuran di tubuhnya. Ia tidak perlu menarik perhatian lebih dengan bau serigalanya.

Sebetulnya, Seokjin tidak perlu terlalu banyak menggunakan pelindung karena dia adalah seorang alfa. Berasal dari gen yang sangat bagus dan kuat, serigala Seokjin bisa menaklukkan apapun dengan kedipan mata. Namun, masalah lain juga perlu ia pertimbangkan.

Seokjin melangkah pelan menuju sebuah gedung terbengkalai. Di dalamnya gelap gulita. Seokjin langsung menyalakan senter di ujung senapan. Ia tidak langsung masuk. Senternya terarah ke dalam, mencoba melihat isinya.

Itu adalah bekas bank. Setidaknya itulah yang Seokjin lihat dari layout ruangan yang porak poranda dan nama merek dagang yang tertempel besar di bagian tengah, sudah pudar dan retak. Debu pasir dimana-mana.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka.

Seokjin pun mengendus, menggunakan indera penciuman serigalanya untuk mencari. Ia mencium banyak bau. Alfa, Beta, dan Omega bercampur di sini. Seokjin menebak di dalam banyak sekali yang bersembunyi.

Seokjin melangkah mundur pelan-pelan. Senapannya turun. Kepala berpikir keras.

Bagaimana cara memancing mereka untuk keluar?

Ia pun melihat ke dirinya sendiri. Ia sudah cukup tertutup. Ia hanya harus berhati-hati agar mereka tidak menyerang kepalanya yang polos.

Oke. Seokjin menarik-ulur nafasnya pelan-pelan.

Ia pasti bisa.

Senapan dinaikkan kembali. Kakinya maju satu langkah, dua langkah. Bau-bau mereka tercium sangat dekat. Suara nafas berbenturan antara Seokjin dan mereka. Geraman-geraman ringan mulai terdengar.

Seokjin menaikkan pertahanan setinggi mungkin. Tidak ada yang tahu kapan ia akan diterkam.

Kakinya maju lagi. Ia sudah berdiri di tengah-tengah lobby. Nafasnya memelan. Telunjuk sudah sampai di pelatuk. Ia berputar pelan-pelan.

"GAAAAH!"

Seorang, bukan, sesuatu menyerangnya.

Seokjin mengeraskan rahang. Makhluk itu mirip manusia. Bukan, mereka memang seharusnya manusia. Hanya saja dengan rangka tubuh yang sudah tak karuan, darah dimana-mana terutama bagian mulut, dan maniknya berwarna abu pucat.

Makhluk itu melompat ke arahnya, mata terbuka lebar dan mulut yang berteriak-teriak. Tubuhnya menggambarkan tubuh seorang wanita. Rambutnya panjang sebahu, berantakan tak karuan. Bau yang keluar adalah bau seorang omega.

Pasti dia menyerang Seokjin setelah mencium bau alfanya.

Seokjin langsung gunakan senapannya untuk memukul kepala makhluk itu agar tidak terlalu dekat dengannya.

Namun, omega itu tidak terlempar terlalu jauh. Kepalanya menengok patah ke arah Seokjin dan berteriak lebih keras. Hal itu mengundang makhluk-makhluk lain yang sejenis untuk ikut menyerbu Seokjin.

Bunyi teriakan dan aungan terdengar dari setiap sudut. Seokjin menelan ludah. Ia langsung berlari mundur saat makhluk-makhluk itu menyudutkannya secara serentak.

"Akh!"

Seokjin terjatuh keras tepat di pantat saat ada tangan salah satu dari mereka yang menarik kakinya. Langsung Seokjin menembak beberapa yang bergelantungan di kakinya. Beberapa tangan ada yang menarik-narik bajunya dan mencakar wajahnya. Secepat kilat, Seokjin bangkit berdiri kembali dan terbirit-birit keluar. Makhluk-makhluk itu otomatis mengikuti. Berlari, melompat dan berteriak tak koheren.

Namun, ketika cahaya matahari mengguyur makhluk-makhluk itu, bau hangus menyeruak seiring dengan keluarnya asap dari kulit-kulit mereka. Lima di antara mereka terjatuh di luar kegelapan, menggeliat dan memberontak di tanah dengan kulit mereka yang pelan-pelan hangus.

Dengan nafas tersengal, tanpa pikir panjang, Seokjin menembakkan jaring untuk menangkap salah satu. Dapatlah omega pertama yang menyerangnya tadi.

