The Calyx - Story Of Azka & A...

By NRMusdjalifah

42K 2.8K 259

Bagaimana bisa aku mencintai gadis yang sangat ceroboh seperti dia. Dekat dengan gadis itu membuatku benar-be... More

KELUARGAKU
KOTA MALANG
BENARKAH INI BERKAH?
ORANG ANEH
TOM & JERRY BERDAMAI
SAHABAT
BIDADARI MASAK GITU
FARZANA
CEROBOH
FAKTA TENTANG AZKA
TRIPLET ABDULLAH
CURHAT
TRAGEDI YANG MERUBAH SEGALANYA
ADA APA DENGAN SYILA
MENIKAH???
Cuma Mau Numpang Lewat
PERTENGKARAN
TAKDIR YANG MEMAKSA
UNTUK ISTRIKU
KELUARGA ARSYILA
BERJUANG BERSAMA
LAMARAN BANG DHIA'
DUKA MALA
KELUARGA AZKA
BANG DHIA' DAN CINTANYA
LAMARAN BANG DHIA' (LAGI)
HARUSNYA BAHAGIA
PENYESALAN
SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA
KABAR GEMBIRA
OPEN PO YAAAA
KABAR BAIKK

PUKULAN LAGI?

1.1K 105 12
By NRMusdjalifah


Semalaman aku gak bisa tidur, bagaimana bisa? Bahkan Syila memintaku untuk memeluknya dalam tidurnya. Bagaimana bisa aku tertidur dengan suasana ini? Bahkan Bunda Naira memilih untuk keluar dari ruang rawat Syila. Rasanya gak enak. Terkesan mengusir mertua gak sih? Ah entahlah. Meski tanpa kata aku tau, Syila menyembunyikan ketakutannya. Ah rasanya aneh, melihat gadis ceroboh yang setiap hari selalu terkena marahku tiba-tiba menjadi gadis yang bahkan takut untuk berbicara. Diam dan memilih meringkuk diatas tempat tidur ketika melihat laki-laki selain aku. Bahkan dengan Ayah Ihsan sekalipun.

Sepanjang malam aku hanya bisa mengamati setiap inchi dari wajah gadis yang memang telah menjadi istriku ini. Tuhan begitu sempurna memahat wajahnya. Alis yang tebal alami, bulu mata lentiknya, kulit bersih tanpa ada sedikitpun jerawat atau komedo, hidung mancungnya dan bibir tipis yang berwarna merah alami meskipun tanpa lipstick. Sungguh kenapa aku baru menyadari betapa cantiknya gadis yang selama ini selalu aku marahi.

Bahkan sampai sekarangpun rasanya aku masih belum percaya Syila telah menjadi istriku. Betapa takdir begitu mempermainkanku. Takdir benar-benar sedang mengujiku saat ini. Gadis yang selalu berhasil memancing emosiku kini begitu rapuh dan sangat bergantung padaku. Entah ini berkah atau ujian untukku tapi aku tetap bersyukur gadis ini masih baik-baik saja meskipun keadaan psikologisnya sedang tidak bisa dikatakan baik. Semoga lambat laun aku bisa membantunya mengembalikan semuanya bahkan lebih baik lagi.

"Siapa loe? Berani-beraninya loe meluk-meluk adek gue seenaknya. Siapa yang ijinin loe meluk adek gue?" Teriak seorang laki-laki yang aku tebak pasti Bang Dhia' sembari menarikku menjauh dari Syila paksa. Bahkan Syila yang sedang tertidurpun harus terbangun dan melihatku dipukuli (lagi) oleh kakaknya sendiri. Aku tau Syila sedang ketakutan saat ini. Syila beringsut menjauh dan menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya sembari menutup telinganya. Aku gak bisa apa-apa saat ini, bahkan untuk sekedar menghindar dari pukulan laki-laki ini aku gak bisa. Tenagaku sudah terkuras habis semalam saat berantem dengan Raqi. Dan sekarang lagi-lagi aku mesti menerima pukulan lagi. Nasib-nasib.

"Bang cukup... dia bisa mati loe pukulin gitu." Kata seorang laki-laki asing yang memang tadi masuk bersama Bang Dhia' sembari berusaha menahan Bang Dhia' untuk kembali memukulku.

"Kalian siapa? Kenapa tiba-tiba mukul saya seenaknya?" Tanyaku saat aku berhasil bangkit dan berusaha menghampiri Syila yang masih menyembunyikan wajahnya. Lagi-lagi dia ketakutan seperti ini, seperti pertama kali aku melihatnya digudang kemarin.

"Ssstt... saya gakpapa kok... kamu gak perlu takut ya? Sini liat saya, saya gak papa kan?" Bisikku pelan sembari menggapai wajah Syila untuk melihatku. Aku melihat airmata itu lagi. Airmata yang tidak pernah lagi ingin aku lihat diwajahnya. Airmata sialan!

