Born To Love You [Terbit 28 J...

By IndahHanaco

1.1M 111K 3.3K

Pertemuan dengan Marsha melalui kejadian yang tidak terduga mengubah hidup Vincent ke arah yang tidak terduga... More

Ecletic
Mr. Poker Face
Follow Your Arrow
La La Latch
Problem
Hymn For The Weekend
Let It Go
Just The Way You Are
This Is Me
Yeah!
Glory of Love
Smells Like Teen Spirit
Fallin'
Ice Cream
Here I Go
I Do
You Rock My World
All 4 Love
Complicated Heart
Every Little Thing She Does Is Magic
Maybe I'm Amazed
Vincent
Marry You?
Disturbia
Scars To Your Beautiful
God Gave Me You
Close To Heaven
2 Become 1
A Whole New World
You and I
Love Hurts
Stay with Me

Breathe

40.7K 4.3K 76
By IndahHanaco

Acara kencan buta bersama Kassandra beralih menjadi makan malam dengan Marsha. Namun, Vincent tak merasa keberatan. Paling tidak, Marsha adalah teman mengobrol yang mengasyikkan meski kadang membuat Vincent jengah karena keterusterangannya.

Salindri mengajukan banyak pertanyaan saat Vincent pulang. Lelaki itu awalnya tak berniat membuka rahasia Kassandra. Namun, karena ibunya terus mencecar dan terkesan memojokkan Vincent sebagai pihak yang sengaja membuat kencan itu tak berlanjut ke mana-mana, dia terpaksa membuka mulut.

"Kassandra punya pacar, Ma. Kurasa, hubungan dengan pacarnya lagi bermasalah. Tapi, mereka saling cinta dan bakalan memperbaiki yang bisa diperbaiki." Kalimat terakhirnya memang agak sok tahu. Namun Vincent merasa itu tidak berlebihan.

"Dari mana kamu tau? Kalau cuma ngarang, Mama nggak bakalan kesulitan untuk nyari info yang betul." Salindri mengekori putranya ke kamar.

Kadang, perhatian dan kasih sayang ibunya terasa menyesakkan. Menahan diri agar tak mengembuskan napas berat, Vincent terpaksa menjawab.

"Kassandra pulang duluan sebelum kami menyantap hidangan penutup, Ma. Pacarnya menelepon."

"Kamu serius?"

"Iya, serius," jawab Vincent sabar.

"Kok gitu, ya? Padahal mamanya bilang kalau Kassandra udah lama sendiri. Andai tau dia punya pacar, nggak bakalan dikenalin sama kamu,Vin," gerutunya. "Mama nggak sembarangan jodohin kamu. Semuanya lewat fit and proper test."

Vincent mengulum senyum. Dia membuka lemari pakaian dan menarik sebuah kaus dan celana pendek dari tumpukan baju. "Mama kecolongan karena tesnya gagal."

"Oke, anggap Mama gagal kali ini. Tapi, lain kali Mama bakalan lebih hati-hati. Mama bakalan lebih selektif."

Kepala Vincent pun seolah berputar. Ditatapnya Salindri yang duduk di bibir ranjang.

"Ma, aku nggak mau ada kencan buta lagi setelah ini. Cukup sekali aja."

Salindri menyipitkan mata. "Hugo udah nikah dan punya anak. Taura pun sebentar lagi bakalan jadi suaminya Inggrid. Mereka juga punya Aileen. Kamu nggak tertarik punya pasangan, Vin? Nggak pengin suatu hari nanti punya keluarga sendiri?"

Vincent menyahut, "Ya penginlah, Ma. Aku kan manusia normal. Tapi nggak perlu buru-buru juga. Karena nyari jodoh itu nggak kayak nyomot kucing di dalam karung." Dia menatap ibunya. "Jangan ada kencan buta lagi ya, Ma."

Dia bersyukur saat Julian juga masuk ke kamar dan "menyeret" istrinya keluar. "Ma, jangan ganggu Vincent melulu. Dia udah terlalu tua untuk diinterogasi setelah kencan buta," gurau Julian. "Mending kita pacaran."

Setelah ditinggal sendiri, Vincent menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Beberapa menit kemudian, laki-laki itu menelentang di ranjang. Hatinya terasa berat, terusik oleh upaya Salindri untuk mencarikan Vincent jodoh.

Sebelum masalah ini mengemuka, Vincent masih sanggup menahan apa pun "dorongan" yang dilakukan Salindri. Termasuk mendesak Vincent untuk bergabung di PT Sanjaya Indo. Vincent menurut dan melupakan mimpi lama untuk menjadi akuntan. Dia belajar melepaskan sesuatu yang diinginkan dengan hati ringan.

