Naga Senja (Segera Terbit)

By Annelysme

404K 23.4K 5K

[Amazing Cover By : Zfn_ya] [COMPLETED] Bagi seorang Anaise Loura Senja, menjadi mahasiswa itu tidak masalah... More

INTERMEZO
1. Ospek Melelahkan
2. Hmmm
3. Pertemuan Kedua
4. Orang Baru
5. Musuh dan Teman
6. Naga dan Si Keras Kepala
7. Failed Date
8. Reject You Again
9. Kembali Normal
10. Wrong
11. Tak Disangka-sangka
12. Zonk
13. Kegilaan Ria
14. Hurt
15. Pura-Pura Lupa
16. Pura-Pura Lupa (2)
17. Bencana Tipes
18. Tamu
20. Semakin Dekat
21. Akhir Perjuangan Ardo
22. Kencan
23. Kenapa?
Naga dan Senja
Cast
24. Suara Hati
GC Naga Senja (Close)
25. Lara
26. Hopeless
27. Pahit Yang Terasa Manis
28. Berita Mengejutkan
29. Masih Abu-abu
30. End?
31. Terungkap
32. Mr. A?
33. Passwordnya
34. Tertampar Kenyataan
35. Tersakiti Lagi
36. Tidak Jelas
37. Kebenarannya
PERMISI
38. Mengenang
39. Ardo dan Rasa
40. Terkejut
41. Dia Yang Terluka
42. Raga
43. Rindu dan Sendu
44. Hanya Naga dan Senja
45. Endless Love
46. Menuju Pernikahan
47. Memilikimu Seutuhnya (END)
Extra Part : 1
Extra Part : 2
Extra Part : 3
Extra Part : 4
Extra Part : 5
Wajib Baca
Announcements

19. Back to Campus

5.9K 366 15
By Annelysme

"Secara tak langsung, lisanmu menyakitiku."

•••♥•••

Empat hari lima malam dirawat di rumah sakit telah berlalu. Sejak kemarin malam, dirinya sudah bisa menginjakkan kaki di kosan-kosan tercinta. Dirawat di rumah sakit selama itu sangatlah menyiksa batinnya. Senja tak bisa melakukan hal yang disukainya, melainkan hanya diam saja tanpa berbuat apa-apa.

Senja yang anaknya tidak bisa diam suka sekali bergerak, membuat tujuan di rumah sakit adalah untuk menenangkan hati dan pikiran malah terbalik. Senja merasa tersiksa, selain rasa sakitnya yang tidak ada ampunnya. Senja juga tidak suka diperintah untuk diam saja, maunya Senja melakukan apa saja yang bisa dibuatnya. Akibatnya, jari jemarinya membengkak akibat aliran darah yang tersumbat. Itu karena Senja suka menggerakkan tangannya yang diinfus, jadinya ya begini. Tangannya bengkak, tak ramping lagi.

"Mbak ngapain lihatin jarinya mulu? Bagus ya bengkak gitu?"

"Bukan," balas Senja cepat sebelum Claris sempat mengejeknya lagi. "Masa udah aku kompres air hangat sesuai anjuran perawatnya, tangannya enggak balik lagi. Aku kan nggak mau punya jari tangan sebesar ini."

Claris merapatkan tubuhnya pada Senja, meraih jemari Senja yang memang lebih besar daripada yang sebelahnya. "Baru sehari juga, Ja. Besok udah kempes gue rasa. Nggak usah terlalu dipikirkan, mau lo gede kayak babon atau langsing kayak Miss Universe. Tetap aja, nggak ada yang suka sama lo."

Senja berdecak, melayangkan pukulan yang melayang mulus mengenai kepala gadis itu. "Suka banget kamu hina aku, Ris. Gini-gini, ada yang bucin sama aku tahu!"

"Si Ardo itu. Gue udah tahu kalau yang itu. Walaupun tuh cowok kualitasnya oke dan sesuai kualifikasi. Lo nggak mau kan sama dia. Jadi, sama aja nggak ada yang mau. Lo belum sold out artinya."

"Bisa aja kamu." Senja memutar bola matanya malas. Ia jadi teringat dengan Ed atau Edward O'brien itu. Senja menutup mulutnya, sepertinya akan menjadi balasan yang bagus untuk gadis jahil seperti Claris. "Ris, aku punya berita hangat buat kamu. Mau dengar?"

"Berita hangat apa? Boleh aja, yang penting bermutu dan nggak murahan."

Senja mengangkat jempolnya, "Tenang aja! Ini bermutu dan berkualitas ekspor."

"Buruan!" Claris semakin penasaran saja mendengar berita yang Senja maksud.