Omega tersebut menjerit-jerit kesakitan. Terlebih ketika tubuhnya dibungkus jaring. Seokjin langsung menyeretnya pergi dari sana, meninggalkan sisa empat makhluk serupa mati terbakar di luar dan makhluk-makhluk lain yang berhasil masuk kembali ke kegelapan.

Seokjin hanya berharap omega tangkapannya tidak mati dalam perjalanan.


***


Seokjin menyedot cairan warna biru yang baru selesai bereaksi ke dalam jarum suntik. Matanya berpindah ke sebuah kotak kaca steril dan terisolasi di tengah-tengah laboratoriumnya. Seokjin bisa mendengar setiap tarikan dan uluran nafasnya sendiri di balik masker. Kakinya melangkah perlahan menuju kotak kaca tersebut dan membawa tubuhnya masuk sebelum mengunci kotak itu rapat-rapat.

Sang omega selamat. Hanya saja, kulitnya banyak yang gosong dan terkelupas sampai tampak dagingnya. Tubuh omega tersebut terus-terusan seperti orang yang kejang, terikat kuat di atas ranjang. Mulutnya yang penuh darah hitam disegel agar tidak bisa menggigit apapun sembarangan. Mata abunya melihat-lihat sembarang, tak bisa digunakan untuk melihat sebagaimana mestinya lagi. Omega tersebut jelas-jelas tidak pada akal sehatnya.

Kaki Seokjin berhenti di sisi ranjang. Mungkin Seokjin tidak sengaja mengeluarkan feromon karena omega tersebut mengendus cepat dan menoleh lalu berteriak histeris di balik segel mulutnya. Tubuhnya meronta minta dilepaskan. Ia tampak ingin memangsa Seokjin.

Namun, Seokjin berdiri dengan tenang. Jarum suntik masih ada di tangan.

Seokjin kembali menarik nafas dalam-dalam. Ia pejamkan mata, merapalkan doa untuk keberhasilannya, lalu menyuntikkan cairan biru di tangannya ke dalam pembuluh darah lengan sang omega.

Omega tersebut berteriak dan menggeram, tampak kesakitan. Urat-uratnya bermunculan di balik kulit hangusnya. Cairan itu langsung bereaksi, membuat Seokjin mundur. Ia mengamati dengan manik menyipit.

Tubuh omega tersebut bergetar, membuat ranjang tempatnya berbaring ikut bergoyang-goyang. Teriakannya tidak berhenti. Seokjin langsung menggenggam pistol di saku, berjaga-jaga.

Namun, ketika omega tersebut memberontak, entah bagaimana, ikatan pada tangan dan kakinya terlepas. Seokjin dengan manik membulat langsung bergerak refleks dan menembak omega itu berkali-kali sebelum sempat mendekatinya.

Omega itu jatuh di lantai. Darah berceceran dimana-mana. Nafas Seokjin terengah. Dua tangannya gemetaran.

"Sial, sial, sial!" Seokjin melempar pistolnya ke lantai. Tubuh merosot di dinding kaca. Tangannya langsung mencengkeram rambutnya. Mulut berteriak frustasi.

Positif, Seokjin harus pergi dari sana. Proyeknya di kota berakhir malam itu. Entah berapa lama lagi Seokjin harus bertahan dalam mencari kebenaran.


***


Seokjin memasukkan kardus terakhir ke bagasi mobil off-road-nya. Ia melihat ke dalam apartemennya untuk yang terakhir kali. Barang-barang besar seperti kasur, lemari, dan sofa tidak ia bawa. Ia hanya membawa barang-barang yang esensial seperti keperluan hidup dan penelitian. Setelah mematikan lampu, Seokjin keluar dan melompat masuk ke dalam mobil.

Ia pergi setelah matahari naik, sehingga aman untuk bepergian. Telinga Seokjin mendengar geraman dan aungan dari jauh, menggema di kota yang sepi. Tetapi Seokjin tidak menoleh ke belakang. Ia membawa mobilnya keluar kota melalui jalan tol.

Jalan tolnya berantakan, jika Seokjin boleh jujur. Mobil-mobil berserakan di jalan, terguling, terbalik, atau terbakar. Seokjin dengan mudah melewati semuanya tanpa menyebabkan kecelakaan.

Di jalan, Seokjin pun melihat makhluk-makhluk itu berkeliaran. Seperti di bawah teduhnya pohon atau di bawah bayangan atap gedung terbengkalai. Mereka tentu menyadari kehadiran Seokjin akibat suara mesin yang berderu. Akan tetapi, Seokjin memasang kecepatan lebih dari seratus kilometer per jam dan tentu makhluk-makhluk itu takkan bisa menyusulnya.