Kedua adiknya jauh lebih berani dalam membuat keputusan. Taura meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen beberapa bulan lalu. Setelah ada pertikaian yang memercik dengan Salindri. Dulu, Taura juga menolak mentah-mentah memanfaatkan nepotisme, lebih suka membangun bisnis sendiri bersama dua temannya. Hugo, si bungsu, pernah "kabur" ke Bristol dan melanjutkan kuliah di sana. Meski setelah pulang ke Indonesia, Hugo bersedia bekerja bersama Vincent.

Urusan cinta, Taura dan Hugo malah lebih bernyali menentang Salindri. Hugo sempat ingin kembali ke Bristol saat nyaris gagal menikahi Dominique, salah satunya karena terhadang restu Salindri. Taura pun berjuang tak kalah gigih agar bisa mendapat izin memperistri Inggrid. Ibu mereka memang sulit dipuaskan untuk urusan pasangan anak-anaknya.

Di antara ketiga putra keluarga Ishmael, mungkin hidup Vincent saja yang nyaris datar. Tak ada pertentangan berarti dengan ibunya. Dulu, Salindri tak keberatan saat Vincent bersama Mindy. Setelah mereka putus, ibunya tidak banyak tanya. Akan tetapi, rencana pernikahan Taura-Inggrid seolah memberi ide pada Salindri agar ikut mengurusi masalah asmara Vincent.

Dari hasil obrolan tadi, Vincent menyadari bahwa ibunya masih berambisi mengatur kencan buta lain. Itu bukan berita menggembirakan. Akan tetapi, harusnya Vincent tak terkejut. Ibunya memang seperti itu, takkan mudah menyerah.

Jika dipaksa Salindri menjalani kencan buta lagi, mungkin Vincent akan melakukan sesuatu. Dia takkan diam saja. Namun, untuk sementara dia harus menahan diri. Vincent tak mau membuat kegaduhan yang tak perlu, minimal hingga Taura menikah. Sudah cukup drama yang membelit keluarga mereka beberapa bulan ini. Dimulai dengan salah satu mantan pacar Taura menitipkan bayi di rumah mereka yang diakui sebagai cucu keluarga Ishmael. Hingga hubungan Taura dengan Inggrid yang awalnya ditentang mati-matian oleh Salindri. Karena calon menantunya berstatus janda.

Salindri menginginkan menantu sempurna. Semua ibu mungkin punya kecenderungan serupa. Namun, tampaknya tak ada yang pantas mendampingi anak-anak keluarga Ishmael, jika menuruti standar perempuan itu. Untungnya Taura dan Hugo berjuang untuk cinta mereka. Vincent pun akan melakukan hal yang sama.

Seminggu kemudian, di hari Sabtu juga, Vincent seharusnya makan malam dengan adik-adik dan pasangan mereka di rumah Hugo. Namun, lelaki itu mendadak kehilangan minat. Datang ke acara itu hanya akan membuatnya menjadi penonton sekaligus saksi mata betapa adik-adiknya begitu bahagia. Taura dan Hugo sudah menemukan belahan jiwa mereka. Siapa sangka, Taura yang memiliki deretan panjang para mantan, akhirnya memilih untuk "menetap"?

Vincent tidak iri dengan kehidupan adik-adiknya. Dia ikut bahagia. Namun, kali ini dia lebih suka menghabiskan waktu sendiri. Entah kenapa. Mungkin karena ibunya terus berpromosi tentang beberapa putri kenalannya yang akan menjadi pasangan tepat untuk Vincent. Tampaknya, penolakan lelaki itu untuk kencan buta lanjutan, sama sekali tak dianggap serius.

"Kak, kenapa nggak jadi datang?" protes Hugo saat dikabari via ponsel. "Kami udah nyiapin banyak makanan. Kak Taura pun udah sampai. Tinggal nunggu Inggrid."

Vincent membalas cepat, "Perutku kurang enak, Go. Ini mau ke dokter." Lelaki itu melirik arlojinya. Sudah hampir pukul tujuh. Dia tidak berencana ke mana-mana. Vincent lebih nyaman menghabiskan waktu di rumah saat hari libur. Kecuali memang ada keperluan tertentu.

"Sakitnya serius sampai mau ke dokter? Kamu kan biasanya sesehat robot, Kak." Hugo tampaknya tak percaya sepenuhnya alasan sang kakak.

"Udah kerasa dari kemarin. Minum obat nggak ngefek," dusta Vincent. Diam-diam dia berdoa semoga kebohongannya tidak menjadi nyata.

"Ya udah, kali ini kamu boleh bolos. Lain kali nggak bisa ya, Kak." Hugo mengalah. "Padahal kita jarang-jarang bisa makan bareng."

Vincent merasa bersalah. "Maaf, Go. Aku juga nggak pengin sakit."

"Semoga lekas sembuh, Kak. Jangan sampai batal ke dokternya."