"Oh, oke." Senja menghela napas dalam, "kamu kenal Edward O'brien, 'kan? Berita ini tentang dia."

"Kenal lah! Ed kan idola gue garis keras!"

"Gini, Ris. Kemarin Ed jenguk aku tahu, dia bawain aku bunga sama coklat. Aku juga nggak tahu kenapa Ed bisa tahu kalau aku sakit dan dirawat. Dia bilang tahu dari temannya."

"Lho kok bisa? Gue aja nggak pernah digituin sama Ed. Padahal yang lempar pesona kan gue."

"Ya aku nggak tahu. Tapi, aku tetap terima bunga sama coklatnya. Aku taruh di tas masih utuh, mungkin bunganya aja yang layu." Senja menahan senyumnya, Claris terlihat kecewa dan iri. "Buka aja tas aku, kamu pasti tahu itu bohong apa enggaknya."

Claris bergegas mengambil tas Senja, mengeluarkan seluruh isinya agar dirinya bisa melihat coklat dan bunga pemberian Ed.

"Nggak ada apa-apa, Ja."

"Masa sih? Tadi, aku taruh di sana."

"Beneran nggak ada!" bentak Claris emosi. "Jangan bilang, lo beneran nipu gue?!"

Senja menutup mulutnya, terkekeh pelan. "Menurut kamu aja. Nggak mungkin 'kan seorang laki-laki populer seperti Edward O'brien tertarik sama gadis biasa kayak aku?"

"Senja! Gue habisin lo!"

•••♥•••

"Weish, yang habis di-opname udah nggak papa nih?"

Senja tertawa kecil, memeluk erat pinggang Riana. "Udah sehat kok, Na. Makasih ya udah doain sama jenguk aku."

"Gue enggak sekalian, Ja." Azzura tiba-tiba ikut, merasa iri karena tidak diperlakukan sama oleh Senja.

"Iya-iya." Senja merangkul pundak Azzura, "kamu kan yang hobi bawain aku makanan masa aku lupa."

"Kali aja lo lupain gue, Ja. Kan udah ada Riana tercinta." Azzura pura-pura memasang raut kesal, namun dirinya tetap tersenyum.

"Duh, emang Senja doyan sama gue? Kalau Senja-nya doyan, gue ogah. Soalnya, nih hati tetep punya Doi," sahut Riana lebay, sambil mengawang-awang bagaimana indahnya Doi yang ditakdirkan Tuhan untuknya.

"Ngarepnya aja Doi, Na. Gue aja yang udah punya pacar enggak segitu halunya. Emang beda banget ya, jomblo sama yang udah taken." Azzura menyombongkan diri karena di antara sahabat-sahabatnya, hanya dirinyalah yang sudah memiliki kekasih pujaan. Yang lainnya masih ngawang.

"Sombongnya Anda. Mentang-mentang punya pacar yang selalu setia dari SD sampai SMA. Jangan sombong dulu elah, nanti kalau udah pasang cincin baru lo boleh jumawa, Mbak Azzura." 

"Biarin. Terserah saya! Anda yang iri dengan kebahagiaan saya. Anda kan tidak memiliki pasangan, alias jomblo akut. Biarkan yang nggak jomblo meninggikan hati."

"Udah ya." Senja melerai keduanya, "mau jomblo apa enggak itu nggak masalah. Yang penting kita tetap sama-sama dan nggak berantem lagi. Apalagi kalau berantemnya karena rebutin cowok, say no to boy in our friendship!"

"Iya-iya, Mbak Senja. Hanya karena Anda salah satu korban kekejaman cowok tanpa sengaja Anda mewanti-wanti kita. Tapi, akan kita hargai pasti."

Senja terkekeh, dalam keadaan seperti ini sahabat-sahabatnya memang alay. Tapi beda lagi kalau ada Pak Naga di depan sana, rangkaian kalimat alay di otak mereka otomatis terhapus saat menyadari kehadiran dosen kasat mata itu.

"Pagi semuanya!"

Baru aja Senja omongin, orangnya sudah datang. Radar Pak Naga memang selalu oke punya! Kualitas luar dan mantap lagi. Datangnya selalu on time tidak pernah sekalipun telat, izin pun cuma sekali selama ini. Duh, Pak Naga memang terlampau hebat dan disiplin ketat.

•••♥•••

Pelajaran Bapak Naga yang terhormat telah usai. Sekarang waktunya mahasiswa di kelas Senja untuk bersantai-santai.