Yah, mungkin ada beberapa yang tak sengaja Seokjin tabrak atau punya kemampuan berlari yang hebat sehingga bergelantungan di badan mobil Seokjin. Namun, Seokjin tetap bisa menjaga kondisi berkendaranya dengan menembak satu atau dua kali untuk mematikan jantung makhluk-makhluk itu.

Selama dua jam lebih Seokjin berkelana di jalan tol. Selain jalanan rusak dan mobil-mobil kosong bertebaran di jalan, Seokjin tidak menemukan masalah. Ia sampai di kaki gunung Palgong dengan cepat dan selamat.

Seokjin memarkir mobilnya tepat di depan gapura jalan yang menunjukkan track pendakian. Kemudian ia keluar dengan perlengkapan radionya.

Hari baru menyentuh siang. Itu artinya Seokjin masih berada dalam batas aman. Terakhir kali Seokjin bertemu dengan salah satu dari makhluk-makhluk itu adalah sejam yang lalu di gerbang tol. Itu pun sudah Seokjin musnahkan semuanya dalam lima kali tembak.

Naik ke atas kap mobil, Seokjin memutar gelombang radio beberapa kali sebelum mendekatkan mic ke mulutnya.

"Kim Seokjin di 12.04 Hz." Ia memulai. "Tahun 20, Februari 22. Penelitianku tadi malam gagal total. Maka dari itu, kuputuskan untuk keluar dari kota."

Manik Seokjin meneliti sekitar. Hanya ada pepohonan rindang yang bergoyang pelan akibat tertiup angin dan dirinya. Ia masih aman.

"Aku sudah berada di kaki gunung Palgong. Bagi siapapun yang mendengar ini dan ingin ikut bersamaku ke puncak Taebaek, kutunggu sampai besok pagi."

Dan mungkin itu adalah pilihan buruk. Seokjin harus menghabiskan waktu satu malam di alam liar yang tak ia kenali kondisinya di dalam mobil yang tidak sekuat perlindungan rumahnya di kota. Tapi Seokjin harus, demi keberhasilan penelitiannya.

"Aku berada di koordinat," Seokjin memberi jeda untuk memastikan di alat GPS-nya. "36.016833266 128.690330572. Aku tunggu kehadiran kalian sampai besok jam enam pagi. Terima kasih."

Seokjin berhenti sebelum ia sempat mematikan radio. Segera ia tempelkan kembali mic di depan bibirnya. "Semoga Tuhan melindungi kita semua," katanya. Lalu gelombang radio dimatikan.

Seokjin menghabiskan hari itu dengan hal-hal ringan untuk membunuh waktu. Ia membaca-baca ulang buku lama yang membahas tentang wabah yang sedang dunianya hadapi. Ia membaca kliping surat kabar yang ia buat sendiri, bersumber dari berbagai jenis media cetak. Ia mencari jawaban dari tulisan-tulisan lama yang telah ia baca berulang-ulang selama dua tahun terakhir, mencari sesuatu yang bisa mencerahkan.

Namun, ia tak menemukan jawaban berarti dari tulisan-tulisan yang sudah mulai Seokjin hafal tiap halamannya. Tidak ada.

Ia menyerah saat matahari sudah tenggelam. Tangannya menggosok mata yang mulai berat. Langsung Seokjin menyemprotkan cairan penghalang bau di sekujur tubuhnya untuk menghalau bau alfanya agar tidak tercium oleh serigala lain. Setelah memasang kaca baja di mobilnya, Seokjin menurunkan kursi mobilnya untuk tidur.


***


To be continued


Please let me know what u think! hohoho

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 405 33
Bangsa serigala dan bangsa vampir adalah musuh bebuyutan yang tidak mungkin bisa bersama ataupun berdamai, semua itu terjadi karna kelicikan bangsa v...
1.2M 95K 62
Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pria yang berpenampilan bak dewa yunani it...
196K 18.1K 36
Tidak ada yang ingin terlahir dengan kekurangan. begitupun omega manis bernama Xiao Zhan. Terlahir dari Alpha Dominan dan Omega Dominan harus puas de...
736 116 7
Setelah presentasi, alpha/omega mendapatkan mark bertuliskan nama soulmatenya di tubuh mereka. Nama itu adalah belahan jiwa yg ditakdirkan. Fated mat...