Perlahan Syila mengusap bekas pukulan abangnya, masih dengan tangis menyebalkan itu. Syila langsung memelukku erat. Mungkin kalau pertahanan kakiku tidak kuat kami berdua bisa terjatuh saat ini.

"Sstt... udah jangan nangis ya, saya baik-baik saja. Kamu jangan takut lagi. Ada saya disini. Ya?" Kataku membalas pelukan Syila. Aku bisa melihat pancaran kemarahan diwajah Bang Dhia' bahkan diwajah temannya itu. Aku mesti menenangkan Syila dulu sebelum menjelaskan semuanya kepada mereka.

"LEPASIN ADEK GUE! GUE BILANG LEPASIN! LOE GAK BERHAK MELUK ADEK GUE!" Teriak Bang Dhia' semakin membuat Syila takut.

"Maaf, tapi saya berhak. Syila istri saya." Kataku sambil terus berusaha menenangkan Syila.

"LOE KURANG AJAR YA! BISA-BISANYA LOE NGAKU-NGAKU!" Kata Bang Dhia' berusaha untuk menggapaiku. Untung saja masih ditahan oleh temannya yang sampai sekarang belum aku tau siapa namanya.

"Ada apa ini? Loh Bang kamu udah dateng? Kapan nyampeknya? Kok ayah sama bunda gak tau?" Tanya Ayah Ihsan, ah kenapa sekarang sok-sokan ikut manggil ayah gini ya? Yak an emang dia mertuamu. Dodol. Ayah Ihsan dan Bunda Naira emang pamit ke kantin tadi.

"Baru yah, Yah Dia siapa! Kenapa dia bisa meluk adek kayak gitu?" Tanya Bang Dhia' berusaha menahan emosinya.

"Lha kalian tadi belum sempet kenalan? Lho Ka muka kamu kok makin ancur gitu?" Tanya Ayah Ihsan yang aku tau sedang berusaha mencairkan suasana.

"Ya gimana mau kenalan yah, Bang Dhia' langsung main pukul anak orang sampek hampir mati gitu."

"Gue gak bakal mukul itu orang kalau dia gak kurang ajar meluk-meluk Syila seenak jidatnya."

"Bahasanya abang..." Kata Bunda Naira mengingatkanku pada Bundaku yang memang akan selalu marah kalau mendengar anaknya berkata kasar.

"Bunda..." Rajuk Bang Dhia'. Kalau ada Raqi pasti dia sudah ketawa sekarang.

"Azka ini yang nolongin Syila waktu musibah kemarin. Azka juga yang sudah bawa Syila kesini..."

"Ya gak peluk-peluk adek juga yah. Mereka bukan mahram." Protes Bang Dhia'

"Mereka mahram Bang. Ayah yang menikahkan Azka dengan adek semalam."

"Kok bisa? Ayah... ya gak segampang itu dong... enak di dia dong, mentang-mentang nyelametin adek terus bisa seenaknya nikah sama adek."

"Terus ayah mesti apa bang? Abang liat sendirikan gimana Syila? Dia takut sama abang kan?"

"Tapi apa hubungannya yah?"

"Udah ayok kamu ikut sama ayah aja. Ayah jelasin diluar. Syila gak nyaman ada kita disini." Kata Ayah Ihsan akhirnya.

"Kamu juga Izard... mau ngapain kamu disitu?" Kata Ayah Ihsan lagi menyadari laki-laki teman Bang Dhia' masih berdiam diri.

"Eh iya om." Kata Izard menyusul ayah Ihsan dan Bang Dhia' keluar dari ruang rawat Syila. Oh namanya Izard.

"Udah dong nangisnya, kamu aman disini. Ada saya disini. Kamu percaya kan sama saya?" Kataku menghapus airmata Syila. Syila masih terus memelukku. Apa sebegitu mengerikankah kejadian kemarin sampai meninggalkan bekas trauma begitu dalam pada diri Syila seperti ini.

"Ka... kamu obatin dulu gih wajah kamu. Maafin anak bunda ya, dia emang gitu kalau urusannya soal Syila. Gampang banget emosi."

"Azka ngerti kok bun. Kalau Azka diposisi Bang Dhia' Azka pasti juga bakal lakuin hal yang sama."

"Udah kamu obatin dulu sambil beli sarapan. Biar Syila sama bunda."

"Kamu sama bunda dulu ya? Saya gak lama kok. Janji." Kataku berusaha menuruti perintah ibu mertuaku. Tapi justru gelengan kepala yang aku dapatkan dari Syila. Bahkan istriku ini semakin mengeratkan pelukannya.