Mata kuliah Pak Naga memang selalu saja menjadi momok menakutkan, bukan karena pelajarannya. Tapi, orangnya itu lho. Bikin siapa pun ketar-ketir, apalagi kalau sudah diselepet pakai kata-kata. Otw, angkat tangan deh. Mulutnya itu sejenis petasan berantai, cabe terpedas, dan perbandingan panasnya itu sama dengan matahari yang ada di atas sana. Yang paling bikin males ya kalau tiap buat kesalahan selalu diusir oleh Pak Naga. Kalau ngusirnya tepat, ini tidak tepat. Apa-apa pasti selalu diusir jawabannya. Mana pelajaran Pak Naga krusial banget lagi.

Intinya, kalau masuk mata kuliah Pak Naga. Hati, pikiran, lisan dan kelakuan aku harus ditata dulu. Baru deh bisa selamat selama satu jam beliau mengajar.

Nah, untungnya. Hari ini Pak Naga baik. Beliau nggak ada niatan buat ngusir Senja lagi. Mungkin karena iba tahu kalau Senja baru aja sembuh dari sakit tipesnya.

"Hari pertama Pak Naga kalem aja," celetuk Riana asal.

Memang. Dari awal mata kuliah sampai baru selesai tadi. Pak Naga kebanyakan diam, tidak suka bentak-bentak seperti sebelumnya, dan itu membuat Pak Naga terlihat kalem untuk pertama kalinya. Bicaranya juga tidak nyelekit seperti sebelumnya. Kayaknya, Pak Naga sedang pada masa transisi berubah untuk menjadi lebih baik.

Azzura merapatkan badannya pada Riana, dengan iseng menarik kuncir kuda gadis itu sampai lepas. "Hari pertama, kunciran Riana rusak," balas Azzura sambil menjulurkan lidahnya dengan tawa puas.

Riana sudah siap-siap mengamuk, ingin memukul kepala Azzura yang sembarangan menarik kuncirannya. Emang, salahnya Riana apa? Dia kan cuma ngomong apa adanya dan ini soal Pak Naga bukan Azzura.

"Aduh-duh!" pekik Azzura saat Riana membalas dengan merusak kepangannya. "Riana! Jangan kasar-kasar!"

"Bodo amat! Balikin ikat rambut gue!"

Azzura mendengkus melempar asal ikat rambut Riana. Dirinya terlampau kesal karena kepangan yang sudah ia buat susah-susah selama dua jam dirusak oleh Riana dengan sekali jambakan.

"Ambil tuh!"

Riana berdecak, memukul pelan pundak gadis itu sebelum berlari ke depan mengambil ikat rambutnya. Bisa-bisa dirinya dikira Mbak Kunti kalau rambutnya terurai berantakan begini.

Sementara Azzura dengan perasaan kesal membenahi rambutnya. Rambutnya acak-acakan da ruwet, butuh sisir untuk membenahi rambutnya agar lebih baik. Dan tidak di kelas. Karena itu Azzura berpamitan pada Senja untuk nongkrong di toilet sebentar.

Senja hanya mengangguk saja. Dirinya juga tak terlalu ikut campur dan tidak punya niat untuk melerai tindakan kekanakan mereka. Kedua gadis itu susah sekali diberi tahu, mereka akan semakin suka berkelahi satu sama lain walau sudah Senja omeli.

"Azzura ke mana?" tanya Riana yang berhasil menemukan ikat rambutnya. Gadis itu sudah mengikat rambutnya kembali.

"Ke toilet. Benerin rambut," jawab Senja singkat. Senja membereskan isi tasnya sebelum memilih keluar dari dalam kelasnya. "Aku duluan ya, habis ini ada kelas di perpustakaan."

Riana melambaikan tangannya. Membiarkan Senja pergi terlebih dahulu ke perpustakaan, soalnya kelas di perpustakaan masih setengah jam lagi dan Riana perlu amunisi sebelum datang ke sana.


•••♥•••

Senja menghela napas pelan. Rasanya sedikit lega setelah keluar dari dalam kelas dan lepas dari teman-temannya untuk sementara. Senja butuh sendiri, apalagi sedari tadi dirinya menahan perasaan yang mengganjal akibat bertemu dengan Pak Naga yang kelihatan berbeda dari sebelumnya.

Senja harap, permintaan Pak Naga waktu itu cuma bercanda. Supaya dirinya tidak ikut campur dalam lingkaran kehidupan Pak Naga dan pacarnya. Bisa-bisa dirinya dituduh sebagai orang ketiga, karena membantu mempersiapkan pertunangan dua orang yang sedang jatuh cinta.

Itu terlihat mengerikan. Apalagi kalau jadi kenyataan.

"Enam hari kamu menghilang. Selama enam hari juga saya harus menunda persiapan pertunangan saya."

"Eh?" Senja terlonjak saat Pak Naga tiba-tiba muncul dari sampingnya. Bikin kaget saja! "Pak Naga ngapain?" tanyanya agak kesal.