"Oke."

Setelah menimbang-nimbang, Vincent akhirnya keluar rumah. Namun, tentunya bukan untuk mengunjungi dokter. Dia lega karena Julian dan Salindri tidak ada di rumah. Artinya, Vincent tak perlu berbohong lagi dan mengaku harus ke dokter.

Ah, hidup dengan ibu yang seolah memperlakukan anak-anaknya seperti balita itu memang kadang membuatnya tersandera. Vincent merasa kekurangan oksigen di saat-saat tertentu. Dulu dia selalu mengabaikan perasaan itu. Namun, belakangan malah terasa mengganggu. Mungkin ini menandakan Vincent harus melakukan beberapa perubahan.

Laki-laki itu berkeliling tanpa tujuan. Hingga dia terpikirkan seseorang. Lalu, sebuah dorongan impulsif yang tak dilawan oleh Vincent, menyempurnakan segalanya. Pukul setengah delapan, mobil yang disetirinya memasuki area parkir Trend.

"Selamat malam, Pak. Saya, Marsha. Udah pesan meja sebelumnya?" Gadis itu tersenyum lebar saat menyapa Vincent.

"Malam, Marsha." Vincent membalas senyumnya. Ada pria berseragam sama seperti yang dikenakan pegawai Trend lainnya, berdiri tak jauh dari pintu masuk. Lelaki itu tampak mengawasi sekitar. Mungkin supervisor atau pengawas restoran. Sebenarnya, Vincent tak nyaman dengan sikap formal gadis itu. Namun, pria itu tak mungkin mengajukan keberatan. "Saya belum pesan meja," imbuhnya.

"Untuk berapa orang, Pak?"

"Satu orang."

Marsha meninggalkan meja penerima tamu. "Mari saya antar ke mejanya, Pak."

Vincent menjajari gadis itu. Mereka melewati deretan meja yang dipenuhi oleh para tamu. Selama itu, mereka tak saling bicara.

"Silakan, Pak," kata Marsha sembari menunjuk salah satu meja yang kosong. Lalu, gadis itu merendahkan suaranya. "Kirain mau kencan buta lagi."

"Ini lagi kencan sama diri sendiri." Vincent menarik kursi.

"Narsis sekali," komentar Marsha. "Katanya nggak demen pasta."

"Memang. Ini masih belum berubah. Iseng aja main ke sini. Aku lagi nyari temen untuk makan di restoran sunda lagi." Vincent menduduki kursi yang nyaman itu. "Mau?"

Marsha menjawab tanpa bertele-tele. "Mau, dong!"

"Oke. Berarti aku akan nunggu sampai kamu kelar."

"Pesanlah menu yang bikin nggak enek," saran Marsha sebelum berlalu. Seorang pramusaji menghampiri meja Vincent dengan buku menu.

Seharusnya, hari itu berjalan biasa. Vincent tak mengira jika dirinya justru mendapat kejutan tak terduga. Belum genap seperempat jam duduk di kursinya, seseorang mendatangi meja Vincent. Mindy, mantan pacar yang sudah menjadi istri orang dan sekarang sedang hamil. Entah anak ke berapa. Ini pertemuan pertama mereka setelah Mindy menikah. Kejutan tambahan, perempuan itu terlihat lebih tua dibanding seharusnya. Mindy juga tampak kusam meski mengenakan busana bagus.

Vincent buru-buru berdiri untuk menyalami Mindy dan bertanya kabar. Basa-basi standar yang diizinkan oleh norma dan kebiasaan. Respons Mindy benar-benar di luar dugaan. Perempuan itu memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.

Kekagetan Vincent belum reda saat ada yang menarik Mindy menjauh darinya, diikuti makian yang sangat kasar. Lalu, seseorang mengayunkan tinjunya ke wajah Vincent. Buk!


Lagu : Breathe (Ronan Keating)

Continue Reading

You'll Also Like

7.7M 252K 67
"Jadi gue harap lo bisa akting" Abel mendongak menatap bingung Aidan "Akting? Untuk apa?" Aidan berdecak. "Hamil!" bentak Aidan ketus. Abel terkesia...
1.9M 73.9K 29
[ALL SERIES 1] Ivona harus ekstra sabar menghadapi Devian, bosnya yang super perfeksionis dan tidak mau disalahkan. Cobaan Ivona bertambah kala dimin...
3.8M 164K 24
Direktur galak di tempat magang bikin hari-hari Ullie di kantor terasa lebih menantang. Semua tugas random rela diselesaikan Ullie demi menafkahi dir...
1.5M 112K 117
,EDISI TERBARU, Long Part♫︎♫︎ Buku 1 & Buku 2 (Partnya panjang karena dua buku jadi satu) Dwina Aryani terkejut atas kemunculan mantan kekasih sahab...