"Syila sayang... kan adek sama bunda. Kak Azka cuma sebentar kok. Kasian lho luka Ka Azka harus segera diobati biar gak infeksi. Boleh ya?" Kata bunda ikut membujuk Syila. Namun Syila tetap menggeleng bahkan semakin mengeratkan pelukannya sambil menangis (lagi).

"Iya-iya aku disini. Tapi kamu ya yang ngobatin lukanya?" Kataku akhirnya, eh apa tadi aku bilang? Ok kamu mulai ngaco Azka.

Syila mendongak dengan wajah sembabnya sambil mengangguk pelan.

"Bunda ambilkan dulu ya obatnya." Kata Bunda Niara seakan tau situasi saat ini.

"Sini deh, dengerin saya. Mereka itu keluarga kamu. Bahkan saya yakin kamu sangat dekat dengan Ayah, Bang Ahwas, apalagi Bang Dhia'. Kamu percayakan kalau mereka gak akan mungkin nyakitin kamu. Mereka yang selama ini menjaga kamu sebelum saya kan? Jadi apa yang kamu takutkan?" Kataku pelan memberi Syila pengertian. Meskipun aku tau ini mungkin gak banyak membantu. Syila hanya menggeleng sambil menangis. Ya Allah... kenapa gadis ini begitu sering menangis? Dan kenapa juga setiap dia menangis, hati saya ikut sakit.

"Iya-iya... saya akan terus jagain kamu. Gak akan ninggalin kamu. Udah ya..." Kataku kembali memeluknya. aku gak pernah menghadapi perempuan sebelumnya sedekat ini selain Ina ataupun bunda. Bahkan dengan Nadia sekalipun aku akan memilih pergi saat Nadia mulai menangis. Dan sekarang aku sedang berusaha untuk menenangkan anak orang yang notabene nya gak pernah sekalipun aku harapkan hadir dalam kehidupanku. Bukan, bukan seperti tafsiran kalian. Hanya saja saat ini memang aku belum. Eh bukan saat ini, kemarin lebih tepatnya.

Syila benar-benar mengobati ku, meskipun dengan takut-takut melihat luka diwajah ku memang tidak bisa dikatakan sedikit. Bahkan belum ada 24 jam aku dipukul oleh tiga orang yang berbeda. Kebayangkan gimana jadinya wajah saya?

"Saya baik-baik saja. Percaya sama saya. Ini bukan apa-apa." Kataku meyakinkan Syila yang terus menangis saat mengobati setiap lukaku. Aku tau saat ini pasti dia sedang merasa bersalah. Bahkan tanpa mengatakan apapun Syila tetap menyangkal pernyataan ku dengan mnggelengkan kepalanya.

"Assalamualaikum, Hay Syila..." Kata seorang perempuan yang sepertinya memang gak asing.

"Ca? Kamu udah dateng? Kesini sama siapa?" Ah iya dia Mbak Caca istrinya Bang Ahwas.

"Sama Mas Ahwas Bun... cuma dia nunggu diluar sama ayah dan yang lainnya."

"Ah iya, Ca ini Azka... kamu pasti udah tau dari Ahwas kan?"

"Iya bun... mas udah cerita semuanya ke Caca kok."

"Syila... mbak kesini bawain kamu buku kesukaan kamu lho. Kata mas kamu lagi suka banget sama buku ini." Kata mbak Caca mulai mengajak Syila berbicara. Syila langsung memeluk Caca sambil menangis. Ya Allah begitu beratkah beban yang ditanggung Syila?

"Sssttt... Syila gak usah takut ya, ada mbak disini. Ada Azka juga kan?" Kata Mbak Caca mencoba menenangkan.

"Tadi mbak kesini sama mas lho... Mau mbak panggilin?" tanya Mbak Caca lagi langsung dibalas gelengan kepala. Bahkan Syila langsung meremas tanganku.

"Kalau Bang Dhia'? Biasanya Syila suka kangen kan sama abang?" lagi-lagi Syila menggeleng.

"Hmm... Syila inget gak dulu Syila sering cerita sama mbak kalau ayah itu cinta pertamanya Syila. Syila selalu pengen punya suami yang seperti ayah. Nah gimana kalau mbak panggilin ayah?" Aku bisa melihat sorot ragu diwajah Syila.

"Saya akan tetep disini sama kamu." kataku meyakinkan sambil membalas genggaman tangannya. Perlahan Syila mengangguk meski dengan perasaan ragu. Alhamdulillah. Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

436K 53.4K 15
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
6.7M 951K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
Hakim By ul

Spiritual

1.2M 70.8K 53
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
510K 49.4K 25
SEQUEL OF 'Astagfirullah, sabrina!' ‼️ baca dulu cerita emak bapaknya, biar paham sama alur. konflik mereka masih berkaitan . Tentang sepasang insan...