Naga bersidekap, menatap tajam mata Senja. Dengan dengusan pelan, dengan wajah yang tampak gusar. "Kamu tahu Senja. Orang sakit itu menyusahkan."

Senja melirik Pak Naga, Pak Naga sedang menyindirnya atau apa? Kenapa orang sakit harus dibawa-bawa? Pak Naga sedang sakit atau pacarnya yang sakit?

"Karena sakit juga, pertunangan saya diundur. Dan kamu tahu artinya itu apa? Saya akan menunggu untuk waktu yang lebih lama."

Pak Naga ternyata bisa curhat juga pemirsa, dan padanya pula. Ini keajaiban dunia namanya.

"Memangnya siapa yang sakit, Pak? Bu Anna?" tanyanya asal. Mencoba sopan untuk berpartisipasi dalam curhatan dosennya itu.

Naga menoleh, matanya menyipit. "Anna? Kamu tahu dari mana?"

Senja menutup mulutnya, kenapa mulutnya bisa ember dan keceplosan mengucapkan nama perempuan yang akan menjadi jodohnya Pak Naga? Padahal selama ini Pak Naga belum menyatakan nama pacarnya itu. Bau-bau omelan panjang semerbak di hidungnya.

"Ah, anu, Pak. Saya asal ngomong aja. Bapak kan tidak memberitahu nama pacar Bapak itu siapa. Makanya saya panggil Bu Anna aja. Daripada pacarnya Bapak, kan tidak enak."

Untung saja mulutnya masih lancar menipu Pak Naga. Kalau tidak, habislah sudah.

Naga menyipit, berusaha mempercayai kata-kata mahasiswanya itu. "Baiklah. Kamu bisa memanggil dia seperti itu."

Hanya itu saja, untung saja. Pak Naga tak jadi mengomelinya. Senja mengelus dadanya pelan, selamat. Terima kasih ya Allah.

"Kamu selama enam hari ke mana? Benar-benar sakit?"

Ternyata Pak Naga mau bertanya padanya. Hal yang langka. Namun, kenyataan telak memukul hatinya. Selama empat hari ini Pak Naga tidak ingin tahu keberadaannya. Artinya, Pak Naga tidak peduli padanya.

"Uh, iya, Pak. Saya kena tipes selama empat hari dan di-opname. Dua harinya untuk istirahat di rumah." 

"Baguslah. Saya pikir kamu menghindar dari saya dan tidak ingin bertanggungjawab."

'Itu benar juga, Pak,' setuju Senja dalam hati.

Senja memang sudah punya niatan untuk menjauhi Pak Naga sementara waktu. Tapi, Tuhan malah menghukumnya dengan terkena gejala tipes mematikan. Ada untungnya juga sakit itu menyerang, niat dari hati Senja jadi terlaksana.

"Saya tidak akan lari dari tanggungjawab, Pak. Saya sudah berjanji," bohongnya. "Lagi pula, saya bisa menjadi perencana yang baik. Bapak tenang saja." Senja tersenyum lebar, menutupi kebohongannya.

Naga hanya merespon dengan senyum segaris. "Oke. Saya pegang janji kamu Senja."

"Pegang saja, Pak. Saya tidak akan lari."

°°°


Hellow, i'm comeback again, guys!

Aku mau update cerita lagi nih untuk hari ini. Lagi kepengen double up soalnya. Kemarin aku nggak sengaja publish bab 20 kalo nggak salah. Karena aku ngerasa lagi happy hari ini aku jadi double up.

Buat kalian yang menjadi fans setianya Naga Senja. Tetap baca terus ya, ikutin ceritanya sampai habis. Sampai mereka menemukan kebahagiaan mereka masing-masing.

Mendadak puitis akunya 🤣🤣

Udah segitu dulu author note's-nya. Kalo kebanyakan nanti kalian jadi bosan bacanya.

Sekian dari aku, jangan lupa vote and comment-nya, Guys. Entah mengapa aku pengen banget ada yang ngehargain cerita aku walau hanya dengan tekan bintang. Buat kalian yang suka jadi silent readers. Ngevote yah?

Bye-bye, semuanya!

See you on next part!

Thank you!!!

Continue Reading

You'll Also Like

My sekretaris (21+) By L

General Fiction

132K 1.2K 14
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
6.2K 2.8K 86
Blurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umu...
769K 3K 8
Kocok terus sampe muncrat!!..
16.3K 1.4K 27
Anila refleks memejam kala cowok beralis tipis itu menyejajarkan wajah, embusan napas dapat dia rasakan. Kerongkongannya semakin tandus, oksigen suli...